Bab E I G H T T E E N

23 5 1
                                    

"Jangan bermain pada ucapan, bisa saja dia yang akan memainkanmu! "

.....

Kenzie mengeringkan rambutnya mengunakan handuk. Kenzie membuka lemari dan memilih baju kaos warna merah dengan celana jeans pendek. Kenzie sedikit kesusahan memakai pakaian karena lengan kirinya yang sakit akibat tertusuk pisau tadi siang. Setelah memakai pakaian, ia duduk di kasur bergambar Spiderman sembari memaikan ponselnya.

Ceklek!

Suara pintu dibuka membuat Kenzie sontak menoleh ke arah pintu. Sudah ada Cici dan Intan disana. Mereka masuk dan menghampiri Kenzie. Cici menatap Kenzie tajam membuat Kenzie bergidik ngeri. Cici menjewer telinga Kenzie kuat membuat Kenzie meringis.

"Kamu tuh ya, suka banget kek gitu. Kamu mau jadi preman pasar hah! Kenzie, kamu jangan mencoreng nama baik papa kamu," ucap Cici sembari tetap menjewer telinga Kenzie.

"Iya bun, tapi lepasin ini dulu." Kenzie menunjuk telinganya yang dijewer Cici. Cici melepaskan jewerannya sedangkan Kenzie, ia mengusap-usap telinga dengan maksud supaya telinganya tidak sakit lagi.

"Kok bunda bisa tau kalau Kenziw tawuran?" tanya Kenzie heran. Padahal dia sudah menyuruh semua teman-temannya untuk tutup mulut dengan traktir bakso tadi.

"Jadi bener? Kamu ini, ya." Cici kembali menjewer kedua telinga Kenzie dengan kuat. Kenzie meringis kesakitan sembari mencoba melepaskan jeweran Cici.

"Ampun bun, ampun," mohon Kenzie dengan wajah yang memelas. Cici melepaskan jewerannya setelah melihat telinga Kenzie memerah.

"Intan, lo 'Kan yang sudah ngasih tau bunda," tuduh Kenzie pada Intan. Intan melototkan matanya tak terima.

"Enggak! Kakak apaan sih, sembarangan!" ucap Intan kesal.

"Eh, Intan ngak ngasih tau bunda. Bunda hanya menebak doang. Soalnya bunda pegang lengan kamu, kamu seperti kesakitan gitu. Kenzie, kamu itu cowok yang nanti kalau sudah menikah pasti akan menjaga perempuan. Kamu akan bertanggung jawab penuh ketika kamu sudah menjadi kepala keluarga. Jika kamu terus-menerus seperti ini, bunda yakin perempuan itu pasti bisa pergi darimu,"ceramah bunda kepada Kenzie.

"Iya, bunda. Janji deh, ngak bakal nakal lagi," ucap Kenzie bersungguh-sungguh.

"Yaudah, Bunda ke bawah dulu." Cici pergi meninggalkan Intan dan Kenzie.

"Kakak sudah baikan?" tanya Intan. Kenzie menoleh ke arah Intan. Ada rasa bersalah terhadap Intan karena....ah, sudahlah.

"Gue sudah baik aja kok," jawab Kenzie.

"Lo ngak mau keluar?" tanya Kenzie sembari mengerling menggoda. Intan mengerutkan dahinya.

"Ini kamar gue dan gue itu cowok loh," sambungnya. Intan tersadar dan segera lekas pergi ke bawah. Kenzie terkekeh geli.

"Sungguh, Dia itu galak tapi juga polos." Kenzie menggelengkan kepalanya melihat tingkah Intan.

*****

Saat ini, Kenzie dan sahabatnya sedang berada di kantin. Sejak dari tadi, Kenzie hanya diam dengan senyum yang mengembang. Rafael menyikut Tezan dan menunjuk Kenzie mengunakan dagu.

"Dia kenapa? Senyam-senyum kek orang gila," bisik Rafael pada Tezan. Tezan mengedikan bahunya tidak tau.

Putri mendekatkan wajahnya ke arah Tezan dan Rafael. "Kalian ngomongin apa?" bisik Putri. Rafael menunjuk Kenzie mengunakan dagunya. Putri melihat apa yang ditunjuk Rafael. Ia mendapatkan Kenzie yang tengah senyam-senyum sendiri tanpa ada yang lucu.

Intan Story (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang