11. Nightmare

351 35 0
                                    

Hwanwoong terbangun, mengerjapkan matanya berkali-kali sembari mengatur pernapasannya. Ia menutup sejenak matanya lalu melirik ke sisi kanan tempat tidur dimana sang istri tidur masih tertidur dengan lelapnya.

Ia usap wajahnya kasar lalu meneguk segelas air yang memang biasa di simpan di atas nakas samping tempat tidurnya. Keringat membanjiri keningnya bahkan piyama tidur yang ia pakai serasa basah. Mungkin, punggungnya juga berkeringat.

Tak ingin membangunkan sang istri yang nampak kelelahan, ia turun dari ranjang lalu pergi keluar kamar. Ia butuh udara segar. Berdiam diri di tempat yang sunyi seperti balkon mungkin adalah pilihan yang tepat, maka dari itu ia buka pintu kaca dan berdiri menghadap pemandangan kota.

Namun sebuah tangan memeluk pinggangnya dari belakang, ia nampak terkejut tentu saja namun sedetik kemudian membalikan tubuhnya guna menghadap sang istri yang sudah lebih dulu menempelkan wajah di punggungnya.

"Kenapa terbangun?" Tanya Hwanwoong pada Luna yang tengah menatap lesu padanya.

Luna mengusap keringat yang jelas terlihat oleh matanya di kening suaminya itu dengan jemarinya, lalu menatap sendu. "Kau mimpi buruk lagi, ya?" Tanyanya dibalas anggukan kecil suaminya

"Kenapa tidak memberitahuku, hm? Kau pikir dengan memendamnya sendiri semuanya akan baik-baik saja?"

"Aku hanya tidak ingin kau cemas. Lagipula itu hanya mimpi biasa, aku tidak apa-apa."

Luna menggelengkan kepalanya, "tidak! Itu akan menjadi buruk jika kau tidak menceritakannya padaku."

Hwanwoong menunduk, "maaf."

Luna mengangkat wajah suaminya dengan lembut hingga wajah keduanya berpandangan, "lain kali ceritakan padaku, biar aku tahu. Aku hanya tidak ingin kau menanggung semuanya sendirian."

"Ini tidak adil bagimu." Ucap Hwanwoong dengan suara bergetar

Luna mengangkat sebelah alisnya, "kenapa?"

"Saat kau sakit dulu, kau juga menyembunyikannya dariku. Kau membuatku merasa gagal menjadi suamimu."

Luna memeluk tubuh suaminya sesekali mengusap punggungnya yang sudah bergetar. Mungkin lelaki itu menahan tangis. "Ah, kau bilang akan melupakan kejadian itu. Lagipula itu sudah lama, kan? Jadi, tidak usah di ingat lagi, ya?"

"Tapi - apa kau masih menaruh rasa kecewa padaku?"

Luna menggeleng. "Tentu saja tidak. Dari awal aku tidak kecewa padamu, justru aku beruntung memilikimu."

Hwanwoong melepas pelukan mereka, ia memandang wajah istrinya sayang dengan mata yang berbinar. Luna mengulas senyuman manis seraya memegang tangan suaminya lembut. "Aku mencintaimu."

Hwanwoong mengangguk. "Aku tahu. Aku juga mencintaimu, sangatttt mencintaimu."

Luna mengikis jarak diantara mereka, sedikit berjinjit lalu memberikan kecupan singkat di bibir lelakinya itu. Sementara Hwanwoong membulatkan mata, ia kemudian terkekeh. "Eyy, kau nakal sekali."

Luna juga ikut menahan tawa dengan pipi yang memerah. "A-apa. Itu hanya - eum, agar kau bisa tidur lagi dan melupakan mimpi burukmu."

"Baiklah, ayo kita tidur. Kau pasti lelah!"

Oneus Marriage Life ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang