"Kasurrrrr ... Ayang Mbeb lo udah nungguin noh di depan!" Kemal berteriak dari depan pintu kelas. Alisnya dinaik-turunkan membuat Akas yang masih duduk di bangkunya mendengkus sebal.
"Berisik lo bego!" Tahu-tahu saja seseorang menggerutu dari barisan meja belakang. Kedua alisnya saling bertemu di pusat kening.
"Yok Yok, kelas kita angker banget dah. Masa gue dengar suara orang ngomong tapi wujudnya gak kelihatan."
Suryo pura-pura bergidik. Mengikuti skenario sejawatnya. "Masa sih, Mal? Lo ngawur kali, gue nggak dengar apa-apa tuh."
"Tuh 'kan, angker." Kemal berseru heboh. Membuat langit-langit kelas XI IPS 4 gonjang-ganjing.
"Woi, ntar yasinan kuy. Biar makhluk halus di kelas kita tercinta ini berhembus kembali ke neraka!" Menekankan intonasi pada kata neraka. Ekor mata Kemal melirik Geren Wiryamanta si mulut bon cabe level sepuluh yang mulai tersulut emosi. Kemal santai saja. Buat apa takut dengan makhluk astral satu itu.
"Idiot lo!"
Demi menghindari adu tonjok yang bisa saja berakhir di ruang BK, Geren dengan tanduk setannya yang sudah berdiri pun memutuskan meninggalkan kelas. Dia sempatkan menendang pintu di sebelah Kemal sebelum pergi. Membuat anak-anak XI IPS 4 yang masih berada di sana elus dada. Sedangkan Kemal pura-pura bergidik takut. Mereka memang sudah lebih dari biasa berhadapan dengan tempramentalnya seorang Geren Wiryamanta.
Sesaat setelah bayangan cowok jangkung itu menghilang dalam keramaian koridor, tawa Kemal dan Suryo langsung pecah. Mereka terbahak-bahak sambil melakukan tos dengan gaya mereka berdua. Merasa menang bisa mempermainkan si songong Geren. Mereka memang tidak menyukai makhluk satu itu. Emosian dan sangat menyebalkan.
"Pstt, Kemal," panggil seseorang dari depan pintu.
Kemal menoleh dan kontan menyengir lebar begitu sadar Daisy masih menunggu di depan kelas mereka. Dia pun memberi isyarat pada gadis bernetra hitam itu untuk menunggu sebentar yang langsung di-iyakan Daisy.
"Kasur, Isy nungguin lo tuh di depan," kata Kemal memberi tahu.
"Biarin lah. Bukan urusan gue juga," balas Akas acuh tak acuh.
Suryo berdecak dramatis. Ia menggeleng-gelengkan kepala seperti orang tua yang sedang menasihati anaknya. "Nggak baik loh biarin cewek cantik nunggu sendirian. Ntar kualat loh kamu anak muda. Terus dibikin jomlo seumur hidup sama Tuhan, mau?"
"Nggak ada hubungannya sama sekali, Yok. Lagian gue nggak nyuruh dia datang kok."
"Batu banget lo. Ayolah keluar. Sekalian ke kantin. Cacing-cacing peliharaan gue udah pada demo nih."
Akas mendesah. Menghempaskan punggung ke sandaran kursi sedangkan ekor matanya melirik pintu ganda yang hanya dibuka satu saja. Sebenarnya dia juga lapar. Tetapi ketika ingat di luar sana ada si gadis narsis penggila sensasi, dia jadi malas ke mana-mana. Hilang selera.
Kabar buruknya adalah, sudah tiga hari gadis itu mengganggu ketentraman hidup Akas sejak percakapan mereka di taman waktu itu. Anehnya, dia pun seperti tidak ada bosan-bosannya setiap hari setor muka pada Akas dan mengocehkan hal yang sama. Akas, ayo kolab--Aku nggak akan nyerah gitu aja--Aku nggak akan berhenti sebelum kamu setuju.
Bah!
Padahal cowok itu selalu mengacuhkannya. Menganggap kehadiran gadis itu seperti butiran debu.
Namun pada akhirnya Akas beranjak juga dari kursi panasnya. Tidak mau menyiksa perut sendiri hanya karena keberadaan gadis pengganggu itu.
Baru selangkah kakinya menginjak ubin luar, wajah Daisy langsung memenuhi retina Akas. Dia menyapa Akas dengan senyum secerah mentari pagi. Tetapi yang disapa justru melihatnya seperti Squidward yang sedang berhadapan dengan Spongebob.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy [COMPLETED]✔
Novela Juvenil(Belum Direvisi) Terkadang, apa yang terlihat baik di luar, tidak begitu pula di dalam. Seperti Daisy Ambarilis. Selebgram sekaligus vloger cantik yang punya ratusan ribu followers di instagram. Dia ceria, murah senyum dan bersahaja. Tapi di mata Ak...