–––––
〃ABINAYA〃
–––––Meminta pengampunan adalah salah satu langkah untuk mendapat jawaban
Dengan didapatnya pengampunan hati pun tergerak pada semua yang baik
Saat ditanyakan jawaban dari dua penawaran
Akan muncul satu yang paling unggul
Tak mungkin salah, tak mungkin keliru–––––
DONI PRAYOGA mengetuk pintu ruangan direktur utama pagi ini. Dengan amplop putih di tangannya, pria itu membuka pintu dengan gerakan mantap. Ia sudah memikirkan tindakannya ini dari jauh-jauh hari. Maka hari ini ia akan melakukannya.
"Selamat pagi, Pak Januar." Sapa Doni. Ia menundukkan sedikit kepalanya sebagai salam bawahan kepada atasan.
"Selamat pagi, ada yang mau dibahas?" Balas Januar. Ia mengalihkan atensi dari layar monitor hingga kini sepenuhnya tertuju pada Doni.
Amplop putih di tangan Doni kemudian diserahkan pada Januar dengan menyimpannya di atas meja. Januar mengerutkan alisnya bingung dengan apa yang baru saja diserahkan Doni.
"Terima kasih untuk sepuluh tahun yang sudah diberikan Human Corp dan Sanjaya Group untuk saya."
"Apa maksudnya?"
"Setelah banyaknya pertimbangan, saya memutuskan jika hari ini waktunya saya mundur dari Human Corp. Mohon dikabulkan."
Januar kehilangan kata-kata mendengar apa yang diutarakan oleh Doni. Tiba-tiba sekali membuatnya sangat terkejut. Banyak praduga yang saling berkaitan muncul di kepala Januar.
"Apa ini karena surat peringatan 1 yang dijatuhkan beberapa hari lalu? Tolong dipertimbangkan lagi."
Doni menggeleng. "Bukan. Ini murni keinginan saya. Untuk masalah kemarin memang saya berhak mendapatkannya dan itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan alasan saya meminta—"
"Kak Doni..."
Ucapan Januar membuat Doni terdiam. Ia memandang pria yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu. Ada rasa penyesalan setiap menatap wajah yang saat pertama kali ia lihat amat terlihat lugu. Ada janji Doni pada Januar yang sampai kapanpun tidak akan bisa ia kabulkan.
"Maaf, tapi inilah keputusan saya—"
"Kak Doni benar mau menikah?"
Entah mengapa dari sekian banyak pertanyaan, malah hal itu yang keluar dari belah bibir Januar. Melenceng jauh dari topik yang sebelumnya menjadi permasalahan.
Doni tersenyum. "Maaf gak bisa memenuhi janji beberapa tahun lalu. Tapi tolong doakan yang terbaik."
Ucapan Doni barusan menjawab semuanya.
"Kak Doni tahu kalo Bang Jefri kembali ke titik terendah?"
"Tahu. Karena itu tolong kamu sampaikan sama dia semoga berbahagia dengan seseorang yang nantinya bisa menemani di sisa usia. Tuhan memisahkan karena saya bukan orang yang tepat."
"Kak Doni gak mau bicara secara pribadi?"
Doni menggelengkan kepala. "Gak usah. Itu cuma bikin dia semakin sulit buat berdamai dengan hati."
Hening setelahnya. Januar dan Doni saling bertatapan tanpa ada patah kata yang terucap. Sampai pada akhirnya Doni memecah keheningan menuntut atas jawaban dari maksud tujuannya pagi ini.
"Dikabulkan?"
Tidak langsung menjawab, Januar masih diam dalam waktu yang cukup lama. Ia banyak berkutat dengan pertimbangan yang berputar di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABINAYA | NOMIN
Fanfiction[SUDAH DIBUKUKAN] *cerita belum direvisi, jadi mohon maklum jika tanda baca maupun PUEBI-nya berantakan 𝙆𝙞𝙨𝙖𝙝 𝙥𝙚𝙢𝙪𝙙𝙖 𝙙𝙚𝙨𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙢𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙙𝙞 𝙥𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙪𝙖𝙣. • Lokal!AU • BxB NCT © SM Entertainment ...