2. Mother-in-law

701 59 13
                                    


Seoho
Shinmi












"Shinmi-ya"

"Iya, bu. Ada apa ibu memanggilku?"

"Kita sama-sama tahu, jika waktu terus berlalu dan pernikahan puteraku denganmu itu sudah menginjak angka lima tahun."

"Ah, ya, ibu benar. Aku bahkan selalu lupa tentang hal itu, tapi ibu selalu mengingatnya."

"Tentu saja aku mengingatnya. Tapi, mengapa tiap tahun selalu tidak ada hasilnya? Apa semuanya baik-baik saja, hm?"

"Ma-maksud ibu? Maaf, aku tidak mengerti."

"Kurasa kau juga tahu, kalian menikah bukan hanya untuk saling mengucap janji dan menyatukan dua keluarga. Setiap pasangan pasti ingin anak dan aku menginginkan cucu, kau mengerti bukan apa maksud ibu?"

Shinmi mengangguk paham, sudut bibirnya terangkat sedikit. Ia lantas menarik napas lalu menhembuskannya perlahan sebelum kembali berucap, "aku juga menginginkannya, bu. Tapi, aku bisa apa? Aku bukan Tuhan yang akan tahu kapan kami memiliki anak."

"Ibu tahu. Hanya saja ibu sedikit khawatir pada seoho, ia putera ibu satu-satunya."

"Seharusnya kau cek ke dokter kandungan, konsultasikan masalah apa yang tak terjadi. Siapa tahu saja kau itu — "

"Cukup, bu! Aku baik-baik saja. Tidak ada masalah apapun pada kesehatan kami. Lagipula ini hanya soal waktu, aku yakin suatu saat nanti — aku akan segera hamil."

"Tentu saja itu harus."

Shinmi mematung, entah kenapa rasanya sakit sekali ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut ibu mertuanya yang ia pikir takkan mungkin berucap hal demikian.

"Jadi, ku harap ibu bisa sabar menunggu."

"Ya-ya, aku akan menunggu sampai mataku terpejam dan tubuhku dimasukan ke dalam peti. Begitukah maksudmu, Shinmi?"

"Maaf, bu. Aku harus segera pulang, suamiku pasti menungguku."

"Pulanglah, lagipula berbicara denganmu hanya membuang waktuku saja, asal kau tahu. Pergi yang jauh jika kau memang tidak bisa memberikan apa yang aku mau, Shinmi-ya."



Perkataan ibu mertuanya tempo hari benar-benar membawa pengaruh yang besar bagi Shinmi, ia menjadi lebih banyak diam dan juga sering menangis sendirian. Seoho hanya tak tahu saja jika sebenarnya wanitanya itu tengah dilanda masalah yang serius dalam dirinya, takut pada sesuatu yang kapan saja bisa merenggut kebahagiaan mereka. Bahkan dengan terang-terangan ibu mertuanya menyuruhnya pergi jika tak bisa memenuhi apa yang wanita paruh baya itu inginkan, menyedihkan sekali ia pikir hidupnya ini.

Seoho tengah fokus menatap layar laptopnya lalu sesekali menggerakan jari-jari tangannya, mengetikan sesuatu. Shinmi sendiri terduduk di pinggir ranjang sembari terus memandangi presensi suaminya yang tengah sibuk bekerja walau hari sudah gelap dan seharusnya mereka beristirahat.

"Seoho-ya, apa pekerjaanmu masih banyak?" Tanyanya pada sang suami dan dibalas anggukan kecil olehnya.

"Seoho-ya, apa kau mencintaiku?" Tanyanya lagi dan kali ini sukses membuat lelaki itu menolehkan kepala ke arahnya dengan dahi yang mengernyit.

"Kenapa kau tanyakan hal seperti itu, hm? Tentu saja aku mencintaimu, maka dari itu aku menikahimu dan kita hidup bahagia sekarang." Jawabnya dengan seulas senyum tipis seperti biasa.

Oneus Marriage Life ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang