17

2 0 0
                                    


"Tan, Velzen sudah berangkat kampus ya?" tanya Sygo pada Ciska mama Velzen, yang tampak terkejut akan kedatangannya tersebut, mama berlari memeluknya erat seakan sudah tidak bertemu berabad-abad lamanya dengannya.

"Hari ini Zen tidak ada jadwal kuliah tapi pergi lebih awal bersama Zimmer, katanya ada perlombaan melukis di pusat kota Go." jelas mama sembari mengacak rambutnya geram dan mengajaknya duduk sarapan bersamanya.

"Oh ya, om kenapa lama dari luar kota tan? apa pindah tugas ya?" tangan Sygo berhasil memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya sebelum dia bertanya demikian pada mama.

"Hmm, sejujurnya papanya Eldon dan Velzen punya keluarga baru disana Go." tunduk mama dengan kejujuran yang tiba-tiba. Sygo memandang Bi Lus yang tampak biasa saja, menandakan Bi Lus sudah lebih mengetahui hal yang telah disembunyikan oleh sosok yang sudah dianggapnya ibu itu.

Raut wajah tante Ciska tampak terlihat sedang berusaha tidak mengeluarkan air matanya yang sudah tertahan di pelupuk kedua matanya. Rasa tabah sangat diturunkannya pada Velzen, ketika dia selalu ikhlas jika di jahili oleh Dendro saat di bangku sekolah dulu. Dia tidak bisa membayangkan jika Velzen mengetahui berita yang tidak baik ini, dan bagaimanapun juga ini bukan hal yang perlu disembunyikan
oleh kedua anaknya tersebut karena antara keluarga haruslah saling terbuka. Apalagi sahabatnya Eldon yang sedang berjuang untuk tahap terakhir penerimaan tes polisi yang sedang di ikutinya tersebut, mungkin kondisi tante saat ini sedang menanti saat yang tepat untuk berbicara pada kedua anaknya tersebut.

"Tan, aku akan membantu tante menjelaskannya pada Velzen dan Eldon jika tante sudah menetapkan waktu yang tepat." Kata Sygo menguatkan tante Ciska, Bi Lus berlari memeluk tante Ciska yang sudah terisak menanggis, Sygo pun ikut larut dalam pelukan kedua wanita yang sudah dianggapnya menjadi keluarganya tersebut.

...

"ini, aku bawa roti kesukaanmu." Sygo menyodorkan sebungkus penuh roti sobel kesukaanku itu, entah sejak kapan dia sudah tiba-tiba datang menghampiriku ke kamar membawakan roti seplastik penuh.

"Wah...aku mau buat teh dulu, kamu mau?" tanyaku padanya berlari menuju dapur sebelum mendengar jawaban atas tawaranku tersebut.

"Bi, Sygo bawa banyak roti ini. Ayo makan bareng!" teriakku memenuhi ruangan dapur, berharap Bi Lusi yang sedang menonton bersama mama mendengarkan ajakanku.

Aku menyiapkan satu teko penuh teh hijau untuk dinikmati bersama dengan yang lainnya, dan dengan hati-hati membawanya ke ruang tamu, seluruhnya sedang bersantai menonton disana.

"Oke, malam ini cemilan kita adalah roti sobek." kataku menuangkan teh hijau tersebut ke empat cangkir kecil yang sudah ku persiapkan dengan sangat baik.

"Aduh... ini biasanya cocok untuk sarapan pagi Zen, kok dimakan sekarang sih?" ucap mama yang terlihat fokus pada layar laptopnya itu, mama sedang mempersiapkan seminarnya untuk besok yang akan ditampilkan bertepatan dengan hari mata sedunia, sehingga mama ditunjuk menjadi permateri terkait dengan tema yang cocok dengan hari besar tersebut.

"Salahin orang yang ngasih dong ma, kenapa tidak lebih pagi datangnya biar sempat dimakan buat sarapan." kataku melotot ke arah Sygo

"Jelas Sygo sudah di sini dari pagi Zen." sahut Bi Lus dengan roti yang penuh di mulutnya sehingga perkataanya kurang jelas terdengar.

"Ya, kamu yang keluyuran pagi-pagi ntah kemana." ujar Sygo tanpa melepaskan pandangannya dari handpone di tangannya, seperti biasa dia pasti sedang sibuk dengan dunia gamenya itu.

"A..aku ada urusan seharian ini." jawabku terbata-bata, berharap Sygo tidak bertanya lebih jauh lagi.

"Besok aku akan bekerja lagi Zen, padahal aku berharap kita bisa habiskan waktu seharian ini sebelum aku sibuk kembali dengan pekerjaanku."kata Sygo yang terlihat kecewa.

Sendu Gugus AlkilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang