11

6 0 0
                                    

“Demikian kuliah kita hari ini, dua minggu kedepan silahkan kumpulkan laporan berdasarkan kelompok ini ya,” kata dosen sesaat sebelum meninggalkan kelas

“Oke yang sekelompok denganku, sudah di undang di grup ya,” ujar salah satu mahasiswa yang bersuara besar itu, sejak perkuliahan ia tampak sangat aktif, pakaiannya yang selalu berwarna hitam menjadi ciri khasnya untuk diingat, kesan Rocker dan kacamata hitam yang selalu bergantung di kantong kemejanya.

Tiba-tiba saja ia datang menghampiriku, menatapku dengan kacamata hitamnya, kesannya yang sok akrab membuat ku ngeri.

“Hei, minjam handphone bentar,” katanya menjulurkan tangannya

“Oh iya ini, maaf aku tidak tampak,” tambahnya saat melihat handphone ku yang sejak tadi berada di atas meja, ia tampak mengetik sesuatu disana.

“Cuman kamu yang belum gabung grup angkatan, so ini nomornya,?” tunjuknya pada layar handpone miliknya yang tampak nomor panggilan dariku.

“Terimakasih,” jawabku meraih handphoneku dari tangannya

“Kita sekelompok, ku harap kamu bisa bergabung dengan yang lainnya ya,” Memberi tangannya berkenalan.

“Ya,” jawabku

“Apakah kamu mau pulang? yok barengan ke parkiran,” tanyanya dengan ancang-ancang membuka kacamata hitamnya itu.

“Jangan!” kataku menghentikan tangannya saat gerakan tangannya menuju kacamata hitamnya itu.

Aku yakin  seketika beberapa orang yang sedang duduk di depan kelas itu melihat aku heran, karena bereaksi demikian. Mahasiswa yang awalnya dipikir seorang perempuan ini hanya terdiam seketika memandang ku penuh dengan pertanyaan.

“Kamu tampak keren dengan kacamata itu, jadi tidak usah dilepas, hahahaha…” jelasku dengan memberikan jari jempol di depannya.

Tangannya seketika beralih memperbaiki rambut panjang sebahu miliknya yang terurai rapi, sungguh sebuah rambut dambaan kaum hawa. Seketika jiwa keirian ku meronta-ronta jika melihat rambutnya yang sangat terawat itu.

Dia adalah mahasiswa dengan rambut panjang sebahu, jika seseorang melihatnya dari belakang pasti banyak yang tertipu mengatakan dia adalah seorang mahasiswi, tapi nyatanya dia adalah cowok dengan kumis tebal yang sedikit diberi model itu.

“Aku sangat tersentuh kamu mengatakan demikian, baiklah sekarang aku akan memakai ini jika berbicara denganmu, wahh selera mu yang terbaik,” katanya kembali memberi jempol dekat dengan mataku hingga membuatku sedikit menghindar mundur.

Dasar cowok aneh,” batinku

“Pasti kamu mengira aku aneh kan?” katanya, membuat ku mengangkat alis heran, bagaimana mungkin dia bisa membaca pikiranku.

“Sedikit,” senyumku lirih

“Oke, hari ini kita menjadi teman, ayok kita merayakan perjumpaan ini,” ujarnya bertepuk tangan sambil melangkahkan kakinya turun ke tangga.

Akhirnya aku bisa lolos dari cowok berambut panjang badai itu, saat dia menuruni tangga untuk meninggalkan kelas aku mencoba mencari jalan yang berbeda darinya yaitu melewati tangga yang lainnya.

Salahku sudah berbicara santai dengannya hingga membuat dia nyaman dan malahan menggangap aku sebagai temannya. Sepertinya dia adalah pencinta Rocker sehingga penampakan dan suaranya diatur sedemikian rupa. Tapi rambut miliknya berbeda pada umumnya, biasanya kesan rocker ada dengan rambut gimbalnya, namun dia mempunyai rambut bagaikan sebuah iklan promosi shampoo saja.

Tiba-tiba handpone ku begetar, terlihat sebuah undangan grup dari sebuah nama “Zimmer?” heranku saat melihat pesan masuk dari sebuah kontak baru. Seingatku kontak Zimmer aku beri nama Ley, saat mengecek foto profilnya yang terlihat adalah penampakan cowok aneh tadi, foto profil dia yang sedang memegang gitar tapi dengan rambut pendeknya. Ia mengirim pesan untuk bergabung dengan grup yang dibicarakannya tadi di kelas.

Aku pun sesaat mematung, melihat ketidaksengajaan ini

...

Sore ini Sygo datang berkunjung kerumah, dia mendatangiku ke kebun kaktus menatap ku lama di luar rumah kaca itu. Sygo tidak menyukai tanaman katkus, dia sangat takut pada duri, sesuatu yang berbentuk runcing dan tajam sangat tidak disukainya.

Sejak dulu sangat mudah membuatnya ketakutan, hanya dengan sebuah kaktus atau sebuah jarum dia akan menyerah dan meminta tolong untuk di jauhkan dari sesuatu yang tajam itu. Padahal perkataan Sygo sendiri lebih runcing dibandingkan lainnya, hingga mampu membuat hati seseorang tersakiti jika dia mulai berkata dalam kondisi emosi yang bergejolak. Saat Sygo marah dan emosi, bersiaplah seluruh rahasia yang disimpan dengannya akan segera dilontarkan begitu saja.

“Mau ngapain?” tanyaku setelah keluar dari kebun menjumpainya yang sudah lama menungguku untuk keluar.

“Aku traktir bakso hari ini, ayok!” ajaknya berlari ke dalam rumah menghampiri bi Lus yang duduk di meja makan sedang membersihkan kacang kedelai yang akan diubah menjadi susu nabati itu.

Duduk Disamping bi Lus mereka berdialog ria, tawanya bi lus terdengar keras menandakan Sygo sedang berbicara lelucon dengannya. Aku yang sedang meletakkan perkakas kebun di belakang rumah mendengarkan tawa samar-samar dari dalam rumah .

“Bi, Sygo hari ini mau traktir bakso, berarti dia sedang jadian dengan cewek lain,” kataku menjumpai mereka berdua, dan meraih handuk tangan di lemari dapur membersihkan sisa air di telapak tanganku.

“Owalah bukan karena itu Zen, Sygo udah mulai kerja loh besok,” jawab bi Lus dengan memicingkan matanya kearah Sygo yang sudah menunjukkan senyum menjijikkannya itu.

“Serius? diterima?” tanyaku tidak percaya mencubit kedua pipinya keras.

Sygo menganguk

“Aduh sakit!” rintihnya mencoba melepaskan tanganku yang lebih semakin keras mencubit.

“Akhirnya impianmu tercapai, selamat ya,” kataku kini mengelus rambutnya yang keriting itu, sama seperti hal yang dilakukaannya padaku jika ada sesuatu rezeki dan hal baik menghampiri.

“Peluk dong,” katanya membuka tangannya lebar-lebar, seketika mood ku rusak dan pergi meninggalkannya menju ruang tamu, karena ditolak bi Lus pun memeluknya menenangkan.
...

Sygo pun menepati janjinya untuk mentraktir makan bakso langganan kami, bersama dengan bi Lus dan pak Tio kami akhirnya meluncur pergi ke tempat tujuan.

“Akhir-akhir ini om kok jarang dirumah Zen?” tanya Sygo sambil mengemudikan mobilnya dengan hati-hati.

“Sering kerja di luar kota Go,” jawabku menatap depan ke arah jalan.

“Tante pun tidak biasanya menolak ajakan makan di luar ya,” tambahnya sesekali menatap ke arahku.

“Saat ini rumah sakit sedang banyak pasien Go, mama bahkan tidak sempat lagi untuk makan bersama karena pulang kerja langsung istirahat,” tambahku, menghela napas pelan sambil merebahkan kepalaku ke kursi mobil itu. Dengan tarikan napas dalam aku menghirup aroma pengharum mobil Sygo itu, aroma herbatus yang sangat ku sukai jika sedang bersamanya.

“Tapi Zen, bu…. sering menyuruh bibi untuk merebus ekstrak daun sirsak akhir-akhir ini, khasiatnya apa ya Zen?” tanya bi Lus, sepertinya bibi juga larut dalam percakapan aku dan Sygo.

“Loh, Zen kok tidak tahu bi, bukannya mama lebih suka minum ginseng kesukaanya ya? padahal Zen sering seduh tiap pagi kok,”tanyaku menoleh bi Lus kebelakang.

“Ginsengnya sering bibi minum jadinya Zen, soalnya bu…. mengantikannya dengan minuman sirsak itu loh,”jawab bi Lus.

“Wajar kok Zen, selera selalu berbeda kok tiap saat,” kata Sygo.

Karena perkara minuman itu membuat pikiranku bercabang, apa alasan mama akhir-akhir ini meminum teh daun sirsak? pikiranku mulai berpikir kritis tentang bagaimana kesehatan mama saat ini.

Saat di perjalanan, aku menerima pesan dari Ley. Dia mengajakku untuk makan malam bersama dengannya dan sekalian ada sesuatu hal yang ingin dibicarakan. Aku menolaknya, karena Sygo sedang berbahagia hari ini, dan tentunya aku tidak ingin membuatnya semakin membenci Ley jika seandainya mengajaknya ikut bergabung dengan kami. Hal yang seperti kemarin mungkin akan terulang kembali, jika mereka berdua berjumpa tanpa disengaja.

👀👀👀👀👀

Sendu Gugus AlkilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang