8

36.5K 7.1K 3.7K
                                    

–––––
〃ABINAYA〃
–––––

Perilaku sederhana lebih terasa manis menggoda daripada untaian candu asmara yang dikumandangkan setiap waktu
Tidak perlu banyak pernyataan
Sorotan mata sudah cukup mewakili seberapa besar mahkota dan singgasana yang ditawarkan si pemilik hati

–––––

PERATURAN baru yang mulai diberlakukan membawa angin segar untuk semua karyawan Human Corp. Setelah diadakannya rapat bersama para petinggi perusahaan, Januar Sanjaya mengeluarkan surat edaran dimana terdapat peraturan baru yang disempurnakan terkait peraturan sebelumnya. Peraturan ini mencakup beberapa bidang termasuk bidang kepegawaian.

Salah satu dari peraturan baru yang mulai diberlakukan adalah penggunaan pakaian batik setiap hari Jum'at untuk seluruh karyawan dengan jabatan struktural. Dimana peraturan ini penyempurna dari peraturan sebelumnya terkait penggunaan pakaian bebas untuk karyawan yang disahkan oleh Jefri Sanjaya. Keinginan Januar untuk lebih menonjolkan identitas mereka sebagai perusahaan multinasional asal Indonesia membuat peraturan itu tercetus, sekaligus mengenalkan warisan budaya Indonesia kepada dunia.

Pagi ini di hari Jum'at, kantor perusahaan Human Corp. mendadak seperti lokasi gedung pernikahan. Semua karyawannya tampak memakai pakaian batik menampilkan aura berbeda dari biasanya. Bahkan banyak karyawan wanita sampai menyanggul rambut mereka menambah suasana yang sangat kental dengan Indonesia.

Begitupula dengan Jeno, pria itu kini berjalan dari arah parkiran menuju lobby. Hari ini ia memakai pakaian batik lengan panjang berwarna coklat muda dengan warna hitam di bagian kerahnya. Ia juga menggunakan celana bahan hitam beserta sepatu pantofel sebagai bawahan, tidak lupa rambut hitamnya yang ditata menampilkan dahi.

Baru saja menginjakkan kaki di depan lobby Jeno dikejutkan oleh teriakan yang dilotarkan padanya, itu Somi. Wanita itu berlari menghampirinya sambil sedikit menaikkan rok songket lilit yang dipakainya.

"AAAA..... BAPAK GANTENG BANGET!" Teriak Somi di depan Jeno sambil mengepalkan kedua tangannya di depan dada.

Diteriaki seperti itu Jeno begitu terkejut sampai hampir membanting rantang susun yang dijinjingnya. Karena mereka kini menjadi pusat perhatian, Jeno menyeret Somi yang masih menatap wajahnya berbinar.

"Sssttt.... Jangan gitu ah! Masih pagi malu sama yang lain." Bisik Jeno sambil masih menyeret Somi, wanita itu malah semakin histeris saat Jeno menarik tangannya.

"Astaga Pak! Bapak sadar gak kalo kita serasi banget? Liat saya udah cantik gini masa Bapak gak ngeuh sih!" Somi membalik tubuhnya ke kanan dan kiri. Menunjukkan pada Jeno pakaian batik hitamnya dengan bentuk menyerupai kebaya kutubaru, lalu ia menepuk-nepuk rambutnya yang disanggul sederhana.

Jeno meringis, "Iya, iya. Mbak Somi cantik banget hari ini. Yuk masuk, bentar lagi kita briefing."

Akhirnya Somi mengangguk patuh setelah Jeno memujinya. Mereka berdua kemudian memasuki lift menuju lantai lima. Tanpa keduanya sadari, ada sepasang mata yang menatap interaksi Jeno dan Somi dengan tatapan datar.

"Emang jago banget ngerayu!"

–––––

Tepat pukul sebelas lebih lima puluh menit, Januar dengan menenteng sebuah tas dari kertas turun ke lantai lima. Seharusnya jam istirahat sekitar sepuluh menit lagi untuk meninggalkan ruangan, tapi Januar tampaknya tidak peduli. Buktinya sekarang ia terus berjalan sesekali membalas sapaan karyawan.

ABINAYA | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang