🌼 10 🌼

1.4K 154 3
                                    

Sesaat setelah laju vespa abu-abu yang ia tumpangi berhenti, Daisy Ambarilis langsung melompat turun dari boncengan motor. Membuat kuda besi itu berguncang. Beruntungnya sepasang kaki jenjang Akas sudah menginjak tanah. Jika tidak, selamat tinggal pada body mulus kesayangannya.

Mata bulat gadis yang malam ini mengenakan hoodie crop tee warna army itu berpendar ke seluruh sudut tanah lapang. Yang kali ini disulap menjadi pasar malam. Semarak sekali. Hiruk pikuk terasa menyenangkan dalam tangkapan matanya. Euforia yang disajikan tempat itu, menular hingga membuncah dalam dada. Membuat gadis itu sangat bersemangat dan ingin buru-buru menjamah setiap wahana.

Namun, baru saja hendak merealisasikan niatnya, tangan kanan Daisy lebih dulu dicekal Akas. Gadis itu berbalik bingung. Ingin bertanya ada apa gerangan sampai ditahan-tahan macam scene film India, tetapi Akas sudah lebih dulu menagih helm yang masih ia kenakan. Membuat gadis itu cengengesan seraya melepas helm milik ibunya Akas yang cowok itu pinjamkan secara sukarela.

Sembari menunggu Akas mengamankan helm, Daisy menyetel kamera. Dia jadi ingat tujuan utama mereka ke sana. Buat konten. Tapi biarkan Daisy berhalusinasi jika saat ini sedang kencan buta dengan Akas.

Ayolah, jangan hujat Daisy. Ini efek terlalu lama menjomlo. Kalau tidak salah sejak lahir.

"Hallo, guys! Welcome back to my youtube channel! Balik lagi bareng aku ...." sapa Daisy riang. Senyumnya mengembang. Berjalan dengan satu tangan memegang kamera mirrorless dan satu lagi sibuk menyibak rambut ke belakang.

"Kali ini aku nggak sendiri dong. Tapi ditemenin sama ..." Daisy menjeda kalimatnya. Gadis itu melangkah cepat hingga kini berjalan di sebelah Akas. Dia arahkan kamera pada muka cowok itu. "Akas! Yang belum tau Akas ini siapa, bisa lihat video aku sebelumnya."

Akas bedeham seret. Malu rasanya berjalan dengan gadis narsis di sebelahnya ini. Beberapa pasang mata terang-terangan menatap ke arah mereka. Bahkan sampai ada yang menggelengkan kepala geli.

Inginnya Akas membentang jarak aman. Kira-kira lima sampai sepuluh meter. Lalu pura-pura tidak kenal dengan si gadis bermuka tembok di sampingnya ini.

Namun, niat Akas langsung diruntuhkan Daisy. Gadis aneh itu tanpa segan menarik Akas makin merapat. Melempar lirikan maut yang Akas tahu maksudnya. Jadi, sebisa mungkin cowok jangkung itu mengangkat sudut bibir. Menyapa para pengguna kanal youtube dengan ala kadarnya.

"Maklum, ya, guys, Akas ini orangnya suka malu. Tapi nggak malu-maluin kok, tenang."

Alih-alih menggubris pernyataan Daisy, cowok berhoodie army itu lebih tertarik memperhatikan keramaian di sekitarnya. Ratusan kepala berseliweran memadati tanah lapang. Suara gerungan mesin motor bersahutan dengan pekikan histeris orang di wahana ekstrem. Lalu disambut rengekan anak kecil yang minta dibelikan mainan.

Sudut bibir Akas menyungging tipis. Jika diingat-ingat, terakhir kali dia ke festival rakyat begini saat masih jadi bocah SD. Mungkin kelas tiga atau empat. Itu juga karena diajak tetangganya yang kasihan melihat Akas merengek minta diajak ke sana pada sang ibu.

Ah, Akas mendesah panjang. Mencoba menepis memoar masa lalu datang. Dia sedang tidak ingin bernostalgia.

"Di vlog-ku kali ini, aku sama Akas lagi main di pasar malam." Daisy berputar memperlihatkan sekitar. "Dan ... aku bakal buka sesi QnA di insta story-ku. Terserah kalian mau nanyain aku, Akas, atau kami berdua. Tapi, perlu digaris bawahi kalau kami nggak bakal meladeni pertanyaan seputar 'nama buat hubungan kita' eaaa ...."

Gadis itu tertawa lepas di tengah hingar bingar pasar malam. Dan rasanya, baru kali ini Akas mensyukuri kenarsisan Daisy. Karena berkat gadis itu, perhatian Akas pada ingatan masa kecilnya jadi teralihkan. Dia sepenuhnya menyimak apa yang sedang gadis itu bicarakan.

Daisy [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang