Bab T W E N T Y F I V E

21 4 2
                                    

"Buat apa saling menjauh jika itu hanya menyakiti diri sendiri."

.....

Intan berlari di koridor menuju kelasnya. Semalam ia terlalu larut dalam kesedihan hingga tidur malam dan akhirnya ia kesiangan ke sekolah. Sangking takut telat membuat Intan tak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Intan meringis saat sikunya lecet karena tergelisur lantai.

"Lo ngak apa-apa?" tanya cowok itu. Intan mendongak dan mendapatkan Kenzie yang memeriksa tangannya. "Ya ampun, luka." Kenzie merogoh kantong mencari sesuatu yang bisa dipake buat mengelap darah yang mengalir di siku Intan. Tidak menemukan apa-apa. Kenzie melepaskan dasinya dan mengelap darah juga membungkus luka di siku Intan. Padahal itu hanya luka kecil, tapi Kenzie bersikap layaknya itu luka yang parah.

Intan hanya menatap Kenzie yang kini tengah membungkus lukanya. Jujur saja, ia senang atas perhatian Kenzie kepadanya. Merasa diperhatikan, Kenzie mendongak dan mendapati Intan yang tengah menatapnya. Kenzie berdiri tanpa membantu Intan.

"Makanya kalau jalan pakai mata," cetus Kenzie dan berlalu pergi. Intan menatap punggung Kenzie yang lama-kelamaan menghilang dari pandangannya. Intan berdiri dan membersihkan kotoran yang menempel di pakaiannya. Intan memegang lukanya. Ia tersenyum senang dan segera pergi ke kelas.

Naura menghampiri Intan yang duduk di bangkunya. "Hayoloh, kenapa senyam-senyum kek gitu?" tanya Naura saat mendapati Intan yang terus tersenyum.

"Ngak ada," jawab Intan singkat.

"Jangan bohong, deh. Eh, gue dengar lo balikan sama Bima?"

"Iya gitu deh," jawab Intan sembari mengedikan bahunya acuh. "Tapi sekarang enggak."

"Enggak? Maksud lo apa, sih? Ngak ngerti gue."

"Lo ternyata ratu kepo ya," ucap seseorang yang tengah bersender di depan pintu. Orang itu menghampiri Intan dan Naura. "Kenapa? Kaget atau terpana?"

Naura tertawa terbahak-bahak melihat penampilan Tezan. "Sumpah! Kakak lucu banget."

Tezan mengerutkan dahinya heran. Memang hari ini ia memakai topi merah, jaket merah, dan sepatu merah. Apa itu terlihat lucu? Bima datang dan langsung tertawa melihat penampilan Tezan.

"Eh, beraninya lo tawa!" sertak Tezan kesal.

"Eh, kakak ngak ada kaca? Nih."Naura menyerahkan kaca kepada Tezan. Tezan melihat wajahnya di kaca. Ia sontak melotot kala apa yang telah terjadi pada wajahnya. Penuh coret-coretan. Pasti ini ulah Rafael dan Kenzie. Soalnya semalam mereka tidur bersama di rumah Rafael. Rafael takut sendiri jadi, dia minta dikawanin.

Naura dan Bima terus tertawa membuat Tezan semangkin kesal. Intan hnya terkekeh kecil. Ya, namanya juga Intan. Makhluk bemuka tembok. Rafael dan Kenzie datang dengan terus tertawa.

"Eh, ini pasti gara-gara kalian 'kan?" tuduh Tezan.

"Enak aja lo ngomong. Ini bukan salah kita, tapi salahin aja lo yang ngam sadar-sadar kalau muka lo kek gitu," ucap Kenzie sembari terus tertawa.

"Iya, benar banget. Makanya jangan pikiran ini pokus sama cewek doang
penampilan lo juga," saut Rafael.

"Kalian jahat banget sama gue. Gue ngambek, ah." Tezan berlalu pergi dengan kaki yang dihentak-hentakan. Rafael dan Kenzie terus tertawa sembari menahan perutnya sakit akibat banyak tertawa.

Intan Story (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang