22

3 0 0
                                    


Dengan berlahan aku mencoba untuk membuka kedua mataku yang sejak tadi menutup, rasa panas yang sejak tadi aku tahan kini sudah lumayan menghilang, seseorang memberikan bungkusan yang isinya beberapa es balok, aku masih merabanya dengan tanganku.

"Letakkan ke matamu, aku hanya tau cara itu bisa mengurangi mata mu yang memerah." ujar seseorang dengan suara khasnya, dia menuntun tanganku mengikutinya meletakkan ke kedua mataku.

"Maaf, aku jadi bersikap seperti ini padamu Zen."

"Untuk apa?, kenapa tidak dari awal kamu tidak begini Ley? kamu sama saja dengan yang lain."ucapanku penuh dengan cibiran

"Zim, ku harap kamu menjaganya. Kita akan menyelesaikan segalanya saat kakaknya ini datang pada kita, maaf ya, peranmu kali ini jadi umpan. Padahal seharusnya kamu tidak ikut campur dalam permasalahan kami." Tangan Trinity mengacak rambutku kasar, aku tidak menyangka dia adalah kekasih Eldon yang sangat dicintainya itu.

"Aku sudah menyediakan makananmu di meja Zen, dan aku tidak akan mengikat tanganmu seperti peran penculik pada umumnya yang melakukannya pada korbannya."

"Sebelum melakukan itu pun, kamu juga sudah sangat memenjarakan hatiku Ley, dasar cowok aneh. aku menyesal sudah mengenal mu."

"Padahal kamu tau, aku, Sygo dan kakakmu itu tidak berteman baik, tapi kenapa kamu selalu percaya padaku ha?"tanyanya dengan raut wajah penuh murka.

"Karena aku mengira kamu tidak seperti yang dibayangkan mereka, tapi nyatanya...." ucapanku berhenti sesaaat mengingat sikapnya yang sering berubah-ubah padaku itu, seharusnya aku tersadar tentang sikapnya yang selalu menghindar dan tiba-tiba muncul itu adalah untuk menjebakku.

"Maafkan aku Zen, aku harus mengurung mu disini dulu."

"Tidak, kamu gak bisa begini Ley, terlepas dari apapun itu tolong selesaikan dengan baik-baik. Aku gak mau sampai membuat mamaku khawatir, please jangan tinggalin aku Ley!" aku berteriak pada Ley bernegoisasi dengannya, aku yakin saat ini posisinya adalah hanya sebagai pesuruh oleh Trinity, terlihat dari kata-katanya yang menyuruhku untuk diawasi olehnya.

"Kamu tau? sudah seberapa besar dendamku pada kakak mu itu, bahkan pada keluargamu sekalian!" jari telunjuk Ley menghadap tepat di wajahku, menghunus hingga ke jantungku, tatapannya serupa dengan perkataannya penuh dengan dendam.

"A-Aku tidak tau masalah kalian Ley, jadi tolong jelaskan sedikit saja, aku frustasi dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban dalam pikiranku ini, sebab akibat apa yang terjadi diantara kalian."

"Karena dia, aku jadi seperti ini Zen."

"Apa yang salah denganmu Ley?, kamu tampak baik2 saja kelihatannya."

"Bruk..." kakinya menendang kuat kursi yang berada di samping tempatnya hingga terjatuh.

"Kehilangan sahabatku Trinity cinta pertamaku, sahabat-sahabat dekat ku, dan sekarang mamaku Zen." air matanya mengalir, pilu yang aku lihat, dia sangat terpukul saat ini.

"Tan-tante? ada apa dengan tante Vero?, kenapa kamu menyalahkan Eldon?" aku menatapnya serius, mengapa masalah ini hingga kepada orangtua.

"Kamu tidak tau? papamu itu berselingkuh dengan mamaku Zen, aku sungguh membenci keluarga kalian!"

"Bruk...." kembali tangan Ley memporak-porandakan benda yang berada di hadapannya itu, aku semakin takut dibuatnya.

"Apa? jadi papaku?" Aku menundukkan kepalaku menanggis, mencoba sadar akan kebenaran ucapan Ley barusan. Bagaimana mungkin papa bisa berselingkuh dengan tante Vero, jadi karena sudah menjadi keluarga baru papa dan tante tiba-tiba membuat alasan pekerjaan ke luar kota, padahal dibalik itu semua mereka merencanakan hal yang menyakitkan ini. Mengapa mereka tega melakukan hal ini.

"Tidak!!! papa tidak sejahat itu, huaaaaaa..." tanggisku

"Ubah sikap ketidaktahuanmu itu Zen, pekalah terhadap sekelilingmu. Aku yakin mamamu sangat sakit menahan kejadian ini. Mengapa dia hanya terdiam dan tidak curhat? ya karena kamu tidak peduli." tunjuknya  kearahku, dan aku menyadari itu.

"Mama, aku mau jumpa sama mama Ley, aku..."

"Seharusnya dibalik kekuranganmu itu, kamu tidak musti bergantung pada keadaan Zen, jika tidak bisa dekat dengan orang lain, sebaiknya kamu bisa jadi teman dekat untuk yang berada selalu di sisimu." ucap Ley. "Apakah kamu mau ikut memperbaiki dan mengembalikan keadaan ke tempat semula Zen?" tanyanya kepadaku.

"Ya, aku mau, aku akan menjumpai papa dan meluruskan permasalahan ini, mama pasti sudah sangat terluka."

" Aku juga ingin membawa mamaku kembali Zen, kamu tau aku hanya tinggal bersama nenek saat ini. Bahkan mamaku sendiri sudah sangat membuatku terluka Zen, dia tega meninggalkan keluarganya untuk pergi dengan papamu memulai hidup baru mereka disana."tatapannya nanar, kini keadaan ku sama-sama terpukul sejak Ley jujur dengan keadaan yang sebenarnya. Betapa dendamnya dia selama ini dengan keluarga kami, mulai dari Eldon yang merebut Trinity cinta pertamanya, dan saat ini  mamanya yang meninggalkannya.

...

Kini aku sudah berada dalam mobil bersama Ley, dia mencoba untuk tidak mengikuti permainan Trinity untuk membantunya dalam masalahnya, awalnya Trinity akan manarik perhatian Eldon untuk datang menjumpai Ley dan akan membuat Eldon terluka secara pelan-pelan.

Namun Aku menyadari Ley untuk bisa menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, apalagi hal ini sudah menyangkut permasalahan keluarga kedua belah pihak.

Akhirnya aku dan Ley berbicara dengan mama dari hati ke hati, hingga mama melimpahkan segalanya. Sungguh terpukul, mama menyalahkan dirinya atas segalanya, mengapa harus sahabat lamanya, Vero. Mengapa dan mengapa segala halnya sudah terbuka, aku pun mencoba menghentikan isakan tanggisku agar mama bisa aku kuatkan.

...

"Maaf, aku sudah bersikap seperti kekanakan tadi Zen."ucap Ley saat dia perpamitan untuk pulang.

"Sampaikan salamku pada nenek, segeralah pulang agar nenek tidak khawatir denganmu Ley."

"Selama ini Trinity yang merawatnya Zen, mungkin mereka sedang makan malam saat ini."Ley menatap jam tangannya.

"Trinity gadis yang baik, dia rela melakukan apapun untukmu Ley."

"Iya Zen, aku pamit ya, kita akan membicarakan jadwal yang cocok untuk ke Bandung."

Kami berencana untuk pergi ke Bandung bersama mama, menjumpai keberadaan papa dan mama Ley, meskipun nanti tidak akan menemukan hasil yang baik. Namun ketika aku melihatnya secara langsung, maka aku tidak akan pernah memaafkan papa atas kejadian ini.

...

"Ada apa? apakah mereka berbuat sesuatu denganmu Zen?" Setibanya Eldon dirumah dia langsung menghampiriku dan menanyakan keadaanku.

"Tidak apa-apa Kak." jawabku

"Sepertinya kakak harus melupakan Trinity, biarkan dia kembali  pada cinta pertamanya, Zimmer." jelasku pada Eldon, cerita Ley tadi yang kehilangan Trinity cinta pertama dan sahabatnya.

"Mereka hanya sebatas sahabatan Zen, sama seperti kamu dengan Sygo. Hanya saja saat ini dia berpihak pada Zimmer karena sahabatnya itu tidak punya siapa-siapa lagi untuk diandalkan, dia licik juga ternyata."

"Tidak Kak, Zimmer sangat mencintainya. Mereka juga saling membantu, aku salut dengan perlakuan Trinity, meskipun dia sangat menjengkelkan tadi." aku menunjukkan punggung tanganku yang masih memerah. "lihatlah tanganku, masih memerah karena pukulannya itu." kataku memanyunkan mulutku kesal.

"Beraninya dia melukai adik iparnya demi sahabatnya itu." Eldon masih sempat untuk bercanda di situasi seperti ini.

"Aku tidak akan mau dia menjadi kakak iparku. Menakutkan." kepalaku menggeleng ngeri membayangkan hal tersebut.

"Jadi kapan kalian akan menjumpai papa ke Bandung?"

"Sepertinya minggu depan, semoga tidak ada kendala ya kak."

"Sejak dulu papa sangat cuek, dan sering melukai hati mama. Sampai sekarang pun aku masih belum memaafkan kejadian yang sering membuat mama menanggis Zen."

"Tidak boleh seperti itu kak, bagaimanapun juga papa adalah papa kita."

"Kamu selalu saja jadi pembela." katanya sembari mengacak rambutku.

👀👀

Sendu Gugus AlkilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang