Athala menolehkan kepalanya, memandangi seluruh isi kantin, namun orang yang ia cari belum terlihat juga ditempat itu. Carissa. Tentu saja itu orangnya, yang membuat Athala menjadi seorang yang celingak-celinguk ga jelas. Athala melihat kearah meja temannya yang setiap istirahat bersama Carissa, namun keberadaan Carissa pun juga tak ada dimeja itu, hanya ada empat teman lainnya yang asik memakan makanannya.
Masa iya ga masuk? Pagi tadi aja, malah gue ketemu dia digerbang batin Athala sembari memasukkan sesuap ketoprak ke dalam mulutnya.
"Lo kenapa sih, Ath?" Tanya Chika yang sedari tadi duduk disamping Athala dan melihat gerak-gerik cowo itu sedari tadi.
"Bukan urusan lo" Balas Athala sengit.
"Itu juga termasuk urusan gue Athala.. Kalo itu menyangkut sama lo"
"Ulala" Goda Aldo.
"Aku juga mau doong"
"Uhuyy" Radit menggoda dan langsung mulutnya ditutup oleh Ravin.
"Lo bisa ga sih, ga usah bercanda pas lagi orang pada debat keluarga" Ravin masih menutup mulut Radit itu.
"Iya, iya" Balas Radit pasrah. Lalu Ravin nelepaskan tangannya dari mulut itu.
"Apaan sih lo. Lo itu bukan siapa-siapa gue. Jadi ga usah ngurusin gue, urusin aja tuh hidup lo yang belom bener" Balas Athala pada Chika. Athala langsung pergi dari meja itu dengan membawa sepiring ketoprak.
"Lo sih, Athala jadi pergi kan" Hardik Alfian.
"Terus? Gue yang salah? Iya?" Tanya Chika tanpa dosa.
"Enggak, lo ga salah. Gue yang salah. Iya, iya. Paham mah gue. Cewe mah selalu bener walaupun itu salah. Dan cowo selalu salah dimata cewe-cewe. Itu mah gue juga paham. Dasar, cewe ga bisa mahamin perasaan cowo!" Balas Aldo dengan wajah datarnya.
"Wess, sante bro. Masalah cewe lo ga usah dibawa-bawa kesini" Ucap Ravin menenangkan.
"Rumah tangga ga usah diseret-seret juga kali kesini" Ujar Radit sembari meminum es teh miliknya.
"Oh jelas dong, cewe slalu bener dan cowo selalu salah. Kenapa? Ga terima?" Ujar Chika sembari beranjak dari duduknya itu.
"Kalo nggak, kenapa? Kalo iya, kenapa? Ha?" Teriak Rafa dengan sedikit mengangkat kepalanya, menantang. Dengan teriakan Rafa itu, membuat seluruh kantin menjadi menatap kearah meja mereka.
"Sana gih, pergi jauh-jauh" Ucap Radit dengan tangannya mengusir.
"Bilang aja ntaran kangen" Balas Chika.
"Ekhem.. Ekhem.. Ekhem.." Radit mengelus dadanya yang merasa sesak, karena tersedak oleh es batu dari minumannya itu. "Astaghfirullah.. Tobat dadakan gue, kalo kangen sama lo"
"Cuih, kangen sama cewe kaya lo? Asal lo tau, diluar sana masih ada yang lebih baik dari lo" Ucap Rafa.
"Ada yang lebih cakep dari lo" Ravin juga ikutan dalam pembicaraan itu.
"Dih, bilang aja lo sirik 'kan sama gue? Jelas aja, gue yang lebih cakep dari cewe lo pada" Chika menunjuk cowo satu persatu dimeja itu. Lalu pergi meninggalkan mereka.
Itu lah perkataan yang hanya didengar oleh Athala. Langkah kakinya berjalan meninggalkan meja itu lalu terhenti pada meja kembarannya, Aland.
Athala duduk disalah satu kursi yang belum ditempati dengan wajahnya yang datar. Aland dan temannya Aland hanya melirik dengan suasana hening. Meja ini tak seramai meja pojokan, tempat biasa dirinya duduk. Aland adalah seorang ketua osis, yang mungkin memiliki teman yang cukup pintar dan tidak suka membuat onar disekolah. Berbeda dengan dirinya. Meja itu masih dalam keadaan hening, tak ada yang berbicara sepatah kata pun. Membosankan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Athala
Aléatoire"Gue suka sama lo bukan karena lo cantik,pinter,apalagi tajir.Bukan karena itu semua,tapi cinta datang dengan sendirinya dan datang disaat waktu yang gak tepat.Dan gue suka sama lo disaat kejadian waktu itu" Ucapnya dengan suara yang bernada serius...