🌼 9 🌼

1.2K 153 3
                                    

Daisy mengembuskan napas keras. Merotasi biji mata mendengar ocehan Yura yang sejak jam olahraga berakhir sepuluh menit lalu, terus meledeknya. Kata Yura Anita Yang Terhormat, Daisy mirip istri baru ditinggal mati suami hanya karena penampakan wajahnya yang pucat pasi. Kantung matanya terlihat menghitam. Serta bibir ranum merah delimanya pun kehilangan warna.

Ingin marah dan menceburkan Yura ke rawa-rawa, tapi sebelum itu Daisy perlu makan. Mengisi perut yang sejak pagi tak sempat ia isi. Supaya punya tenaga demi menjalankan misi mulianya tersebut. Ah, dia jadi tidak sabar melakukan eksekusi.

Usai menaruh seragam olahraga mereka yang bau keringat di kelas, kedua gadis itu sama-sama berderap menuju kantin. Daisy hari ini tidak membawa bekal lantaran bangun kesiangan dan nyaris terlambat. Demi menyingkat waktu, ia pun melewatkan sesi sarapan dan bekalnya.

Di kantin, Daisy hanya membeli sebungkus roti gandum dan air mineral biasa. Sementara Yura entah berpelesir ke mana.

Gadis yang mengenakan kardigan abu-abu itu mengedarkan pandangan ke seisi kantin. Maksud hati ingin mencari meja kawan-kawannya, tetapi tidak Daisy temukan pertanda adanya satu dari tiga teman dekatnya tersebut.

Saat memindai tatapan ke sayap kiri kantin, senyum Daisy langsung melengkung sempurna. Matanya berbinar senang menemukan Akas, Kemal, dan Suryo duduk di meja panjang paling pojok. Langsung saja gadis bersurai legam itu memacu langkah ke sana.

"Hai, aku duduk di sini, ya," ujar Daisy yang langsung mendudukkan bokong di kursi seberang Akas. Tiga pasang mata sama-sama melirik padanya.

Akas mencibir Daisy yang main duduk sebelum disilahkan. Yang Daisy tanggapi dengan peletan lidah.

"Wihh, panjang umur lo, Sy. Baru juga diomongin langsung nongol," seloroh Kemal setelah menelan kunyahannya.

"Emang lagi pada ngomongin apa?"

"Soal video lo bareng si Kasur."

Daisy melirik Akas singkat. Lalu mengangguk kecil seraya mengunyah roti gandumnya. "Terus?"

"Gue masih penasaran, lo kasih makan apa Kasur sampai mau-maunya muncul di konten lo?" Kemal menelengkan kepala sok serius pada sejawat yang duduk di sampingnya. "Secara si tai ini kan sok jaim banget orangnya. Doi ngebacot depan kamera itu kayak ... suatu keajaiban dunia yang mesti banget diakui UNESCO. Mana tadi itu bisa sok mesra lagi ngomongnya ke elo. Geli kuping gue denger dia pakai aku-kamuan ke elo, Sy."

Tawa Daisy langsung pecah detik itu juga. Dari ekor matanya yang berair, bisa dia lihat wajah suntuk Akas.

Demi apapun, sejak berteman dengan Akas dan dua temannya ini, selera humor Daisy jadi ambyar. Lihat saja, betapa dia terhibur dengan omong kosong Kemal barusan.

"Ngaco banget sih kamu, Mal."

"Bener tau, Sy. Kalau Kasur Yang Budiman ini anti jaim-jaim klub, gue jamin. Udah dari lama kita bertiga jadi boyband ngalahin Bities tuh yang dari Korea. Fans cewek kita bahkan bisa lebih banyak."

"Khitah? Ekho akha khali khue engkhak." Suryo menyeletuk dengan mulut sibuk menguyah mie ayam. Membuat kalimatnya terdengar seperti bahasa alien. Pun mengakibatkan titik-titik air liur Suryo meloncat ke atas meja.

Sial sekali, satu titiknya menempel di punggung tangan Kemal. Membuat cowok hitam manis yang duduk di samping Akas itu berjengkit jijik. Dan buru-buru menarik tisu. "Jorok banget lo, Malih! Bisa melepuh tangan gue."

Suryo menenggak teh es. Lantas berujar kesal. "Lo kata air ludah gue air keras! Minta diruqiyah, ya lo, Onta Kumal!"

Dalam sekejap, dua cowok absurd itu saling tarik urat dan melempar berbagai jenis umpatan.

Daisy [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang