Acara jam pelajaran dikelas X-3 sudah dimulai sedari tadi. Semua tampak mengikuti pelajaran dengan tertib dan tenang, sebab yang tengah mengajar dikelas mereka adalah Bu Vera. Guru ter- killer seantero sekolah.
"Permisi, buk" Suara tersebut membuat pandangan tertuju pada sumber suara. Cowo itu masuk dengan tenang dan masuk kelas tanpa dosa. Tentu saja itu Athala.
"Kenapa kamu baru masuk?" Tanya Bu Vero sengit dengan berkecak pinggang dan sorotan mata yang tajam kearah cowo itu.
"Abis kena hukum sama Bu Rena, buk"
"Ngapain"
"Katanya saya dibilang mau bolos terus ngerokok dideket sekolah"
"Oh bagus deh kalo gitu. Kapan-kapan kalo kamu kaya gitu lagi, ibu tambahin hukumannya" Ancam Bu Vera.
"Ehh, jangan lha Buk. Saya tuh dah capek jalan jongkok keliling lapangan. Ibu ga kasian sama saya?"
"Engga tuh. Emang pantes muka kamu dihukum terus"
"Yahh, ginilah cobaan orang ganteng" Ucapnya lalu berjalan menuju ketempat duduknya.
"Ehh, siapa yang suru kamu duduk ?!"
"Kirain dah selesai buk. Ibu sensi amat sama saya. Kalo kata guru ngaji saya, harus perbanyak sabar buk. Jadi jangan perbanyak marah sama saya"
"Kok malah kamu yang ngajarin saya? Berdiri kamu didepan!" Pinta Bu Vera. Athala mendengus sebal ketika berjalan menuju kedepan kelasnya.
"Kamu tuh ga tau peraturan ya? Baju dikeluarin. Nahh, terus mana dasi kamu?!"
"Dibuat ilang sama Aland,buk" Bohong. Athala hanya mencari-cari alasan.
"Kamu tuh beda 180 derajat dari Aland, kembaran kamu. Dia ga pernah untuk coba-coba buat masalah, sedangkan kamu? Slalu buat masal- "
"Iya saya tau. Ibu ga perlu ngejelasin lagi sama saya. Maaf, kalau emang saya lancang udah ngepotong ucapan ibuk. Kami emang kembar buk. Tapi, semua orang memiliki sifat dan karakternya masing-masing, begitu juga dengan saya dan Aland. Saya mau nanya sama ibu. Satuu aja. Bu Vera suka ga dibanding-bandingin? Oh jelas nggak dong. Nahh, itu juga yang saya rasain sekarang. Disaat bu Vera ngebandingin saya dengan Aland. Ibu tau sendiri dong rasanya kaya gimana? Ga perlu saya kasih tau in juga ibu dah tau juga dong pastinya " Potong Athala dengan sengit. Ucapan Athala benar-benar membuat Bu vera bungkam, begitu juga dengan teman sekelasnya yang masih menatap kedua orang tersebut.
Hanya satu orang yang berani memotong ucapan Bu Vera, yaitu Athala Alexandra. Tetapi, ucapan itu benar-benar menyakiti Athala terutama perkataan itu didengar oleh satu kelas. Athala memang paling tidak suka dibanding-bandingkan dengan orang lain, terutama dengan kembarannya sendiri yaitu, Aland Alexandra. Aland, seorang ketua osis yang selalu mendapatkan juara dikelasnya. Sedangkan Athala? .
Percayalah seseorang pasti memiliki suatu kelebihan dalam dirinya.
"Permisi, buk" Ucap Athala lalu pergi meninggalkan kelasnya itu.
"Mau kemana kamu Athala?!"
Tidak ada jawaban dari Athala. Dia tidak peduli dengan itu, dan tetap melanjutkan langkah kakinya. Langkah kakinya menaiki tangga satu persatu, hingga membawanya ke rooftop sekolah.
Athala memilih untuk berbaring diatas bangku panjang yang berada di rooftop lalu tasnya ditaruh dibawah bangku tersebut. Matanya memicing menatap langit biru yang berwarna cerah. Cowo itu kembali mengingat kejadian yang membuat dirinya tergores, dan luka yang disebabkan oleh ucapan seseorang.
Apakah Bu Vera juga merasakan hal yang sama akibat perkataan Athala tadi?
Kenapa gue ditakdirkan untuk punya kembaran kaya Aland? Kenapa gue slalu dibanding-bandingin sama Aland? Kenapa slalu gue yang dimata orang-orang yang punya sifat jelek? Kenapa Aland slalu bagus dimata orang lain? Kanapa? Batin Athala dengan begitu banyak pertanyaan dalam kepalanya.
Athala bangkit dari duduknya, mengambil sebuah kotak yang berada dalam kantong celana seragamnya. Cowo itu mengambil sebatang rokok dari kotak itu, lalu tangannya mencari korek api dikantong sebelahnya. Athala menghisap benda itu lalu menghembuskannya keudara. Tak lama kemudian dia menjatuhkan puntung rokok itu lalu menginjaknya dengan sepatu.
Athala kembali berbaring, menatap langit yang biru.
"Hai, nyet" Suara itu tak asing bagi Athala, dan dirinya sudah tau itu siapa .
"Ngapain lo?" Tanya Athala sembari menutupkan matanya dengan punggung tangan.
"Tidur, ya mau nengokin lo lah" Balas Aland, kembaran Athala sembari duduk dibangku didekat Athala.
"Tau dari mana lo, kalo gue disini?"
"Telepati"
"Bacot"
"Lo kenapa?" Tanya Aland to the point. Namun, tidak ada jawaban dari Athala. "Cup.. Cup.. Cup.. Curhat dong sama abang lo yang ganteng sejagat raya ini" Ucapnya sembari memeluk Athala.
"Lepasin gue ga? Kalo nggak gue gampar nih" Ancam Athala yang membuat Aland melepaskan pelukannya.
"Orang ganteng kalo digamparkan tetep handsome. Ya nggak? Eaak"
"Mau nih?" Athala sekarang sudah beranjak dari duduknya lalu sudah siap-siap membuka sepatunya untuk menggampar abangnya itu.
"Emm.. Gue rasa ga perlu deh, gue 'kan udah terlalu ganteng"
"Nih ya, dimana-mana tuh gue yang ganteng, ditambah gue tuh kece badai"
"Dih, ya nggak lha. Gue yang ganteng"
"Sstt.. Kita tuh kembar, jadi harap mengalah sama adeknya sendiri. Ok?"
"Kebalek lha nyet. Seharusnya adek tuh yang ngalah sama abangnya sendiri"
"Udah lha. Sana pergi capek gue" Ucapnya sembari berbaring kembali. Sebenarnya, Athala tidak bermaksud untuk mengusir Aland, bagaimanapun juga Aland bukan lah faktor yang merusak mood nya itu.
Aland menggeleng dengan cepat "Engga mau" . Aland melihat sebuah kotak rokok yang tidak jauh dari Athala. Cowo itu mengambil sebuah permen mint lalu dilemparkan kearah Athala.
"Tuh, makan. 'Kan udah dibilang sama mama, ga boleh ngerokok. Lo ngeyel sih jadi anak. Nahh, terus kalo lo punya masalah, makan itu. Bukan yang itu" Tunjuk Aland pada sebuah kotak yang berada dekat dengan Athala.
Athala membuka bungkus permen mint lalu memasukkannya kedalam mulut. Cowo itu melipat bungkus itu hingga kecil lalu melemparnya kembali kearah Aland.
"Ck, bukannya trimakasih lo. Atau bilang kaya gini 'duh, makasih ya abang gue yang lebih ganteng dari gue' " Ucap aland yang berusaha untuk menghibur.
"Terserah lo"
"Gue duluan, ntar ketauan sama guru. Soalnya gue kesini izin ketoilet, bela- belain untuk nengokin lo. Oh ya, lo jangan sampe nyoba-nyoba bolos lagi. Emang mau lo diceramahin kaya waktu SMP, sama papa mama? Kuping gue aja sampe panas ngedenger nya" Ucap aland sembari mengacak rambut Athala, lalu pergi meninggalkan Athala yang masih berbaring.
Tentu saja, anak berandalan seperti Athala tidak akan melaksanakan omongan dari abang nya itu.
Athala berdecak kesal ketika rambut nya itu diacak-acak oleh Aland. Cowo itu menyisirkan rambutnya dengan jari tangannya, supaya terlihat sedikit rapi, walaupun bagaimanapun juga orang ganteng bakalan tetap ganteng.
Eaak.
Tenang ae. Ntaran juga gue acakin balek kok tuh jambul khatulistiwa yang lo buat pagi-pagi kali itu. Hahaha batin Athala sembari tertawa seperti dalam film-film yang diperankan oleh tokoh antagonis.
✖ ✖ ✖
Okeh, sampe sini dulu partnya👌
Slamat baca📖
Comment 🍁

KAMU SEDANG MEMBACA
Athala
Aléatoire"Gue suka sama lo bukan karena lo cantik,pinter,apalagi tajir.Bukan karena itu semua,tapi cinta datang dengan sendirinya dan datang disaat waktu yang gak tepat.Dan gue suka sama lo disaat kejadian waktu itu" Ucapnya dengan suara yang bernada serius...