12

7 0 0
                                    

“Semangat, oke!” tanganku mendorong Sygo agar segera naik ke motornya, meraih ransel hitamnya dari kursi depan rumah dengan hati-hati, perlengkapan pekerjaanya pasti berada didalam sana.

“Lakukan seperti kamu biasanya membuat video, oke!” kataku kembali menutup keras kaca helm Sygo  hingga menutup keseluruhan wajahnya.

“Oke, lain kali kita berangkat berasama ya Zen,” Sygo berkata sebelum menancapkan gas pergi meninggalkan aku yang masih dengan kondisi baru bangun tidur.

Jadwal siang kampus hari ini membuat ku tidak terburu-buru untuk bersiap di pagi hari, malahan Sygo datang pagi-pagi hanya untuk mendengar kata semangat dariku.
Hari ini adalah awal Sygo di dunia pekerjaannya, menjadi sebuah cameramen di salah satu stasiun televisi, karena mempunyai pengalaman yang sangat baik dalam bidang itu aku yakin dia akan di promosikan dan mendapatkan  job yang menyibukkan nantinya. Sebelum ke tempat kerjanya Sygo malah datang kerumah untuk meminta semangat dan dukungan dari aku dan mama.

“Pasti beruntung kalo punya pacar seperti Sygo ya, sudahlah sopan pekerja keras lagi,” kata mama sebelum kami bergegas masuk ke dalam rumah

“Oh Laura ma,” jawabku ketika berpikir tentang perempuan yang terakhir dekat dengan Sygo, Laura sangat menyukainya hingga setiap saat mengirimkan hadiah kerumah Sygo.

Tapi yang mengkhawatirkan adalah Sygo tidak terlalu meresponnya dengan baik, dia kebanyakan bersikap cuek dan selalu mencari cara membatalkan janjiannya jika Laura meminta untuk bertemu dengannya.

“Jadi Sygo sudah punya pacar Zen?” mama memegang kedua bahuku tidak percaya, raut wajahnya menunjukkan tanda tidak percaya.

“Iya ma, sudah lama mereka pacaran, tapi ya gitu Sygonya cuek sama Laura,” jelasku

“Udah ah, Zen mau siap-siap kuliah, lagian bagus loh ma,” kataku memberi ruang pada mama untuk duduk di sofa

“Laura itu sekarang pemain film ma, wajahnya yang mendukung membuat dia mudah diterima di dunia akting, apalagi Sygo kan sekarang udah kerja di stasiun televisi, jodoh kan ma?” jelasku menunjukkan jempol dan sedikit mengehela napas bangga dengan lika-liku kehidupan percintaan Sygo yang akan berlanjut kedepan.

“Padahalkan, dari dulu kedua keluarga sudah menjodohi kalian, pupus harapan kami sekeluarga.” kata mama dengan suara pelan berdiri dari tempat duduknya meninggalkanku dengan tanda tanya.

“Apa? menjodohi? wah benarkan ada udang di balik batu,” batinku tidak percaya.

“Wah, desainnya keren sekali Glo,” aku kagum memandangi interior rumah makan Glo yang sudah berubah dari yang pertama kali diresmikan, tampaknya Glo tipe yang cepat bosan sehingga dengan sangat cepat mengubah ruang warung makan miliknya, padahal peresmian belum genap sebulan.

“Kamu tau tidak? Zimmer itu sahabat Willy Zen, itu sebabnya interior warung makan ini di desain dari Zimmer.” jelas Glo dengan tidak sabaran sehingga perkataannya sangat cepat seperti kereta api yang sedang berjalan, tanpa jeda yang jelas.

“Berarti kemarin itu Zimmer adalah tamu dari suami kamu?” tanyaku dengan penuh kepastian, sehingga dugaan Zimmer yang mengikutiku dengan sengaja adalah tidak benar.

“Iya Zen, tadi malam adalah terakhir dia datang kesini sendirian sambil menambahkan semua kaktus-kaktus itu,” tunjuk Glo pada beberapa dinding yang menempatkan ruang kecil pada kaktus-kaktus kecil yang ditempatkan dengan sangat indah.

“Dia sangat senang saat aku menerima ide darinya untuk menambahkan beberapa kesan unik dari kaktus tersebut di warung ini,” ujar Glo, dan menerima minuman dari pelayan yang datang mengantarkan minumanku.

Sendu Gugus AlkilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang