🌼 23 🌼

1K 136 4
                                    

"Kas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kas ... Kas! Siaga satu!"

Akas yang semua terjebak dalam lamunan mengenai kejadian pagi tadi, terkesiap. Lamunannya mengabur. Terima kasih pada Kemal yang menyikutnya tidak sabaran. "Ap--"

"Isy kenapa tuh lari-larian? Sak boker apa pegimane tuh."

Naluriah kepala Akas menoleh ke arah pintu kantin. Dia hanya menangkap kelabat gadis itu yang sudah lebih dulu hilang.

Sebelum dia sadar apa yang dia lakukan, cowok jangkung bernetra cokelat gelap itu sudah berada di tengah-tengah keramian koridor. Berlari dengan kecepatan angin menyusul Daisy.

Perasaannya sudah tidak enak melihat perubahaan sikap Daisy sejak sesi foto kedua mereka Sabtu lalu. Lalu ditambah kejadian pagi tadi, yang jelas Akas dibuat blingsatan.

Dia teringat akan cerita Daisy. Tentang dia yang sempat jadi korban bullying karena bentuk tubuhnya. Lantas ini, foto transformasinya tersebar di media sosial serta mading sekolah. Gadis itu pasti merasa tertekan sekarang.

Sial! Ini lebih rumit dari yang dia pikirkan! Akas takut gadis itu berbuat nekat melihat dari sefrustrasi apa dia ketika menceritakan masa lalunya saat itu.

Akas masih mengerahkan kemampuan berlarinya menembus hiruk-pikuk koridor lantai satu. Dia mengabaikan umpatan orang-orang yang tidak sengaja dia tabrak. Persetan dengan mereka!

Namun Akas harus menelan mentah-mentah kekesalannya tatkala guru olahraganya menyapa di saat yang tidak tepat.

"Kebetulan sekali ketemu kamu di sini," ujar Johari tenang. Kontras dengan Akas yang masih mengawasi punggung Daisy. Bayangnya menghilang setelah menaiki undakan tangga.

"Ada apa, ya, Pak?" tanya Akas sopan.

"Hanya ingin menyampaikan, jika O2SN untuk tingakat kota dimajukan jadi pekan depan."

Oh. Hanya itu?

"Karena itu, jadwal latihan kita tambah. Menjadi setiap hari kecuali Minggu. Nanti coba kamu sampaikan juga pada teman-teman yang lain."

"Baik, Pak."

"Yasudah. Saya tinggal dulu." Menepuk pundak Akas, pria berkumis tebal itu kemudian melenggang pergi.

Akas tidak membuang waktu. Dia kembali pada niatnya mengejar Daisy dan memastikan sendiri keadaannya. Dia sangsi gadis itu berbuat yang aneh-aneh. Masih ada sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi. Dan rasanya cukup untuk memastikan keadaan gadis aneh tersebut.

"Kenapa? Mau cari Isy lagi?" Pertanyaan dari Yura langsung menyambut Akas sesaat dia berdiri di depan kelas XI IPS 1.

"Iya. Bisa tol--"

"Gak ada," tukas Yura sebelum kalimat Akas tergenapkan.

"Loh, buk--"

"Tadi dia lari ke ujung. Habis itu naik tangga ke lantai tiga. Gak tau kesambet set--makasih woi! Ngeloyor aja lo, Bambang!"

Daisy [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang