“Seriusan, kamu tidak perlu diantar jemput sama ku?” kata Sygo. Dia bahkan tampak sedikit khawatir
“Jadi untuk apa aku mengurus ini!” tunjukku pada kartu SIM yang sudah selesai seminggu yang lalu.
“Wah, apakah kamu akan baik-baik saja bertemu dengan orang-orang baru di kampus, bahkan aku bergidik ketakutan membayangkan wajahmu yang akan menghindari tatapan orang yang akan mengajakmu berteman nanti,” kata Sygo, merebut camilan yang sedang aku nikmati sejak kami duduk santai menikmati tayangan film yang dihadapan kami.
“Akan kulakukan seperti biasa, menunduk malu hahaha…” kataku dengan jawaban sederhana.
“Itu tidak lucu!” jawabnya ketus
“Lihat Eldon, dasar bucin.” kataku, kakak laki-laki ku itu sejak tadi bertelepon dengan Trinity, sebenarnya ia merusak suasana saja, apalagi sekarang adalah waktu kebersamaan kami untuk merelakan kepergian Eldon untuk pelatihan kepolisiannya.
“Sudahlah, pasangan yang baru memulai LDR memang akan seperti itu, iri bilang bos.” kata Sygo menatapku dengan tatapan ejeknya.
“Jadi bagaimana, kamu gak mau Sygo jadi mas ojek mu Zen?” ujar Eldon sesaat ia selesai bercengkrama di dalam telepon dengan Trinity, meskipun ia fokus bebicara dengan kekasihnya itu ia juga peka dengan pembahasan aku dan Sygo sejak tadi .
“Kapan lagi aku punya pacar jika si tiang listrik ini selalu disisiku,” aku melemparkan boneka disampingku dan mengenai wajah Sygo.
Sygo yang mempunyai tinggi badan yang agak tak wajar membuat ia sedikit mencolok jika sedang bersamaku, tinggi dan porsi badannya memang hampir sama dengan tiang listri, menjulang tinggi dan sedikit kurus, ditambah lagi dengan rambutnya yang keriting bagaikan pohon yang rimbun. Orang-orang sering mengira Sygo mewarnai rambut keriting yang kecoklatannya itu namun aku selalu meyakinkan mereka bahwa warna rambutnya adalah asli factor genetic.
…
“Bagaimana kabarmu?” tanya Glo, hari ini Glo mengatakan aku adalah tamu undangan special pada peresmian warung barunya.
Sebulan lalu setelah selesai acara kelulusan sekolah, Glo memutuskan untuk memilih menerima lamaran dari lelaki yang sah menjadi suaminya itu. Ternyata bukan cowok yang sering mengantarkannya ke sekolah yang jadi pelabuhan terakhirnya, namun Glo memilih Willy lelaki mapan yang dijodohkan oleh orangtuanya. Sebelumnya ia sangat galau dan penuh pilihan untuk memilih pilihannya saat ini, namun tidak disangka suami Glo mewujudkan impiannya yang selalu di harapkannya sejak dulu, yaitu memiliki warung makan sederhana.
“Besok aku akan mulai kuliah Glo” jawabku sembari mengaduk minuman yang dihidangkan pada peresmian warungnya itu.
“Semangat ya!” katanya menunjukkan kepalan tangannya,
“Pangeran pelukis mu bagaimana, kamu gak stalker dia lagi?”“hmm…terakhir kali aku tahu kabarnya dari mamanya, kebetulan ketemu di rumah sakit waktu antarin mamaku kerja”
“Mamanya sakit Zen?” tanyanya heran
“Bukan… mama Zimmer itu dokter juga Glo.” jawabku
“Wah… kalian memang serasi, orangtua yang sama-sama bergelut di dunia medis.”
“Iya, seandainya saja kami benar-benar serasi Glo.” jawabku mengalihkan pandangan saat terlihat Willy datang menghampiri meja kami, tangannya yang tadi melambai ke arahku seketika diturunkan ketika melihatku yang mengalihkan tatapan matanya.
“Glo, mari kita mulai acara peresmiannya”bisik Willy ke telinga Glo. Untuk apa ia seolah-olah berbisik jika suaranya biasa aku dengar juga.
Tiba-tiba handphone ku berdering, sebuah pesan WA masuk dari seseorang
Sebenarnya hal ini menjadi beban pikiran bagiku Zen
Aku masih punya hutang padamu, apakah kaktus di kebunmu sudah berbunga?Hatiku berdebar seketika , tak kala pesan dari Ley masuk setelah sekian lama. Semenjak hari itu, ia tidak ingin lagi bertemu denganku, Ley benar-benar tidak bisa aku jumpai. Terakhir kalinya adalah Kabar dari mamanya, yang mengatakan bahwa ia akan lanjut kuliah. Selain itu aku tidak mengetahui apa-apa tentangnya.
“Kenapa hanya di read? dari tadi aku menunggu balasan darimu.”
Ada suara seseorang dari belakang tempatku berdiri, aku yang sedang ikut hanyut dengan acara peresmian warung Glo mendadak mencari asal suara itu.
“Aku disini.” katanya, lelaki yang sudah berada di sampingku itu adalah Ley.
Aku hanya berdiri mematung, mencermati pikiranku yang sejak tadi hanya membayangkan Ley. Saat ini pikiranku ada diambang imajinasi dan kenyataan, mencoba menyangkal bahwa tidak mungkin Ley sedang berada disini saat ini.
“Kamu tidak bisa menatapku? sepertinya aku memerlukan kacamata hitam saat ini” ujarnya kembali
“Aku sedang rindu seseorang,”tambahnya kembali“Siapa?” tanyaku pada Ley tanpa menatapnya
“Baiklah dipersilahkan kepada bu Glo untuk memulai mengunting pita tanda peresmian warung makan sederhana” Suara mc dari depan pentas terdengar jelas.
“ya…kamu” jawab Ley
seketika seluruh ruangan dipenuhi dengan tepuk tangan yang riuh, Glo telah mengunting pita tanda peresmian telah disahkan.Kini tatapanku beralih pada Ley ,menatap dalam kedua mata yang aku rindukan itu, dan kini ia tersenyum.
“Apakah saat ini kamu sedang mengatakan sebuah lelucon?” tanyaku penasaran
“Tidak, aku tidak pandai untuk melawak, ini serius.” jawabnya memang dengan keseriusan
"Baiklah, jika terkait dengan kaktus, kamu bisa hubungi pak Tio," ujarku menjelaskan.
"Aku rindu kamu Zen, bukan kaktusmu"jawabnya kembali
"Kamu merindukan kaktus Ley, itu sebabnya kamu merasa terbebani."
"Oh ya.. lain kali jangan meninggalkan utang, agar kamu tidak di bayang-bayangi olehnya."
kataku sambil beralih menjumpai Glo yang melambaikan tangannya mengode aku untuk ikut berkumpul dengan keluarganya. Ley tampak mengikutiku dari belakang.Setelah selesai acara peresmian, aku pamit dengan Glo. Ley yang sejak tadi mengikutiku dari belakang akhirnya terpaksa aku kenalkan pada keluarga Glo yang sudah ku kenal dekat. Tante Ias ibu Glo yang terkenal ratu gosip itu malah menuduh Ley adalah kekasihku, hingga Glo yang tampak panik langsung menenangkan mamanya itu, sebelum tante Ias mulai meracuni pikiran seluruh orang-orang disana.
"Kenapa kamu gak bilang aja kita ini pacaran Zen?" tanya Ley
"Aneh..." jawabku lirih
"Besok aku jemput ya, akan ku tunjukkan jalan tercepat ke kampusmu besok,"
"aku tidak butuh jalan tercepat ke kampus, meski memakan waktu sejam aku rela menikmati perjalanan kesana," jawabku dengan ritme cepat
"Sudahlah, tidak usah menolak. Helmku ini juga sudah merindukanmu" ujarnya sembari memakai helm hitam yang telah menempuh cerita antara aku dan dirinya.
"Ada apa,kamu belum mau pulang? kenapa tetap berdiri disana? lelaki tidak perlu ditunggu, aku akan memastikan mu selamat sampai tujuan" kata Ley dengan percaya diri.
Aku yang sejak tadi berdiri di depan motorku menunggu ia bergerak pergi, agar motorku yang diapit dengan motornya bisa ku keluarkan.
"Bagaimana caranya aku pulang jika kau tetap disana,"
"Ha? aku menggangumu ya?, kamu tinggal naik ke motormu dan pergi pulang" jawabnya
Dengan emosi yang sedikit memuncak, aku berjalan ke arahnya dan menepuk kepalanya yang sudah memakai helm itu.
"Awas minggir, motor ku disini tuan," kataku dengan kesal.
Akhirnya pertemuan itu tiba, sendu itu pun sedikit menghilang dengan kehadirannya yang tidak disangka.
👀👀👀👀👀👀

KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu Gugus Alkil
Teen FictionSekeping kenangan indah dan buruk akan selalu menghampiri setiap manusia, Bagaikan Gugus Alkil, yang mana Alkana kehilangan atom H nya, Demikianlah Velzen tanpa cinta dari Zimmer. Akankah sendu itu dapat dirubah, saat ia kembali membuka hati dengan...