Mencoba sesuatu yang baru adalah sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Semenjak bertemu Glo, Velzen menjadi sosok yang berbeda, sosok dirinya yang sebenarnya dingin bisa di cairkan dengan sedikit hal yang baru. Glo mengajarkan banyak hal tentang dunia luar, sesuatu yang tidak membosankan menurut Velzen, sepertinya mereka adalah teman yang baru bertemu untuk mencoba hal-hal yang mengasikkan.
Setelah menghitung beberapa kaktus tempo hari, Velzen mencoba menjumpai pelanggannya yang selalu setia memesan kaktusnya itu. Pelanggan yang satu ini sungguh berbeda, ia hanya ingin memesan kaktus yang mulai mekar dengan bunganya, bahkan ia mengetahui kapan kaktus-kaktus itu akan bermekaran, dan pada waktu itu juga pesanan darinya akan datang dengan tiba-tiba. Sebenarnya ia tidak pernah berinteraksi langsung dengan pelanggannya. Pak Tio, supir dirumahnya itu yang selalu bertugas mengantarkan pesanan kaktus kepada pelanggan.
"Biar saja bapak yang antar Zen" ujar Pak Tio sembari membantu Zen mengemas beberapa kaktus yang akan ia bawa dengan hati-hati.
"Tidak pak, sudah saatnya Zen berani untuk berinteraksi dengan pelanggan, sekalian Zen mau ngurangi trauma juga hehehe" jawab Zen dengan tawa kecilnya.
Tidak ada yang mampu menggagalkan keputusan Zen, apapun yang sudah menjadi niatnya, itu tidak akan mudah untuk dicegat
....
Setelah memastikan alamat yang sudah kutemui, aku yakin bahwa itu alamat yang ku tuju. Rumah yang berada di kompleks perumahan itu sangat minimalis, dibalik pagar aku melihat seorang nenek yang terduduk di kursi rodanya. Tampaknya ia sedang berjemur di bawah matahari.
Sudah jam setengah satu, apakah bagus berjemur di terik matahari saat ini? owalahh sesuatu yang berlebihan tidak baik.
Aku mencoba membuka pagar yang tidak terkunci itu, sejak tadi nenek itu hanya menatap ke arah jalan, sepertinya ia sedang menanti seseorang.
"Maaf nek, selamat Siang" sapaku hingga membuatnya sedikit terkejut.
Aku berharap tidak menatap nenek tersebut jika penyakitku kambuh maka akan semakin merepotkan saja, namun karena keriput yang sudah terlihat di wajahnya membuatku bisa tidak terlalu fokus dengan manik mata nenek tersebut. Aku takjub melihat nenek tersebut yang meksipun usianya sudah tidak muda lagi namun ia kelihatan masih sangat sehat."Nek, ngapain berjemur di panas hari? saya antar ke tempat teduh yaa" ujarku pada nenek yang sejak tadi melihatku tersebut, pandangannya tidak terlepas sejak aku menyapanya.
Aku mendorong kereta roda nenek tersebut menuju halaman depan rumah tersebut yang sedikit teduh, disana juga tersedia kursi dan meja.
"Terimakasih cu"Jawab nenek tersebut mengengam tanganku lembut, ia tampak terlihat sedih dan kembali terlihat seperti menanti kepulangan seseorang.
"Nek, nenek sendiri disini?, maaf saya ingin mengantarkan kaktus sesuai alamat ini nek" kataku sembari menyerahkan selembar kertas padanya.
Dengan pelan, nenek itu memakai kacakamata yang menggantung pada lehernya.
"Iya, ini benar alamatnya"Balas nenek tersebut dengan anggukan.
"Ini pesanan Ley"balas nenek itu kembali sembari meraba bungkusan tanaman kaktus tersebut.
"Mari kita masuk dulu kedalam cu, sembari menunggunya kembali"Ajak nenek tersebut dan meyibakkan tangannya kebelakang, seakan mengode untuk membantu mendorong kursi rodanya.
menyusuri setiap rumah nenek tersebut, aku mendapati suasana yang berbeda dari sana. Sungguh sangat sepi dan hampa, tidak ada suara apapun juga, selain jam dinding besar yang ada di ruang tamunya. Berbeda dengan rumahku, tiap saat akan ada suara musik rock dari arah kamar Eldon, belum lagi suara bi Lus yang sibuk dengan masakannnya.
Aku tidak mendapati beberapa foto keluarga yang tertempel di dinding rumah tersebut, hanya ada beberapa lukisan-lukisan yang sangat indah, dan beberapa ornamen-ornamen karya seni disana.
"Terimakasih yaa, kamu orang yang sangat dipercaya, itu sebabnya nenek tidak ragu menyuruh kamu mendorong roda masuk ke rumah" Kata nenek itu memecah kecanggunganku.
"Saya tinggal dengan anak dan cucu saya Ley, entah kenapa penyakit kakaknya itu diturunkan juga padanya" jelas nenek itu tiba-tiba dan air mata yang ditahannya sejak tadi jatuh membasahi pipinya.
"Tenanglah nek, dengan kekuatan dari keluarga seseorang yang sakit akan semangat untuk menyembuhkan penyakitnya"hiburku dengan memeluk nenek itu, entah kenapa pertemuan di awal kami tidak memakan waktu untuk saling mengerti satu akan lainnya. Aku juga tidak mengerti dorongan apa yang ada dalam diriku untuk menenangkan nenek yang bersedih itu, isakannya semakin memudar kala aku menepuk-nepuk punggungnya pelan.
"Nek" panggil seseorang dari luar
Ternyata sosok perempuan datang, yang tak lain adalah anak perempuan nenek tersebut. Ia sempat terkejut melihat ku, bagaimana tidak ia tidak Shock melihat orang asing yang Sok kenal sok dekat menenangkan nenek yang baru dikenal. Nenek itu pun dengan cepat menjelaskan pada anak perempuannya itu yang sempat mengira aku maling.
"Maaf ya, saya salah, seharusnya tidak langsung menuduh demikian" Katanya kepadaku, aku yang hanya tertunduk berusaha tidak memadang tatapannya.
"Iya saya juga minta maaf bu, saya lancang main masuk saja" jelasku kembali lebih menundukkan kepala.
"Tidak apa-apa, kamu tidak usah menunduk seperti itu. Saya jadi merasa bersalah"jawabnya dengan memohon. Padahal aku menunduk untuk menghindari tatap menatap.
"Maaf saya permisi, sampai jumpa nek" Jawabku sembari pamit dan berlari pulang.
....
Setelah kejadian tadi siang yang sangat panjang, aku menerima pesan dari pelanggan, yang tak lain adalah cucu dari nenek tersebut. Ia memintaku untuk menjumpainya bertransaksi secara langsung untuk membayar kaktus pesanannya tersebut dengan uang tunai.
"Apaan coba, kenapa gak transfer aja? ribet amat" keluhku
"Kenapa sih, badmoodnya bisa gak selow aja?"Kata Sygo, sambil membenturkan kepalanya kebelakang yang terbungkus helm, helm ku pun beradu dengan helm Sygo, hingga membuatku kesakitan.
"Ini juga, bisa gak fokus aja ke jalan go?"Omelku memukul-mukul helmnya.
Seperti biasanya, Hari ini aku dan Sygo pergi ke perpustakaan umum. Meski Sygo yang bukan kutu buku dan gila membaca, ia selalu menemaniku untuk setiap aktifitas di luar rumah, sudah seperti ojek baginya, dengan motor kebanggaannya dengan ciri khas suara nya itu sesuai dengan usianya yang sudah menua, justru menjadi saksi persahabatan kami berdua. Lain hal untuk pergi dengan mantan-mantannya atau teman Eldon sendiri, ia malah ingin terlihat mewah dengan motor gede yang bisa dihitung beberapa kali saja ia gunakan untuk jalan, padahal tante sarah, bundanya Sygo selalu mengatakan;
"Sygo, motor itu saksi pertemuan ayah dan bunda, kalo kamu pakai hanya untuk mengonceng Velzen, ntar kejadian 18 tahun silam awal perjumpaan ayah bunda terjadi pula diantara kalian berdua"Namun, tetap saja Sygo hanya mengizinkan motor legendarisnya itu khusus hanya menggoncengku, aku tidak mengerti jalan pikirannya ke arah mana.
Pernah suatu ketika, di keadaan mendesak kami bertemu korban kecelakaan motor di jalan raya, dengan keadaan mendesak pun Sygo tidak mengantarkan korban itu ke klinik;
"Sygo, kamu bawa kakak ini ya ke klinik" Paksaku sambil membantu kakak yang luka ringan itu naik ke motor. Namun Sygo tampak mengulur-ngulur waktu untuk menghidupkan motor bututnya itu. Hingga seseorang yang sudah geram karena saking lamanya Sygo, ia yang akhirnya mengantarkan kakak itu menuju klinik. Setelah semua orang-orang berkerumun bubar, tiba-tiba Sygo menghidupkan motornya dan menarik tanganku "Ayo, cepat naik" ujarnya.
..."Hemm.. lapar" Kataku sambil melakukan sedikit gerakan memutar kepalaku yang kaku akibat membaca beberapa buku.
Sygo hanya terdiam, aku yakin ia sedang memikirkan lokasi tempat makan yang akan kami kunjungi, sedari tadi Sygo hanya fokus pada dunia gamenya saja, mungkin ia bahkan tidak tau sudah berapa orang yang bergantian duduk di ruang baca tersebut.
..."Wahh, kita makan pedas hari ini, ohh randang I'am coming "Teriak Sygo sengaja ketelingaku, sambil menarik paksa helm yang ku pakai.
"We Dasar! sebelum makan pedas aku udah deluan makan emosi karna kamu"gerutuku memperbaiki rambutku yang berantakan.
👀

KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu Gugus Alkil
Teen FictionSekeping kenangan indah dan buruk akan selalu menghampiri setiap manusia, Bagaikan Gugus Alkil, yang mana Alkana kehilangan atom H nya, Demikianlah Velzen tanpa cinta dari Zimmer. Akankah sendu itu dapat dirubah, saat ia kembali membuka hati dengan...