Soomin lihat Leedo tak berhenti tersenyum sejak pulang dari klinik, suaminya itu terus saja menyunggingkan senyuman manis yang senantiasa menghiasi wajahnya. Sebenarnya itu tak masalah, hanya saja, Soomin tidak ingin suaminya itu terlalu bahagia sebelum anak mereka lahir ke dunia. Ia hanya takut mengulang kisah lama, kehilangan sesuatu yang berharga sebelum dapat melihatnya. Tapi, untuk sejemang ia biarkan saja dulu. Barangkali, ini yang terbaik dan akan selalu baik untuk kedepannya.
Leedo tengah menempatkan kepalanya di atas paha istrinya, tangannya sibuk membolak balik halaman buku tahunan. "Kau berat sekali, sayang."
Leedo mengangguk, "masa sih?" Dan Soomin mengiyakan
"Menyingkirlah dulu, aku tidak kuat mencium aroma rambutmu itu. Mandi lagi, sana!"
Leedo menggeleng, ia tidur menyamping menghadap perut istrinya yang memang masih rata lalu menggerak-gerakan tangannya disana, mengusap dengan lembut. "Ah, aku tidak sabar ingin melihatnya." Serunya
Soomin tersenyum gemas, "tapi itu masih lama, masih harus menunggu 8 bulan 3 minggu kedepan." Ucapnya
Sontak Leedo memberikan ekspresi kesal sambil mengerucutkan bibirnya, "kenapa lama sekali, sih?"
Soomin mengangkat kepala suaminya memindahkan pada sisi yang lain sementara ia berdiri, "aku akan masak makan siang, sejak kemarin malam kau tidak makan dan malah menyerangku dengan pelukanmu itu."
Leedo terkekeh-kekeh, "itu karena aku senang, dan terbukti kan, kau tengah mengandung anakku."
Soomin melangkahkan kaki menjauh, ia biarkan suaminya itu berceloteh tentang apapun sendirian, ia hanya ingin menghindar karena tidak tahan dengan bau rambut suaminya. Ia memilih memasakan hidangan makan siang sebelum suaminya itu mati kelaparan.
Leedo beringsut pun berlari menghampiri istrinya yang tengah menyiapkan bahan-bahan di dapur, ia peluk dari belakang tubuh istrinya gemas. "Kenapa lagi?" Tanya Soomin curiga
Ya, Soomin hanya harus waspada pada suaminya itu sekarang. Leedo menjadi semakin agresif setiap kali berdekatan dengannya, apalagi semenjak mengetahui fakta bahwa ia tidak boleh menyentuh istrinya untuk beberapa bulan ke depan. Mungkin, itu terlalu menyebalkan baginya, tapi, itu sangat menyenangkan bagi Soomin. Ia hanya lelah, apalagi sekarang ia tengah mengandung anaknya.
"Tidak ada, hanya ingin memelukmu saja."
Soomin mendorong tubuh suaminya menjauh, "kau itu benar-benar, Leedo-ya berhenti menggangguku.",
"Aku tidak mengganggumu, aku hanya ingin memelukmu."
Soomin memutar bola mata malas, "kau itu selalu mengatakan hal yang sama, berulang kali, lalu setelah itu kau akan membuatku tersiksa. Aku tidak bisa dijebak olehmu lagi, ya?!" Soomin julurkan lidahnya seraya melotot tajam pada suaminya
Leedo tersenyum sinis, "tersiksa katamu? Lalu, kenapa kau bisa mengandung anakku jika kau saja menyukainya?"
Dengan cepat Soomin ambil kain lap lalu ia lemparkan tepat di rambut suaminya, "apa kau bilang? Ish, jangan membongkar semua hal seperti itu di depan umum!!"
Leedo tertawa, "ini bahkan di dapur, rumah kita, bukan tempat umum!"
Soomin menahan napas, ia melotot lagi tajam ke arah suaminya lalu menuduk malu.
Leedo memang tidak mengerti akan suatu hal, jika di belakang mereka, tepat di balik pintu, mertuanya yang merupakan ayah dan ibu Soomin menatapnya heran sembari terkikik geli.
Malu sekali, Leedo hanya menggaruk kepala tidak gatal. Ia kehilangan kata-kata, dan hanya tersenyum ramah seraya menghampiri lalu memeluk mereka bergantian.
"Kau memang menantuku yang keren, punya semangat menggelora seperti ayah dulu." Ucap ayah Soomin sembari menepuk bahunya pelan sementara Leedo hanya pasang wajah malu dengan telinga yang memerah.
'-✩
Update lagi.
Aku pikir ini tuh makin gak jelas, kalian boring apa gak sih?Rasanya pengen unpublish aja gitu, atau hapus sekalian. Sumpah, ceritanya garing banget yaa?
Huaa 😕😟
1.30 pm
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneus Marriage Life ✓
Fanfiction[Oneus marriage life] - bahasa baku, lengkap. - fanfiction (tidak untuk disangkut pautkan sengan kehidupan asli para member) © 2020, Lovelyxierzi