10

3 0 0
                                    


“Pamit ya tan, om.” Tangan Sygo  menyalami papa dan mama, berpamitan untuk mengantarkanku pergi ke kampus di pagi hari yang dingin, hujan deras tadi malam membuat awal pagiku sangat mager. Namun kuliah di hari pertama tidak mungkin membuatku malas untuk pergi.

“Hati-hati ya go, semangat kuliahnya ya sayang,” teriak mama di depan pintu memberi lambaian tangan pada kami yang sudah berlalu pergi.

“Ehh Ley,” kataku ketika Ley lewat dari arah berlawanan dengan aku dan Sygo, tampaknya dia akan kerumahku.

“Kamu mau menjumpainya?”
“ Sepertinya tadi dia melihat kita.” ujar Sygo

“Tidak usah, aku akan mengirim pesan saja padanya,” jawabku menolak

“Baiklah, pegangan yang erat ya.” katanya kemudian mengemudi motornya dengan cepat.

“Ley,?” kataku ketika tiba-tiba ia berada di hadapanku, setelah Sygo berlalu pergi usai mengantarkanku, tanpa disadari ternyata Ley mengikuti dari belakang sejak tadi.

“Kan sudah ku bilang kita akan berangkat bersama,” ujarnya

“Maaf aku pikir ajakanmu semalam hanya pura-pura,” jawabku

“Yasudahlah, sampai jumpa nanti ya, 5 menit lagi kelas dimulai.” Melirik jam tangan hitam ditangannya

“Kelas? kamu kuliah ?”tanyaku penasaran

“Ya, fakultas kita tetanggaan, semangat ya kuliah pertamanya!” Pamitnya sembari mengelus rambutku sekilas, aku tertegun dan melirik ke sekitar berharap tidak ada yang melihat pemandangan alay ini.

Aku melihat Ley mengendarai motornya ke arah fakultas teknik , benar saja, fakultas nya bersebelahan dengan fakultas ku, tabung gambar yang dipakainya juga meyakinkan ku bahwa dia spertinya mahasiswa arsitektur

Saat ini aku menyelesaikan segalanya dengan mandiri, biasanya ada Sygo yang selalu berada di sisi, membantu segala hal mengenai tatap muka. Karena hari ini aku sendiri dan semakin banyak menatap mata orang-orang baru dengan sekilas di kampus membuatku sedikit merasa sakit kepala. Cara ampuh agar mataku tidak menjadi perih adalah dengan mengontrol diri agar pikiran tentang trauma menatap tatapan itu tidak mendominasi pikiranku sehingga sakit yang tidak diinginkan itu tidak dapat ku rasakan.

“Baiklah, untuk hari ini aku akan menghindar dahulu, lagian masih banyak waktu untuk kumpul bersama dengan mereka.” batinku dalam hati setelah berhasil menolak ajakan para mahasiswa yang ingin membuat acara kecil penyambutan mahasiswa baru, izin sedang tidak enak badan membuatku berhasil tidak ikut nimbrung dengan mereka.

“Ley sini,” aku melambaikan tanganku kepadanya, mengarahkannya pada meja makan yang sedang kami duduki.
Sapaan senyumannya seketika berubah ketika Sygo menoleh ke arahnya.

“Kenapa duduk disebelahnya?” tanya Sygo saat Ley lebih memilih duduk berhadapan dengannya,

“Seseorang akan lebih memilih tempat yang nyaman untuk diduduki,” jawabnya

“Dan aku tidak nyaman makan jika kamu didepan mataku ” jawab Sygo tidak kalah, membulatkan matanya lebar-lebar.

“Sudahlah, ayok makan, ini pesanan mu Ley.” Leraiku dan memberi piring dengan isi menu rendang itu.

Kami pun menghabiskan makan siang, sejak tadi aku mendinginkan mataku dengan es batu yang terbungkus dengan sapu tangan, sebelum datang menjemputku ke kampus aku mengirim pesan pada Sygo untuk mampir sebentar membeli sapu tangan, tanpa pertanyaan Sygo akan membelinya karena ia sudah tahu akan dipergunakan untuk apa.  Hari pertama saja sudah terasa sangat berat dan membuat mataku kelelahan, bagaimana untuk kedepannya.

“Jika perlu tebengan di hari hujan, kamu bisa pergi denganku ke kampus Zen.” kata Ley setelah ia  mengetahui alasan Sygo mengantarku di hari hujan adalah karena mama tidak mengijinkanku mengendarai motor sendirian jika jalan dalam keadaan licin karena hujan.

“Baiklah, terimakasih” jawabku

“Tidak perlu, aku bisa mengantarnya.” tolak Sygo tiba-tiba

“Sudahlah bro, kamu kan harus mengurus kantor om Daren.” kata Ley mendorong punggungnya ke belakang kursi melipat tangannya dan menatap Sygo menanti jawabannya.

Aku bingung seketika, dan mencermati kata-kata Ley. Sejak kapan om Daren mempunyai kantor, dan mengapa ia tahu om Daren papanya Sygo itu?

“Sepertinya disini ada seseorang yang ikut campur dengan kehidupan pribadi.” Sygo mengacak rambutnya ke belakang, rambut keriting yang bagaikan mie itu pun mempertontonkan jidatnya. Jika Sygo menunjukkan gerakan seperti ini maka saat ini suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.

“Tadi aku sudah bilang jangan ajak dia Zen, ayo kita pulang!” perintah Sygo dan mengambil tasku

“Wah, kamu benar-benar penuh kejutan Ley.” tatapku lama padanya dan pamit pulang dengan Sygo yang sudah menunggu sedari tadi.

Sejak di perjalanan, Sygo yang biasanya akan berisik kini berubah menjadi diam sejak permasalahan kecilnya dengan Ley. Aku yang sebenarnya dari tadi ingin bertanya, lebih memilih diam jika tidak ingin rambut keritingnya akan naik keatas menambah beban pikiran padanya lagi.

“Sepertinya besok matahari akan terik, aku akan pergi ke kampus sendiri.” jelaku pada Sygo setelah berpamitan akan pergi pulang.

“Ini.” tangan Sygo mengambil sesuatu dari jaketnya.

“Aku khawatir kamu lupa membelinya, sementara Eldon tidak sedang dirumah untuk mengingatkanmu,” katanya, setelah menyerahkan Softlens yang baru aku buka.

“Oh iya besok hari rabu, Thanks tiang listrikku.” Pelukku erat padanya

“Apa-apaan ini?” hatinya terkejut setelah berusaha menghindari.

“Kenapa?, aku kan sering peluk gitu kalo lagi senang, eleh biasa sajalah kamu kan saudaraku juga.” kataku memukul bahunya dan pergi masuk ke dalam rumah, sepertinya Sygo sedang terburu-buru dan tidak sempat singgah kerumah.

Sebuah dapur dengan interior yang mewah terlihat seseorang sedang menikmati sebuah hidangannya. Seseorang yang sejak tadi mencoba menunggu panggilan dari seseorang itu tampaknya terlihat penuh dengan ribuan pikiran yang menyelimuti.

Akhirnya handphone berdering, Penantian lelaki yang berotot tersebut telah usai. Pakaian lengan panjang yang setiap saat dipakainya mampu menutupi urat saraf di otot tanggannya yang menonjol karena emosinya yang saat ini sedang memuncak.

“Lakukan saja seperti yang kau bisa, semakin menderita lebih baik untuknya, bukan.”kata orang yang berbicara di panggilan dengannya itu.

“Tapi, tampaknya kembaranmu itu sudah jatuh hati padanya. Aishhh dan itu membuat hatiku semakin hancur. Kau tau itu kan?” jawab lelaki itu memukul meja dengan kepalan tangannya.

“Tenangkan hatimu dahulu, jika gegabah maka kantormu itu akan lenyap seketika. Rahasia harus selalu diprioritaskan saat ini.” balasnya

“Baiklah, aku minta maaf jika suatu saat aku gagal dan malah menyakiti perasaan saudara perempuanmu itu.” kata lelaki yang sedang mengusap tangannya, pukulan meja tadi malah membuat tangannya kesakitan.

Aku menikmati tugas pertama di awal kuliah, tidak akan lupa merawat kaktus  di kebun agar tetap bertumbuh .Usaha kecil-kecilan ini akan tetap berjalan meskipun terkadang kesibukan kampus sangat tidak bisa dikontrol. Apalagi aku yang menyandang status mahasiswa baru. Untungnya ada bi Lus yang mau melayani para pelanggan yang ingin membeli pesanan kaktus, sehingga sedikit meringankanku dari pikiran-pikiran pelanggan yang tidak sempat aku temui di kala mereka ingin memesan.


👀👀👀👀👀

Sendu Gugus AlkilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang