29

29.4K 5.6K 3.4K
                                    

–––––
〃ABINAYA〃
–––––

Ujung dari perjuangan ada satu kata, yaitu 'menangis'
Bisa karena bahagia atau kesedihan

–––––

JENO dan Januar berjalan beriringan memasuki kawasan gedung perusahaan. Puluhan pasang mata baik dari jarak dekat atau jarak jauh saling melirik penasaran. Aura pagi yang dikeluarkan oleh keduanya membawa angin berbeda hari ini.

Senyum dan perbincangan ringan cukup menafsirkan bagaimana pandangan orang-orang yang selalu menempatkan mata.

"Sebentar, Je." Jeno berbelok menuju meja resepsionis yang langsung diikuti Januar. Sontak saja karyawan yang awalnya menatap biasa langsung memasang mata dan telinga dengan siaga.

"Kenapa, Mas?" Tanya Januar.

"Mau ngambil berkas dulu."

Januar mengerutkan dahi dan bertanya-tanya, berkas apa yang dititipkan Jeno di resepsionis. Kenapa juga pria itu tidak menyimpannya di ruangan kerjanya sendiri.

"Mbak, saya mau ngambil berkas yang kemarin dititip disini."

Dua pegawai resepsionis disana yang awalnya memasang wajah setengah melayang langsung tersadar saat Jeno mengetuk-ngetuk meja. Salah satunya segera beranjak untuk mengambilkan berkas yang diminta Jeno.

"E-Eh... Siap, Pak. Saya cari dulu."

"Iya, Mbak."

Januar menyandarkan tubuhnya ke meja resepsionis, "Berkas apa?"

"Laporan stok produk jadi dari Pak Cahyo manajemen gudang di Bintaro. Katanya kemarin beliau datang sore kesini tapi saya udah pulang jadi dititip disini."

"Oh..."

Melalui lirikan di ekor mata, Januar bisa melihat salah satu pegawai resepsionis yang terus melihat Jeno. Wanita itu bahkan tidak sadar saat Januar terus memperhatikan karena terlalu fokus pada Jeno. Sedangkan kekasihnya itu masih serius mengecek berkas yang disodorkan pegawai wanita yang satunya.

"Selamat pagi." Sapa Januar pada wanita yang terus memperhatikan Jeno.

Tidak ada jawaban, wanita itu masih terlarut dengan dunianya.

"Selamat pagi." Ulang Januar untuk kedua kali. Wanita itu langsung tersadar saat temannya menyikut cukup kencang lengan kirinya.

"P-Pagi, Pak. M-Maafkan saya."

"Semangat kerjanya, Mbak. Di pagi cerah ini harusnya lebih semangat bukannya banyak melamun."

Tersirat kata sindiran dari kalimat Januar. Wanita itu langsung berdiri dan menunduk meminta maaf.

"Kenapa?" Tanya Jeno yang tampaknya tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi.

"Gak ada, udah kan ngambil berkasnya?"

"Udah. Coba kamu lihat, overstock produk jadi bulan kemarin berhasil kita kurangi enam puluh persennya."

Jeno membentangkan map yang berisi lembaran-lembaran kertas berisi tabel dan angka. Setelahnya Januar mengambil salah satu lembaran kertas disana dan membacanya serius.

ABINAYA | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang