Di sore hari yang mendung,
Velzen terjebak hujan di perkotaan saat pulang sekolah, hatinya sudah menolak untuk pergi menemui pelanggannya itu. Jika saja tadi ia langsung pulang kerumah dengan Sygo, pastinya ia sudah tidur di kamarnya dan bermimpi indah dengan iringan rintikan hujan dan bukannya akan terjebak hujan seperti ini sendirian."Halo, maaf saya terjebak hujan jadi belum sampai di tempat tujuan" Aku menjawab telepon dari pelanggan yang merepotkan tersebut.
"Apa?"
"SAYA TERJEBAK HUJAN!" teriakku saat ia tidak mendengar suaraku, hujan di luar sangat deras, meski kini aku sudah berada di dalam cafe yang tiba-tiba ramai karena orang-orang yang sekedar singgah untuk menghindari guyuran hujan.
"Baiklah, kirimkan alamat kamu saat ini ya!" ujarnya kembali dan menutup sambungan teleponku.
Aku akhirnya mengetik alamat cafe yang ku singgahi saat ini, sebelumnya kami akan berjumpa di tempat lain, namun karena hujan di pertengahan jalan aku akhirnya terjebak. Sembari menunggunya aku membuka buku bacaan yang setiap saat selalu ku bawa dalam ranselku itu, beberapa novel yang selalu menemani waktu luang ku.
Tiba-tiba handphone ku kembali berbunyi, mungkin itu adalah pelanggan rempongnya itu.
"Ya, sudah sampai ya? meja saya nomor 07 ya, agak dalaman dikit yang ada air mancurnya"Kataku masih fokus pada bacaan, tanpa melihat siapa yang menelepon itu.
"Kamu sudah dimana Zen? ini udah malam lohh"
"Hah"heranku saat mengecek layar handpone melihat nama kakaknya Eldon, dan jam yang sudah menunjukkan pukul 7 lewat.
"Astaga kak, aku keasikan baca"
"Kebiasaan, yaudah dimana sekarang? biar kakak jemput"
tanyanya kembali"Gak usah kak, Zen ojol aja lagian masih deras"Kataku kembali
"Oke, hati-hati"tutupnya
Aku tidak menyadari, sejak tadi si pelanggan itu ternyata sudah menelepon sebanyak 10 panggilan. Entah mengapa aku hanya menyadari panggilan dari kakaknya itu.
Kamu duduk sebelah mana?
saya yang pakai jaket hoodie hitam
Angkat telepon!!
HELLO?
Kiriman pesan dari pelanggan tersebut, dan refleks aku mencari seseorang yang sedang memakai jaket hoodie hitam tersebut, dan akhirnya aku menemukan seseorang yang memakai jaket itu, ternyata berada di depanku tempat aku duduk.
Aku menepuk pundaknya, entah mengapa aku berani seperti itu dengan orang yang belum pernah aku jumpai, aku menepuk pundaknya sambil menutup mataku kuat-kuat.
"Velzen?"panggilnya
"hah, dia tau namaku?" tanyaku dalam hati dan membuka mata berlahan menatapnya.
"Zimmer"kataku
"Kamu ngapain disini?"tanya Zimmer, ia berdiri dan menyuruhku duduk.
"Kamu pelangganku yang pesan kaktus itu ya?"ujarku secara langsung padanya.
"Lahh, kamu orangnya?"
"Iya" jawabku, sejak tadi pandanganku tidak terlepas dari Zimmer dan aku menyadari itu. kedua matanya itu, entah kenapa bisa menarik ku untuk menatapnya secara dalam dengan penuh banyak pertanyaan.
"Aku gak nyangka, ternyata kamu langgananku selama ini Zen"tawanya lepas, semakin membuatku ambyar setengah mati.
Teleponku berdering kembali, aku tidak menyadari sudah berapa lama aku memandangnya, sampai-sampai getaran telepon di tanganku menyadarkan ku akan kenyataan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu Gugus Alkil
Novela JuvenilSekeping kenangan indah dan buruk akan selalu menghampiri setiap manusia, Bagaikan Gugus Alkil, yang mana Alkana kehilangan atom H nya, Demikianlah Velzen tanpa cinta dari Zimmer. Akankah sendu itu dapat dirubah, saat ia kembali membuka hati dengan...