Bandung, Januari 2015
Langit malam itu terlihat indah dengan bintang-gemintang seakan tumpah ruah di angkasa. Daisy terlihat bersahaja. Wajahnya secerah langit malam. Dia duduk bersama sepupu-sepupunya di tepian kolam renang. Berceloteh apa saja. Tentang sekolah, lawan jenis yang rupawan, atau teman yang menyebalkan, serta sinetron kacangan yang mengaduk-aduk peasaan.
Setali tiga uang dengan anak-anak, golongan tetua pun asik mengenang masa lalu mereka. Sambil gotong royong memanggang daging dan jagung bakar di sudut lain area kolam renang.
Moment liburan tahun baru kali itu menjadi kumpul keluarga terlengkap mereka. Semua anak-cucu Oma Hardina berkumpul dengan perasaan membuncah. Membuat acara BBQ-an malam itu terasa sangat hangat. Sekali pun udara Lembang amat sejuk menusuk pori-pori kulit.
Tingg
Notifikasi chat dari ponsel mengalihkan perhatian Daisy. Gadis itu menunduk membuka pesan masuk dari kakak kelasnya.
Kak Mala :
Kamu di mana?
Aku gak tau harus ke mana, Sy
Aku gak berani pulang. Ayahku ngamuk lagi
Temenin aku, plis. Aku takut banget
Tanpa sadar Daisy menggigit bibir bawah. Tangannya mencengkeram ponsel sedikit lebih kencang. Pesan barusan membuat Daisy kepikiran dan gelisah tidak karuan. Seseorang sedang membutuhkannya, tetapi dia tidak bisa melakukan apa pun.
Daisy melirik sepupu-sepupunya. Mereka masih sibuk bercerita. Tidak menyadari kegelisahan Daisy yang tiba-tiba.
Daisy :
Isy lagi di Lembang, Kak:(
Lusa aja ya kita ketemu. Sekalian Isy bawain oleh-oleh dari Lembang buat Kak Mala😅
Kakak pulang dulu aja. Udah malem banget. Isy doain semoga ayah Kak Mala udah bobo, hehehe
Setelah itu tidak ada lagi balasan yang Daisy terima. Mendadak perasaannya makin tidak enak. Bocah kelas satu SMP itu berulang kali mengecek ponsel. Tetapi tetap saja yang terlihat hanya background ponselnya yang monoton. Dia takut, kakak kelas baik hatinya itu kenapa-napa. Atau dia marah karena Daisy tidak bisa menemaninya. Padahal selama ini, perempuan itu selalu ada untuk Daisy.
"Sy," panggil salah seorang sepupu Daisy yang baru kembali dari toilet.
"Iya, Ren?"
"Kamu dipanggil Oma tuh."
Daisy memaksakan senyumnya dan menyimpan ponsel ke dalam saku hoodie.
Tidak apa. Semua pasti baik-baik saja. Daisy meyakinkan dirinya sendiri. Mala orang baik. Dan dalam otaknya yang masih polos, dia berkesimpulan bahwa orang baik pasti akan selalu dilindungi Tuhan. Semoga saja.
Menghela napas, Daisy lekas bangkit dan bergegas menghampiri neneknya yang dia sayang.
"Oma." Dengan manja Daisy melingkarkan kedua lengannya di bahu sang nenek. Membuat wanita senja yang duduk di kursi roda itu mengelus pipi tembam cucunya. "Oma kenapa cemberut aja sih?"
"Nggak ada yang ngajakin Oma ngobrol. Anak sama cucu Oma pada asik sendiri."
Daisy tergelak. Makin dieratkannya pelukannya. Seketika, kerisauan Daisy teralihkan. Dia tidak lagi memikirkan kakak kelasnya yang malang. Bahkan pesan tadi seakan-akan tidak pernah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy [COMPLETED]✔
Fiksi Remaja(Belum Direvisi) Terkadang, apa yang terlihat baik di luar, tidak begitu pula di dalam. Seperti Daisy Ambarilis. Selebgram sekaligus vloger cantik yang punya ratusan ribu followers di instagram. Dia ceria, murah senyum dan bersahaja. Tapi di mata Ak...