17. You, Win!

236 31 2
                                    

Luna menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah seseorang, tanpa memberitahu suaminya ia pergi seorang diri.

Nyatanya sulit sekali menginjakkan kaki disini. Hatinya begitu sakit ketika kenangan masalalunya kembali hadir di kepala, membuat ia harus memundurkan tubuhnya lagi, dan lagi.

Ia hanya bisa memandangi rumah tersebut dalam diam, tanpa berniat masuk ke dalam. Entahlah, ia mendadak berpikir dua kali. Kemudian sedetik kemudian ia pergi meninggalkan rumah tersebut.

Luna menghilang, seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah dan pandangi kepergian puterinya.

"Maafkan ibu, nak."


***


"Aku pulanggg.."

"Hwanwoong-ah, kau dimana?"

Luna terus berjalan, namun tiba-tiba ada sesuatu di pundaknya. Ia berhenti, kemudian berbalik ke belakang.

"SURPRISEE!!"

"Kau mengagetkanku, jantungku serasa ingin copot." Luna mengatur pernapasannya, ia kemudian menatap suaminya itu dengan tajam

"Ada acara apa ini, sampai kau memberikan kejutan?"

Hwanwoong menggenggam tangan istrinya lembut, keduanya pergi ke ruang tamu. Disana, sudah ada ayah dan ibu mertuanya, duduk dengan tenang seraya memandang wajahnya penuh kerinduan. "Ayah ... ibu ..." Luna berlari, merengkuh tubuh mertuanya dengan perasaan haru

Mereka sudah lama tidak bertemu, dan hari ini Hwanwoong sengaja mengundang orangtuanya untuk merayakan hal yang spesial.

"Bagaimana kabarmu? Ibu merindukanmu, Luna." Ucap Sori sembari mengelus pipi menantunya lembut.

"Aku baik ibu, bagaimana denganmu? Kita sudah lama tidak bertemu."

"Seperti yang kau lihat, kabar ibu dan ayahmu baik-baik saja, sehat."

Jaehwan terkikik, "wah, puteriku ternyata hanya merindukan ibunya. Aku cemburu sekali." Ia memegang dadanya seraya menutup mata, berpura-pura sakit hati tentu saja.

Luna mengusap air mata, ia beralih ke sisi kana ibunya, kemudian memeluk tubuh ayah mertuanya. "Aku merindukan ayah juga. Aku kan puterimu."

Hwanwoong duduk di kursi sebelah, kemudian Luna pun mengikutinya. "Eum, ini sebenarnya ada apa?"

Hwanwoong pun memeluk istrinya, ia menangis terharu disana. Luna yang memang kebingungan malah mengernyitkan dahinya, ia menepuk-nepuk punggung suaminya itu agar berhenti menangis.

"Kau kenapa?"

Ayah dan ibu yang melihatnya hanya bisa tersenyum, saling berpandangan kemudian saling menggenggam.

Hwanwoong mengeluarkan amplop putih dari dalam kotak, kemudian memberikannya pada sang istri. "Ini, untukmu."

Luna mengambil alih amplop tersebut, ini seperti surat dari rumah sakit. Jelas karena ada namanya disana, juga dokter pribadinya.
"Ini ... kan.." gumamnya

Hwanwoong kembali memeluk istrinya, "kau menang, sayang."

Detik itu juga Luna menangis sejadi-jadinya, harapannya selama ini membuahkan hasil. Penyakit yang menggrogoti tubuhnya berhasil di sembuhkan. Ia menang. Menang melawan penyakit mengerikan itu.



"Terimakasih Tuhan, akuu bahagia."





[Maaf kalau gak jelas :')]
End


Oneus Marriage Life ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang