Bab T H R I T Y T W O

73 5 0
                                    

"Ketika diri tidak bisa memahami akan suatu keadaan yang sangat konyol."

.....

Kenzie mengucek matanya takut saja dia hanya berkhayal. "Intan?" ucap Kenzie tak percaya.

Gadis itu tersenyum menampilkan lesungnya. "Saya bukan Intan," jawabnya.

Kenzie beranjak dari duduknya dan segera memeluk Intan erat. "Kamu jangan bohong. Kamu itu Intan. Jangan bermain, deh."

Gadis itu melepaskan pelukan Kenzie. "Maaf, saya tidak mengenal anda. Anda saya sarankan jangan kurang ajar seperti tadi. Saya tidak suka," ucap gadis itu dingin. Gadis itu pergi menuju ruang koki.

Kenzie duduk dan menepuk bahu Tezan yang duduk disampingnya pelan. "Zan, gue ngak berkhayal 'Kan? Barusan itu Intan 'Kan?" tanya Kenzie meminta dukungan jika penglihatan dia itu tidak salah.

"Gue ngak tau," jawab Tezan. Ia juga belum percaya apa itu Intan setelah petugas mengatakan jika Intan telah meninggal dan mayatnya pasti habis terbakar.

Dia itu benar Intan. Kenzie sangat hapal suaranya, rautnya, senyumnya dan matanya. Semuanya persis sama seperti Intan. Apa mungkin Intan ada kembaran yang tidak diketahui? Tidak mungkin!

*****

Pagi ini terasa sangat dingin, maklum cuaca London memang seperti ini. Kenzie mengeringkan rambutnya. Tadi malam dia tidak bisa tidur akibat memikirkan kemungkinan-kemungkinan terhadap apa yang terjadi. Dia yakin jika gadis malam itu yang berstatus pelayan di restoran itu Intan. Tidak mungkin dirinya salah.

Kenzie mendapatkan dua sahabatnya yang tengah tidur pulas di atas kasur. Kenzie memutarkan matanya malas. Ia membuka tirai jendela membuat Cahaya masuk ke dalam ruang.

"Woy! Wake up!" teriak Kenzie tepat di telinga Rafael dan Tezan.

"Berisik deh, gue masih ngantuk," saut Rafael dengan mata yang masih terpejam. Ia menutup wajahnya dengan bantal.

Kenzie mengoyangkan tubuh Tezan kuat agar sahabatnya ini bangun. "Tezan! Bangun! Ada Naura!" teriak Kenzie di telinga Tezan.

Tezan segera bangun dengan mata yang melotot. "Ada Naura? Dimana?!"

Kenzie terkekeh geli melihat Tezan dengan penampilan yang sangat tidak wajar. Rambut acak-acak, baju kusut, dan air liur di bibirnya. Kenzie bergidik jijik melihatnya. "Ada. Naura ada di Indonesia," saut Kenzie.

Merasa dipermainkan, Tezan melempar bantal tepat mengenai wajah Kenzie. "Bau iler gila!" sewot Kenzie. Tezan kembali membaringkan tubuhnya dan mulai masuk ke dalam alam mimpi. Kenzie menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya satu ini.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu membuat Kenzie sontak menoleh. Ia berjalan untuk melihat siapa yang pagi-pagi datang ke kamarnya. Pasti Putri kesini buat membangunkan mereka. Sudah menjadi tradisi bagi Putri.

"Bangunin sana Rafael sama Tezan. Mereka masih molor di-" ucapan Kenzie terhenti saat melihat gadis dengan dres putih dengan rambut panjang terurai dilengkapi poni. Gadis itu juga ikut melotot saat mengetahui sosok jangkung yang berdiri di hadapannya. Apa ia tidak menyadari bahwa dia itu hanya memakai baju kemeja panjang tanpa celana.

Intan Story (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang