PART 22 : KEPUTUSAN

67 5 0
                                    

Hari demi hari terlewatkan, Aisyah semakin merasa seperti kesepian karena tidak ada Danish disisinya. Aisyah pun langsung memikirkan keadaan Danish sekarang, Aisyah pun berniat untuk menghubungi Shajidah dengan nomor baru Aisyah.

"Assalamualaikum?" ucap Aisyah pada Shajidah saat teleponnya terhubung.

"Waalaikumsalam. Ini siapa?" tanya Shajidah.

"Aisyah." jawab Aisyah lirih.

"Masyaallah, Aisyah. Ini benar Aisyah?" tanya Shajidah, meyakinkan.

"Iya Shajidah. Tapi aku mohon, kamu jangan memberitahukan pada mas Danish."

"Kenapa?" tanya Shajidah penasaran.

"Nanti ada saatnya. Emm bagaimana keadaanmu dan bayimu dikandungan?"

"Alhamdulillah Aisyah, keduanya baik. Kamu sendiri, kamu enggak apa-apa kan?"

"Alhamdulillah, kalau begitu. Aku sendiri baik. Mas Danish bagaimana, Shajidah?"

"Mas Danish masih seperti kemarin-kemarin, Aisyah."

"Maksudnya?"

"Dia masih mengharapkan kamu kembali secepatnya. Dan minggu lalu, mas Danish sempat sakit dan pekerjaannya juga tidak terkendali."

"Masyaallah, Shajidah serius?"

"Aku serius, Aisyah. Dia begitu memikirkanmu sampai kapan kamu kembali dan bertemu dengannya. Mas Danish sangat merindukammu, Aisyah." ungkap Shajidah jelas, membuat Aisyah mulai merintihkan air matanya.

Aisyah pun langsung mengakhirkan teleponnya dengan Shajidah, tanpa Shajidah menjawab salam dari Aisyah.
"Aku tutup teleponnya ya, Shajidah. Assalamualaikum?"

Air mata Aisyah pun mulai jatuh ke pipinya dengan cepat. Aisyah semakin merasa kebingungan sekarang dan merasa tidak tega dengan Danish atas perlakuan yang Aisyah buat saat ini pada Danish. Aisyah menjadi merasa terpukul sendiri, melihat keadaan Danish tanpa dirinya.

Aisyah pun langsung berniat untuk bertemu dengan Danish secepat mungkin dan untuk segera melihat keadaan Danish.
Aisyah langsung memutuskan untuk bertemu Danish esok hari di kantor Danish.

Aisyah pun mulai mengemas pakaian-pakaian dan barang-barang miliknya ke dalam koper miliknya yang akan Aisyah bawa untuk tinggal lagi bersama Danish dan Shajidah di apartemen.

Keesokannya tepat dengan usia kandungan Shajidah sembilan bulan, setelah Aisyah diberitahu oleh Shajidah melalui kiriman pesan melalui ponselnya. Aisyah pun langsung berpamitan pada kedua orang tuanya, untuk kembali ke apartemen.
"Ayah-bunda? Aisyah pamit ya, ke apartemen."

"Kamu sudah yakin Aisyah?" tanya ayahnya Aisyah.

"Aisyah yakin, yah-bun." jawab Aisyah langsung, sambil tersenyum pada kedua orang tuanya.

"Kalau begitu, kamu baik-baik ya disana Aisyah. Dan jangan lupa melakukan kewajiban kamu sebagai seorang istri." pesan bundanya Aisyah pada Aisyah.

"Insyaallah, bunda." jawab Aisyah.

"Kamu kesana naik apa, Aisyah? Mau ayah antarkan saja?"

"Aisyah kesana naik taxi online, yah. Jadi ayah enggak perlu repot-repot antar Aisyah." jawab Aisyah menolak dengan sopan pada ayahnya.

"Oh baiklah, kamu hati-hati ya!" pesan ayahnya Aisyah.

"Iya, ayah. Aisyah pamit ya, assalamualaikum?" ucap Aisyah sambil mencium punggung tangan kedua orang tua Aisyah dengan bergantian.

"Waalaikumsalam." jawab salam kedua orang tua Aisyah bersamaan.

Aisyah pun segera pergi ke kantor Danish dengan menggunakan taxi online yang dari tadi Aisyah pesan melalui aplikasi pada ponselnya. Saat sampai ditujuan, Aisyah langsung membayar dan turun dari taxi onlinenya sambil membawa koper miliknya yang ia bawa dari rumah.

Aisyah pun langsung menitipkan koper miliknya tersebut pada satpam kantor Danish yang Aisyah kenal. Karena pikir Aisyah, Aisyah tidak mau orang lain mengetahui tentang hubungan Danish dengannya saat ini. Bagi Aisyah cukup Allah, Aisyah dan keluarganya serta satu sahabatnya bernama Nisa yang mengetahui tentang hubungan Aisyah dan Danish sekarang ini.

"Assalamualaikum, pak Yayan?" sapa Aisyah pada satpam di kantor Danish.

"Waalaikumsalam, eh ada bu Aisyah. Ada apa, bu?" jawab pak Yayan.

"Pak? Boleh saya menitipkan koper saya disini, sebentar?" tanya Aisyah.

"Oh sangat boleh, bu Aisyah." jawab pak Yayan dengan senang hati.

Aisyah pun langsung memberikan koper miliknya pada pak Yayan untuk dititipkan.
"Terima kasih ya, pak!"

"Sama-sama, bu Aisyah."

"Kalau begitu saya permisi ya pak, assalamualaikum?" pamit Aisyah pada pak Yayan.

"Oh iya bu Aisyah, waalaikumsalam."

Aisyah pun segera masuk ke dalam kantor Danish, Aisyah langsung mendapat sambutan dari karyawan-karyawan di kantor Danish.
"Assalamualaikum? Bu Aisyah?"

"Subhanallah, bu Aisyah semakin cantik saja."

"Masyaallah bu, bagaimana kabarnya bu Aisyah? Sudah lama tidak bertemu."

Aisyah pun menjawab sambutan dari karyawan-karyawan di kantor Danish dengan senang hati. Aisyah pun berjalan menuju ruangan Danish dengan cepat.
Saat di depan ruangan Danish, Aisyah memutuskan untuk bertanya pada sekretaris baru Danish pengganti dari Shajidah.

"Assalamualaikum? Maaf, saya Aisyah ingin bertemu dengan pak Danish. Pak Danishnya ada?"

"Waalaikumsalam, bu Aisyah. Bu Aisyah istrinya pak Danish kan?" ucap sekretaris baru di kantor Danish. Aisyah hanya tersenyum tanpa menjawab.

"Emm pak Danishnya ada bu, langsung masuk ke ruangannya saja. Mari saya antarkan." ucap sekretaris bernama, Varitya Aranda yang terlihat di papan nama di meja kerjanya. Aisyah pun lagi-lagi menjawabnya dengan senyuman.

Varitya pun langsung mengantarkan Aisyah ke ruangan Danish. Varitya pun membuka pintu ruangan Danish hanya memunculkan kepalanya saja, tanpa dirinya masuk ke dalam ruangan Danish

"Assalamualaikum? Permisi pak, ada yang ingin bertemu." ucap Varitya lalu keluar dari ruangan Danish tanpa mendengar jawaban dari Danish.

"Waalaikumsalam, siapa yang ingin berte--" jawab Danish pelan tanpa melanjutkan ucapannya.

Danish pun langsung terdiam. Melihat Aisyah sudah masuk ke dalam ruangan Danish.
"Assalamualaikum?" ucap Aisyah pada Danish.

"Waalaikumsalam, Aisyah?" jawab Danish lalu Danish bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri Aisyah.

"Masyaallah yaa zawjatii(wahai istriku), Aisyah?" tanya Danish meyakinkan dan terus menatap Aisyah tanpa berkedip.

"Iya mas Danish, ini Aisyah." jawab Aisyah.

Danish pun langsung memeluk erat Aisyah dengan lama. Danish merasa bahagia sekali, akhirnya Danish bertemu kembali dengan istrinya. Aisyah sangat merasakan kehangatan dekapan peluk dari Danish. Tidak hanya kehangatan yang Aisyah dapat, namun juga kenyamanan pelukan dari Danish. Sungguh, Aisyah merindukan pelukan ini.

"Mas?" ucap Aisyah.

"Biarkan suamimu memelukmu terlebih dulu." jawab Danish yang masih memeluk Aisyah dengan erat. Aisyah pun langsung merintihkan air matanya tanpa disuruh.

*****

*ThanksForReading*
Sebelum, Next reading.
#Jangan lupa untuk,
'Votment(Vote and Comment)'
dulu ya guys!!♡♡
Thank U:)
#DwayDiaryi

BUKAN Aisyah Istri Rasulullah ~End~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang