"Gue perhatiin, lo makin lengket aja sama si atlet itu."
Aktivitas menggulir layar ponsel terhenti. Daisy mendongak dan mendapati tatapan kaya akan godaan Mita. Temannya itu menjulurkan leher sehingga bisa melihat apa yang sedari tadi menjadi pusat atensi Daisy.
Berdeham menyamarkan rasa salah tingkah, Daisy buru-buru meredupkan layar ponsel apel digigitnya. Membiarkan benda persegi super canggih itu tergolek di atas meja. "Maksud kamu Akas?"
"Yakali Paijo!" dengkus Mita seraya merotasi bola mata. "Ya si Akas lah. Apa tu tadi, Sel, kalimat tanya yang nggak membutuhkan jawaban?"
"Retorik."
"Nah iya. Betewe, hubungan kalian udah sampai tahap mana sih? Kepo nih gue kan belakangan ini lo sibuknya sama doi dong tuh ketimbang kita-kita."
Sumpah, ya, Mita. Ditanya begitu kan Daisy jadi salah tingkah. Ingatannya main putar sembarangan ke kencannya dengan Akas di pasar malam pekan lalu. Andai bisa itu dikatakan kencan.
Berhubung Akas sangat berbeda saat itu. Tidak ketus seperti biasa dan tidak bersikap sinis padanya. Malah berkali-kali dia membuat jiwa jomlo Daisy meronta-ronta. Hanya karena perlakuan sederhana dan kalimat-kalimatnya yang menggetarkan hati.
Baik. Daisy mulai melantur. Tapi benar, ada desir aneh yang Daisy rasakan. Bahkan detik ini hanya karena memikirkannya. Senyum dan tawa Akas mendadak berkelabat dalam kepala. Membuat pipi Daisy panas luar biasa.
Omong-omong, semenjak dari pasar malam hingga detik ini, hubungan mereka mengalami peningkatan kecil. Setidaknya Akas tidak begitu menghindarinya seperti di awal-awal. Mereka rutin berkirim pesan tiap malam--tentunya atas inisatif Daisy. Sekadar bertukar kabar singkat dan gombalan-gombalan receh ala Daisy.
"Hellow ... masih ada orang di sini?"
Lamunannya tersentak mendapati Mita mengayun-ayunkan tangan di depan wajah Daisy yang bersemu.
Mengabaikan wajah mencibir Mita disusul cie-cie-an Sellin juga Erika, Daisy memilih menyambar kotak susunya. Menyuruput isinya seraya mengalihkan tatapan ke lain arah. Yang pasti bukan pada ketiga temannya yang seru sekali menggodanya.
Entah ini sebuah kesialan atau keberuntungan. Netra Daisy jutru bertemu tatap dengan iris cokelat gelap manusia yang sudah membuat perasaannya berbunga-bunga tanpa alasan semingguan ini.
Kalau dipikir-pikir lagi, Akas bersikap biasa saja sebenarnya. Tapi memang dasar Daisy. Disenyumi Akas saja dia langsung ambyar.
Seperti saat ini Akas mengiriminya senyum dan anggukan kecil. Iya seperti itu saja. Namun berhasil meningkatkan kinerja jantung Daisy hingga berdetak dua kali lebih cepat. Menyebalkan memang.
Buru-buru Daisy mengalihkan perhatian demi kesehatan jantungnya.
Ayolah ... mana Daisy yang selalu menggoda Akas dengan sepik-sepik andalannya? Kenapa jadi dia yang salah tingkah begini sih?
"Duh senangnya yang disenyumin gebetan."
"Apa sih, Sel, biasa aja kok."
Sellin mencibir. "Definisi biasa aja versi Daisy itu, salah tingkah versi kita, guys," ujarnya sebelum meredam kekehan dengan menyuap es krim cupnya.
"Gini, ya, aku tuh sama Akas biasa aja kok. Kan dari awal pengin jadi partner kolab doang sih."
"Gue sangsi kalau cuma sebatas itu," sergah Sellin. Dia memiringkan kepala supaya menatap temannya ini lebih dekat. "Kalau dilihat-lihat, ya, kalian itu cocok loh, Sy. Cantik sama ganteng. Pas jalan berdua, udah kayak lihat Pangeran William sama Kate Middleton lagi parade."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy [COMPLETED]✔
Ficção Adolescente(Belum Direvisi) Terkadang, apa yang terlihat baik di luar, tidak begitu pula di dalam. Seperti Daisy Ambarilis. Selebgram sekaligus vloger cantik yang punya ratusan ribu followers di instagram. Dia ceria, murah senyum dan bersahaja. Tapi di mata Ak...