🌼 33 🌼

1.1K 123 5
                                    

Akas Uwu :
Lo nunggu bentar gpp kan
Gue ada rapat osis bentaran

Daisy :
Oke
Jangan lama-lama
Nanti aku kangen bahaya

Akas Uwu :
Serah deh serah

Daisy terkekeh membaca balasan dari Akas. Setelah mengirimkan emoticon hati banyak-banyak, gadis itu menjejalkan ponsel ke dalam tas. Ia lantas meluruskan kaki di bawah meja dan membungkukkan badan sehingga pipi kirinya menempel di permukaan meja.

Sebenarnya Daisy penasaran Akas dapat ilham dari mana. Sehingga ketika membuka pintu pagi tadi, dia dikagetkan dengan keberadaan Akas di depan pagar rumahnya.

Ketika ditanya, cowok pemarah--hanya padanya tentu saja, itu beralibi kebetulan lewat dan berbaik hati ingin memberi tebengan cuma-cuma. Daisy iya-iya saja karena yakin seribu persen Akas gengsi mengatakan kebenaran kalau dia memang sengaja ingin menjemput. Toh, di luar itu semua, Daisy senang kok.

"Masih mau di sini lo? Di luar udah sepi padahal."

Mata Daisy yang tadi ingin terpejam kembali membuka. Gadis itu teringat jika tidak sendirian di dalam kelas. Ada Yura yang tadi khusuk menyantap bekal makan siangnya.

"Akas ada rapat OSIS. Aku yang nebeng bisa apa kalau bukan nungguin."

Yura meneguk air mineralnya sampai tandas. "Mau ikut gue ke dojang gak? Dari pada sendirian doang di sini. Kalau lo kesurupan gak ada yang rukiyahin."

Mata bulat Daisy mengerjap lambat. "Ngapain di sana?"

"Berenang!" ujar Yura keki seraya merapikan kotak bekalnya dan dimasukkan ke dalam paper bag kecil.

Kebanyakan mendekam di kelas mungkin membuat satu baut di kepala Daisy terlepas atau justru berkarat. Namanya juga dojang. Ya pasti kalau tidak latihan taekwondo, berarti nonton orang yang sedang sparing.

"Sayang banget aku nggak bisa berenang."

Decitan kursi beradu ubin membuat Daisy menegakkan punggung. Menengadah memperhatikan teman sebangkunya yang sudah akan minggat dari sana. "Bodo amat dah. Gue mau gue cabut dulu. Kalau lo mau ikut buruan."

Dengan misuh-misuh Daisy beranjak dari kursi panasnya. Mengekori Yura yang jalannya cepat sekali. Heran, padahal tungkai Daisy lebih panjang tiga senti ketimbang Yura. Tapi justru gadis berambut bob tersebut yang bisa selebar itu melangkah.

Seperti yang dikatakan Yura tadi, suasana sekolah sudah sepi. Hal yang tentu saja Daisy syukuri. Dia bisa berjalan tanpa memikul beban perasaan. Seperti malu, merasa tersudut, dan sebagainya.

Tapi persetan dengan itu! Sebab Daisy sedang dalam proses mengabaikan perasaan-perasaan negatif yang hanya akan mengacaukan akal sehatnya. Perlahan demi perlahan.

"Kamu ikut O2SN juga, Yur?" Daisy bertanya pada Yura untuk mengalihkan pikiran negatifnya. Gadis bersurai legam itu juga berusaha menerapkan masukan yang diberikan guru BK-nya tempo hari.

"Yakali enggak. Bisa-bisa tahun ini sekolah kita gak bawa pulang medali emas lagi."

Daisy mencibir kepercayaan diri seorang Yura Anita yang melebihi ambang batas. Tapi wajar sih, dia punya potensi melakukan hal tersebut. Buktinya, O2SN tahun kemarin Yura berhasil menyabet medali emas dalam pertandingan kyorugi.

Ketika tiba di persimpangan lorong lantai satu, langkah Daisy memelan. Sepasang alis lebatnya bertaut dengan wajah celingak-celinguk. "Kamu denger suara kayak orang lagi nangis nggak, Yur?"

Ternyata bukan hanya Daisy saja yang mendengar. Yura juga. "Makin horor aja nih sekolah. Habis nonton FTV hidayah kali, ya, si Mbak Kunti makanya nangis-nangisan siang bolong begini."

Daisy [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang