🌼 20 🌼

1.2K 125 3
                                    

Aku lagi suka aja dengerin yang lagu di mulmed makanya dimasukin ke sini wkwk. Gak ada korelasinya sih keknya sama cerita di part ini. Yukk diputer enak banget.

🌼🌼🌼🌼

"Eh, gue kepengen deh punya badan kayak Bu Mia. Udah tinggi, langsing, putih. Berasa lagi ngeliat model catwalk deh gue tiap liat Bu Mia jalan."

"Lo nggak tau aja dulu dia gimana."

Pernyataan dari Sekar barusan, efektif membuat dia dan ketiga temannya yang sedang berjalan menuju kelas saling merapatkan diri. Gibah season kesekian akan dimulai. Dengan objek guru TIK mereka yang baru saja meninggalkan labor komputer.

Kebetulan Daisy yang berjalan di belakang mereka dapat mendengar materi gibah siang ini. Tanpa sadar dengkusannya terdengar.

"Jadi gue tuh pernah nge-stalk sosmednya Bu Mia. Tau nggak kalian apa hasil temuan gue?"

Ketiga teman Sekar kompak menggeleng.

"Kalian pasti kenal dong sama Ratna. Anak kelas sebelah yang badannya triple XL itu??"

Para penyimak yang budiman mengangguk antusias. Sementara Daisy semakin tidak nyaman dengan apa yang sedang teman sekelasnya tersebut bicarakan.

"Nah, kurang lebih dulu tuh Bu Mia kayak gitu. Malah lebih gede lagi."

"Ah, masa sih? Nggak ada foto nggak percaya gue."

Bukan Sekar namanya jika tidak punya bukti valid atas setiap gosip-gosipnya. Jadi gadis itu keluarkan ponsel dan menunjukkan tangkapan layarnya pada ketiga temannya.

Sontak saja setelahnya mereka berseru heboh. Lalu berbisik-bisik saling mengomentari betapa timpangnya perbandingan Bu Mia yang dulu dengan yang sekarang. Spekulasi-spekulasi ngasal tentang awal mula terbentuknya tubuh langsing idaman setiap wanita milik Bu Mia tidak bisa dihindari.

Mendengar itu membuat telinga Daisy panas. Hatinya ikut-ikutan terbakar. Namun di satu sisi, ada perasaan khawatir yang merambat dalam hatinya. Bu Mia yang notabene-nya seorang guru saja tak luput dari mulut-mulut ceriwis penggosip itu. Lalu apa kabar dirinya?

Menggeleng, Daisy mengabaikan pemikirannya barusan. Selama dia tidak mempublikasi potretnya di masa lalu, semua akan tetap aman. Tidak akan ada yang mengorek masa lalunya. Tidak akan ada yang menggosipinya.

Sebelum ke kelas, Daisy putuskan mampir ke toilet di lantai satu. Tepat di samping tangga. Mungkin air dapat menyegarkan kepalanya dan mendinginkan hatinya yang sempat mendidih.

"Yur, titip buku, ya." Menyerahkan buku paket serta catatan TIK-nya ke dalam pelukan Yura.

"Lo mau ke mana? Bentar lagi Pak Bimo masuk."

"Ke toilet. Izinin telat kalau Pak Bimo udah di kelas, ya."

Tanpa menunggu jawaban Yura, Daisy langsung melesat ke dalam toilet. Memutar keran dan membasuh wajahnya di wastafel.

Bersamaan dengan salah satu bilik WC berderak terbuka. Pupil mata Daisy kontan melebar seakan hendak lepas dari peraduan. Rahangnya membuka lebar. Tatkala bertemu tatap dengan hantu masa lalunya lewat cermin lebar di wastafel.

Daisy bisa merasakan tubuhnya bergetar hebat. Wajahnya memucat. Di sisa kesadaraan yang dia punya, Daisy ingin berlari. Menerobos keluar. Kalau bisa, sekalian meringkuk di kamarnya. Tapi sialnya tungkai Daisy tidak dapat digerakkan. Seolah terpaku di atas ubin dingin.

"Dia Kak Bella."

"K-kamu kenal?"

"Hmm ... dulu dia tinggal di Bandung. Tetanggaan sama nenek gue."

Daisy [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang