"Sygo, kenapa kamu gak milih makan nasi aja sih, apa disana gak ada rumah makan padang ya? kok kamu makan siangnya malah makan mie kuah cup di minimarket?" tanyaku dengan raut penasaran, aku semakin khawatir saja karna sudah membuat aturan untuk video call setiap makan. Lihatlah di hari pertama aku membuat aturan itu Sygo malah hanya mengkonsumsi mie di saat jadwal makan siang yang harusnya butuh asupan makan yang ekstra.
"Tenanglah, aku baru pertama kali kok makan beginian di Bandung. Kangen tau makan gini bareng kamu waktu kita pulang sekolah dulu." Sygo berhasil memasukkan sesendok mie di yang sudah mencapai batas waktu sudah dapat dikonsumsi itu.
"slurp..."bunyi kuah beserta mie yang masuk ke mulutnya menandakan dia sangat menikmati hidangan makan siangnya tersebut."ngomong-ngomong aku sangat merindukan rumah makan padang langgannan kita Zen, kamu pernah kesana lagi gak?" ucapnya dengan makanan yang masih berusaha dia kunyah.
"Ya enggaklah, kan kamu sama Eldon lagi gak disini. Hampa tau kalo pergi kesana sendirian, seperti ada yang kurang." jawabku dengan raut muka sedikit ditekuk.
"Yaiyalah, kita berdua aja terakhir makan disana waktu dari perpustakaan ditanyain ibunya, kenapa berdua aja kok gak bertiga." ucap Sygo,mengingat ketika kami tidak dalam personil lengkap mengunjungi tempat langganan kuliner kebanggan kami itu.
"Eh...Aku catat ya, hari ini kamu makan mie, jadi kita bisa melihat batas kamu makan mie untuk selanjutnya."ucapku dan memasukkan sesendok nasi dengan lauk ikan nila saos pedas itu, dihadapanku ada Ley yang ikut serta makan siang bersama, namun Sygo belum mengetahui itu. Aku mengatakan jika aku makan sendirian di kantin kampus saat ini.
"Bruk..." seketika handphone yang aku dirikan dengan bertumpu kotak tissue itu bergerak karena Ley yang mengambil selembar tissue dari sana. Hingga membuat handphone ku terlentang dan tidak sengaja memperlihatkan wajah Ley dengan sangat jelas.
"Waduh kelihatan?" ujarnya dengan suara pelan , tampak dia menepuk jidat dengan rasa bersalah.
"Hem..."deheman Sygo mengkode aku yang sudah ketahuan sudah berbohong.
"Sepertinya kalian ada something ya?, sudah seperti lem perangko saja sekarang."tatapnya dengan tajam
"Go, sebenarnya aku dan Ley..."belum sempat aku melanjutkannya Sygo sudah menutup sambungan telepon kami berdua.
"Kenapa? dia marah ya?" tanya Ley yang sejak tadi mengawasi.
"Maybe." jawabku dengan perasaan bersalah.
"Kenapa tidak jujur saja? kamu gak suka ya mengekspos hubungan kita ini?"
"Bukan seperti itu Ley."
"Sudahlah Zen, kamu dari awal memang selalu tidak nyaman jika Sygo tahu yang sebenarnya kan?" tangan Ley sibuk dengan handphonenya hingga perbincangan kami sepertinya tidak menarik baginya.
"Kenapa kamu jadi marah juga sih Ley?" ucapku, aku tidak menyangka maksud perkataan dia barusan.
"Baiklah, aku berhasil membuat dia marah besar padamu, bagaimanapun juga kalian tidak akan bisa berdamai lagi, Wah aku tidak menyangka akan semenarik ini Zen." Ley bertepuk tangan bagaikan telah mencapai misi yang tidak ku ketahui.
"Apa maksud perkataanmu itu Ley?" tanyaku, aku sungguh tidak mengerti maksud perkataanya barusan.
"Kamu tidak mengerti ya? kita sedang mencapai titik puncak permasalahan." jelasnya, kini entah mengapa aku sangat takut melihat tatapannya kali ini. Tatapan seperti seseorang yang mencapai kemenangan dengan cara yang licik.
"Eh, Zim, kamu masih makan dengannya ya?"kata seseorang yang tiba-tiba hadir di hadapan kami, dan seseorang itu tak lain adalah Trinity.
"Wah, kamu gak sopan ya Zen, apa salahnya menyapaku dengan sapaan mata dahulu, seperti ini contohnya." Ley dan Trinity saling menatap satu dengan lainnya, tatapan yang sangat teduh. Mengapa mereka malah mencontohkan hal tersebut di hadapanku, dan mengapa tangan Ley digengamnya? Batinku. "Aku permisi dulu," ucapku pergi meninggalkan mereka berdua dengan perasaan yang berkecambuk. Apakah Ley sedang mempermainkan aku saat ini? dan mengapa Trinity melakukan hal tersebut sementara dia dan Eldon kan adalah sepasang kekasih, apakah seorang sahabat bisa bertindak sejauh itu? apakah aku yang sudah berpikir berlebihan? Aku bersikeras memikirkan hal itu saat ini.
...
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan
"Kok tiba-tiba gak aktif gini." omelku setelah mencoba beberapa kali menekan tombol panggilan pada nomor Sygo. Aku yakin dia sangat marah saat ini, karena kami tidak pernah menyembunyikan sesuatu selama ini, kami bertiga selalu terbuka untuk segala halnya. Kini aku mencoba untuk menelepon Eldon, mencoba menjelaskan sesuatu hal yang baru terjadi, dan mempertanyakan hubungan Ley dan Trinity yang mencurigakan tersebut.
"Plok..."belum lagi aku menekan tombol panggil, sebuah tangan berhasil menampar telapak tanganku dengan keras, handphone yang sedang ku gengam terjatuh ke tanah. Saat ini aku sedang berada di samping kampus, taman digital hari ini tidak seperti biasa dipenuhi dengan keramaian mahasiswa yang sedang sekedar kumpul mengerjakan tugas, seketika tempat itu sepi sehingga tidak ada yang tahu aku sedang berada di posisi ketakutan saat ini.
"Kamu ini, sangat tidak mandiri ya, mau mencoba menelepon Eldon kakakmu itu ya?" tangannya menekan kuat kedua pipi di wajahku, menampakkan sorot matanya. Aku tidak sengaja menatap matanya dengan berani, agar aku mengetahui siapa wanita yang dengan berani menampar telapak tanganku dan membuat handphoneku yang tampak sepertinya sudah rusak karena terjatuh itu.
"Tri-trinity." ucapku dengan terbata, rasa takutku memuncak setelah dia melotot ke arah sorot mataku.
"Ayo ikut kami!" tariknya,Trinity wanita dengan rambut sependek bahu yang berwarna pirang itu memaksaku masuk kedalam mobil berwarna hitam, meski dia memiliki tinggi badan lebih pendek dariku namun ku akui tenaganya tidak dapat terelakkan.
Setelah mencampakkanku dengan kasar ke dalam mobil, dia tertunduk meraih handphoneku yang jatuh di tanah tadi, namun segera disakuinya kedalam jaket coklat kulit yang dipakainya.
"Kalian mau bawa aku kemana ha?"
Aku memegangi kepalaku yang pusing, sorot mata tajam Trinity tadi mampu membuat penyakitku berulah kembali, aku sangat ketakutan saat ini, aku mencoba untuk tetap menahan diri, agar kesakitan itu tidak seluruhnya menguasai diriku, yang ku tahu di dalam mobil ada Trinity dan ada Ley yang mengemudikan mobil tersebut, aku sudah menunduk selama perjalanan. Menanggis dengan ketakutan sembari menahan rasa sakit di kedua mataku."Tidak butuh waktu lama untuk melumpuhkannya Zim." ujar Trinity, aku masih dapat mendengar pembicaraan Trinity dan Ley, meski masih kesakitan, pendengaranku masih dalam keadaan normal.
"Unik ya, hanya dengan tatapan matanya saja target bisa kita lumpuhkan, seandainya saudara kembarnya itu bisa dengan mudah dibasmi seperti ini, tidak akan lama aku pendam dendam dalam hati ini sedari dulu." ujar Ley, ucapannya saat ini sangat berbeda dengan Ley yang biasanya. Sikap manis, perhatian, hingga membuatku terpana itu kini malah memancarkan sakit hati teramat dalam bagiku. Dendam? apa yang menjadikannya sangat penuh kemarahan seperti ini, apa kesalahan
Eldon yang membuatnya murka dan malah melampiaskannya padaku. Batinku.Seperti duri kaktus yang halus menusuk kedalam tangan, sungguh sakit namun tidak terlihat bentuknya karena bentuk duri yang ditancapkannya halus namun memiliki ujung yang tajam.
👀
![](https://img.wattpad.com/cover/223624503-288-k543490.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu Gugus Alkil
Teen FictionSekeping kenangan indah dan buruk akan selalu menghampiri setiap manusia, Bagaikan Gugus Alkil, yang mana Alkana kehilangan atom H nya, Demikianlah Velzen tanpa cinta dari Zimmer. Akankah sendu itu dapat dirubah, saat ia kembali membuka hati dengan...