Aku lupa tentang aku dan Ley yang ternyata sudah berpacaran. Terakhir kali kami bertemu saat Ley datang menjemput kaktus kerumah, setelah itu mempertemukan kembali tidak disangka saat aku membantu Glo mencari keberadaan Wiliam.
Namun sejak beberapa hari ini dia kembali tidak berkabar, tidak seperti sepasang kekasih lainnya, yang tetap saling komunikasi dan akan bertemu untuk sekedar makan malam atau mengerjakan tugas kuliah bersama. Namun aku menikmati itu semua, sesuatu hal yang berbeda dan tidak saling terikat. Kami sepakat bahwa waktu untuk kami saling bertemu adalah pertemuan yang tiba-tiba tanda diduga, kecuali jika ada hal yang sangat mendesak, mungkin saat aku merindukannya.
"Zen, kami sudah di markas ya, segeralah kesini, Reni membuat banyak makanan." kata Zimmer di sambungan teleponnya.
"Hari ini ya? oke aku segera kesana." jawabku dan mengakhiri sambungan telepon darinya.
"Mau kemana Zen?" tanya mama saat aku bersiap untuk berpamitan.
"Kumpul sama teman kuliah Zen, ma." tanganku meraih tangan mama menyalami.
"Wah, anak mama sudah mulai berkembang." peluknya seketika, membuatku keheranan, bukannya selama ini manusia tumbuh dan berkembang?.Batinku. "Ya, ma, akhirnya ada teman Zen yg sangat mengerti Zen." ucapku.
Sesampai di gedung tempat kami bekumpul, tidak sengaja aku bertemu kembali dengan Ley di parkiran. Kami sama-sama baru hadir untuk masuk ke tempat masing-masing.
"Zen, kamu ngapain disini?" tanyanya keheranan, aku kalah cepat untuk bertanya dengannya. Akhirnya langkah kami seirama saat Ley menungguku memarirkan motor dengan posisi tepat.
"Aku dan teman kuliahku punya tempat nongkrong disini Ley."
"Wah, kebetulan sekali Zen?"
"Ya, begitulah Ley. Kamu mau kumpul juga ya?"
"Tidak, hanya saja beberapa alat lukis ku tertinggal di ruangan, aku ada kelas hari ini Zen."
"Ini kan Sabtu Ley?" Aku mengingat bahwa hari ini adalah hari Sabtu, dan pastinya tidak ada jam kuliah diadakan.
"Kelas melukis Zen, aku mengajari beberapa murid lukis saat ini di tempatku dulu." terangnya
"Wah, keren Ley, seandainya aku bisa melihatmu mengajari murid melukis, pasti seru."
"Kenapa tidak Zen? ikutlah denganku." ucapnya menggengam tanganku mengajak.
"Hmm, aku akan permisi dulu dengan teman-temanku dulu ya." kataku
"Baiklah, kita jumpa di sini lagi ya, aku akan menjemput keperluan melukisku di atas." kata Ley berlari menaiki lift menuju lantai 5.
...
Akhirnya kini aku terjebak dengannya di tempat melukisnya dahulu. Aku lupa jika nanti ikut dengannya akan ada berapa pasang mata yang hadir disana. Untungnya Ley menyuruhku untuk tenang dan tidak terlalu melihat ke sorot mata para muridnya, dia memfokuskanku pada lukisan yang akan aku amati saja.
Aku menatap Ley yang sejak tadi memberi contoh teknik melukis pertama kali pada muridnya itu, semuanya adalah para usia remaja yang rata-rata masih duduk di bangku SMA, sama seperti dia dahulu. Kini aku menatap segala hal yang dilakukannya di depan kelas, dari cara tangannya melukis, hingga pemaparannya mengenai teknik dasarnya, tatapan fokus pada lukisan yang sedang dikerjakannya serupa dengan tatapannya saat dia menggambar diriku dan nenek di taman rumahnya, namun sampai saat ini dia tidak pernah menunjukkan hasil lukisannya itu padaku.
"Zen," Ley memanggilku, melambaikan tangannya agar aku datang menghampirinya.
"Iya Ley? ada apa?"kataku menjawab panggilannya.
"Ini jam makan siang, yok kita makan dulu, kantin disini menunya enak lohh." Ley tampak membereskan beberapa alat-alat lukisnya ke dalam tas ranselnya.
...
"Ley, ternyata kamu makan disini?" ujar salah satu suara dari arah belakang aku dan Ley, sebelum menoleh, asal suara itu sudah menghampiri.
"Trinity?" aku mengatakan namanya.
"Ley, kamu dari tadi dicariin ayang beb mu nih. Ehh rupanya nongkrong disini." ujar salah satu yang sedang bersama Trinity, dia adalah salah teman Ley yang aku lihat kemarin, seseorang yang mirip dengan si rambut panjang Zimmer dulu.
"Ha-Hai Zen, kamu sedang disini rupanya." ujar Trinity, dia tampak heran dengan pertemuan kami.
"Zen? Velzen Denrobia kah?" ujar temannya itu lagi."wah, ternyata dia versi ceweknya Eldon yaa? hem, mirip juga." ucapnya, seketika dia menutup mulutnya saat Trinity melotot ke arahnya.
"Oh ya Zen, mereka teman sekolah aku," jelas Ley memperkenalkan dua orang temannya itu. "Trinity, dan Rodi." ujarnya memperkenalkan, aku meraih tangan keduanya tanpa menatap sorot mata keduanya.
"Hm aku sudah mengenal Trinity sebelumnya."jelasku pada Ley
"Oh Iya, dia kan pacar Eldon, pastinya kamu mengenalnya."kata Ley
"Maaf, aku tidak bisa kumpul dengan kalian, aku ada urusan dengan Zen. Sampai jumpa nanti ya?" pamit Ley mengajakku untuk pergi dan kami membayar makan siang kami itu.
"Trinity? kalian..." tanyaku pada Ley saat kami mulai menaiki motor untuk mengantarku pulang kerumah.
"Hahaha...kami biasa kok seperti itu, bercanda."
"Benarkah?"
"Ya, ini pakai helmnya, hari semakin sore. Aku yakin kamu pasti akan mengurus kaktus jam segini." ucapnya memakaikan helm itu ke kepalaku.
Kami pun saling terdiam di perjalanan, seperti ada sesuatu hal yang sangat tersembunyikan darinya.
...
Terdapat 3 panggilan video call dari Sygo dan Eldon. Sungguh aku menyesali moment langka ini, entah mengapa aku tidak mengaktifkan dering handponeku sehingga aku melewatkan panggilan tersebut, namun saat malam tiba Eldon dan Sygo akhirnya meneleponku kembali, kami saling bercerita tentang kerinduan hati masing-masing. Berharap akan berjumpa dan berkumpul dilain waktu. Sebentar lagi Eldon akan pulang kerumah itupun hanya beberapa hari saja dan dia akan ditugaskan pada kota tempatnya bertugas, sungguh waktu yang dahulu tidak bisa akan diputar kembali, kami bertiga sudah mempunyai kesibukannya masing-masing, akhirnya rasa sesal ku hilang karena mereka segera meneleponku di malam tiba.
"Sygo, kamu kenapa? kok badanmu semakin kurus sih?" aku bertanya pada badannya yang semakin tidak terawat, kantong matanya yang menghitam menunjukkan dia sepertinya kurang beristirahat.
"Apakah kita harus membawanya kembali pulang Zen?" ide Eldon
"Ya, sepertinya aku akan menyeretnya kembali kesini kak," ucapku dengan tatapan membara.
"Tenanglah, aku hanya terlalu menikmati pekerjaan awalku, hingga tidak terlalu mengurus kesehatan dengan baik."elaknya dengan kedipan mata maut darinya, dia berusaha untuk membela diri, padahal kami tau dia pasti kembali kepada kehidupan lamanya yang gemar terlambat makan dan tidak berolahraga merawat badannya itu. Ini adalah sesuatu hal yang aku khawatirkan dari Sygo, dia akan lalai untuk menjaga kesehatannya, karena dia tidak punya selera makan jika sedang makan sendirian.
"Baiklah, mulai besok kita akan makan bersama."perintahku padanya.
"Bagaimana mungkin kalian bisa makan bersama?" ucap Eldon sambil tertawa. "Kamu mau jumpai dia kesana hanya untuk makan Zen?"sahutnya kembali.
"Tidaklah, kami akan video call saat jam makan, camkan itu!" ucapku dengan sorot mata berapi-api.
👀👀👀👀👀

KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu Gugus Alkil
Ficção AdolescenteSekeping kenangan indah dan buruk akan selalu menghampiri setiap manusia, Bagaikan Gugus Alkil, yang mana Alkana kehilangan atom H nya, Demikianlah Velzen tanpa cinta dari Zimmer. Akankah sendu itu dapat dirubah, saat ia kembali membuka hati dengan...