Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada dinding dipinggir balkon kamarnya, lalu membiarkan tubuhnya luruh, jatuh terduduk. Selanjutnya, dia membenamkan kepalanya diantara kedua lututnya. Air matanya meluncur begitu saja tanpa disadari dari ujung matanya. Pikirannya kembali teringat akan kejadian sepulang sekolah, ia menggelengkan kepalanya kuat, mengusir pikirannya kembali.
Hari ini begitu rumit untuk dilalui olehnya, yang sebelumnya ia pikir akan menyenangkan jalan bareng Athala berubah tanpa seizinnya. Ia harus menjauhi Athala, bagaimanapun itu caranya. Ia tak mau berada diposisi yang mengharuskan dirinya untuk terpuruk seperti ini. Ia tak mau seperti ini.
I like you, the way you make me smile endlessly but I know the situation is different now ucapnya dalam hati dengan derasnya tangisan tiap detiknya.
✖ ✖ ✖
Athala mengeringkan rambutnya dengan handuk yang baru saja ia ambil. Cowok itu melangkahkan kakinya lalu mendudukkan dirinya disofa empuk yang terletak dikamarnya, membiarkan tubuhnya bersender dengan sofa itu. Matanya melihat jam yang tergantung pada dindingnya, jarumnya sudah menunjukkan pukul 22.30 .
Dia memikirkan seperti ada yang kurang dalam dirinya hari ini. Athala menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung. Pikirannya kembali memikirkan apa yang kurang dalam dirinya saat ini. Cowok itu membesarkan matanya, bagaimana ia bisa sebodoh itu melupakan Carissa? Dengan gerakan cepat, Athala mengambil handphone yang tergeletak tak jauh dari dirinya duduk. Ia membuka aplikasi WhatsApp lalu mengetik pesan kepada kontak yang dituju. Tak sabar menunggu balasan pesan, Athala menelpon gadis itu yang diakhiri dengan tidak diangkatnya telpon itu.
Ris, tolong angkat telpon gue. I'm sorry ucapnya sembari menunggu telpon itu diangkat dari seberang sana.
Kok lo bisa sebego ini sih Athala? Athala mengusap wajahnya dengan tangan kiri. Jujur, ia tek pernah merasa sebersalah ini sebelumnya kepada seseorang.
Athala tak menyerah, ia akhirnya menelpon teman dekat Carissa-- Dhifa.
"Hoaam, hallo?" Ucap gadis dari seberang sana seperti baru terbangun dari tidurnya.
"Sorry ganggu tidur lo--"
"Ha? Nggak kok, kenapa nelpon?" Tanya Dhifa dengan suara kantuk nya.
"Kok Carissa gue chat ga dibales, gue telpon juga ga diangkat?"
"Palingan juga dah tidur, ujan-ujan gini kan enakan tidur" Balas Dhifa sembari melihat jam dindingnya, jarum jam menunjukkan pukul 22.54 .
"Gue serius Dhifaa"
"Ya gue juga serius Athalaa, adem-adem gini kan enakan tidur. Lagian kenapa nanya Carissa? Marahan lagi?" Tanya Carissa.
"Ya gitu, gue lupa--" Ucap Athala sembari menundukkan kepalanya, merasa bersalah.
"Dah gue tebak"
"Carissa ada chat lo ga?"
"Ga ada tuh"
"Ya udah thanks, sorry ganggu tidur lo"
Athala mengacak rambutnya yang masih sedikit basah. Ia berdiri lalu berjalan menuju balkon kamarnya. I'm sorry, I know it's all my fault, I'm sorry Ris ucapnya sembari menatap derasnya hujan yang membasahi bumi.
✖ ✖ ✖
"Ris? Temenin gue kekantor yok sekalian bantuin gue bawa buku IPA" Ucap Alfan yang sudah berada dihadapan Carissa dengan tas dipundaknya dikelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athala
Random"Gue suka sama lo bukan karena lo cantik,pinter,apalagi tajir.Bukan karena itu semua,tapi cinta datang dengan sendirinya dan datang disaat waktu yang gak tepat.Dan gue suka sama lo disaat kejadian waktu itu" Ucapnya dengan suara yang bernada serius...