Soomin berhenti mengunyah, ia tengok ke arah pintu depan dimana ia lagi-lagi berharap bahwa suaminya pulang.
Sama seperti dulu, ia tetap harus di tinggal lagi sendirian di rumah. Ah, tidak, ia sekarang berdua dengan bayi dalam kandungannya.
Usia kehamilan Soomin sudah menginjak sembilan bulan, tapi, ia masih belum merasakan detik-detik kelahirannya tiba. Ia sedikit was-was juga sebab dokter bilang bisa hari ini ataupun besoknya, dan sekarang di rumah sedang tidak ada siapapun selain dirinya. Suaminya mendadak harus pergi ke kantor karena ada urusan yang memang tidak bisa di tinggalkan.
Leedo bahkan harus bertengkar kecil dengan istrinya yang memang melarangnya untuk berdiam di rumah, menyuruh suaminya untuk cepat pergi ke kantor dan menyelesaikannya dengan cepat. Tapi, ini sudah hampir 10 jam setelah di tinggal pergi. Sepertinya kerjaan suaminya itu memang sangatlah penting.
Soomin menyimpan mangkuk berisikan potongan buah-buah itu di atas meja, ia minum segelas air, kemudian hendak beranjak ketika perut bagian bawahnya terasa sakit. "Awh!" Ringisnya perlahan
Jantungnya mendadak berpacu dua kali lebih cepat, ia lantas mengirim pesan pada suaminya agar cepat pulang.
Leedo-ya, aku akan melahirkan.
Kumohon, cepat pulang.
Aku takut.Ia lantas mengusap perlahan perutnya, rasa sakit itu pun perlahan menghilang. Ia berdiri sejenak, lalu duduk kembali, ke sofa, dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Entahlah, ini mendebarkan.
Namun, ternyata bukan itu masalahnya. Rasa sakit kembali menyerang dan mungkin sekarang ia sedikit kewalahan. Tangannya bahkan sudah mencengkram sofa dengan tenaga yang ia punya, ia menangis sejadinya menahan rasa sakit yang tak bisa ia tahan sedikit saja.
"Awhh, sa - sakit sekaliii.." rintihnya
Pintu depan terbuka, menampakan Leedo yang berlari ke arahnya. Wahahnya panik, ia lantas membopong istrinya itu ke dalam mobil.
"Semuanya akan baik-baik saja, sayang." Ucap Leedo menenangkan
"Tapi ini sangat sakitt, aku tidak kuatt. Hikkss."
"Tahan sebentar, ya aku mohon."
***
"Selamat bayinya laki-laki, sehat dan lengkap." Ucap dokter Ahn lalu pamit ke luar dengan suster yang membawa bayi kecil itu untuk di bersihkan
Soomin mengehela nafas, lega sekaligus lelah dapat terlihat jelas di wajah cantiknya. Leedo tak berhenti bersyukur atas kelahiran anak pertama mereka, ia berkali-kali mencium kening sang istri lalu mengusap puncak kepalanya.
"Terimakasih, Sayang. Kau sudah berjuang melahirkan bayi kita." Ucap Leedo seraya mendudukan dirinya di kursi samping ranjang sang istri.
Soomin mengangguk lemah, ia tersenyum bahagia sekaligus haru sesaat mendengar ucapan suaminya. Ia akhirnya menjadi seorang ibu.
Suster kembali masuk ke dalam ruangan, di gendongannya terdapat bayi kecil yang sudah berbalut kain kemudian di serahkan pada ibunya. Soomin menimang bayinya, ia mengecupnya perlahan kemudian menangis. "Aku menjadi seorang ibu."
Leedo memganggukan kepala, ia melihat bayi yang masih merah itu kemudian mengecupnya juga. "Akan kau kasih nama dia siapa?"
Soomin nampak berpikir, "terserah padamu saja, aku tidak cukup mahir memberikan nama." Ucapnya perlahan di sertai kekehan kecil
"Bagaimana kalau ... Kim Min Ki?" Usul Leedo kemudian di balas anggukan oleh istrinya
"Nama yang bagus untuk putera pertama kita."
"Aku mencintai kalian berdua."
"Iya, ayah, aku juga cinta ayah." Ucap Soomin menirukan suara anak kecil.
—
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneus Marriage Life ✓
Fanfiction[Oneus marriage life] - bahasa baku, lengkap. - fanfiction (tidak untuk disangkut pautkan sengan kehidupan asli para member) © 2020, Lovelyxierzi