Bab T W E N T Y N I N E

22 3 0
                                    

"Walau terpisah jarak bukan berarti kisah telah selesai 'Kan?"

.....

Intan dan Kenzie kini tengah mengerjakan tugas bersama dengan yang lainnya di rumah Kenzie. Memang mereka berbeda kelas, tapi bukan berarti tidak bisa bekerja sama 'Kan?

"Ini maksudnya bagaimana, sih?" heran Kenzie saat menatap soal yang tercentang jelas di bukunya.

Rafael meraih buku Kenzie dan membacanya. "Pak Tani membeli sebuah mobil baru-"

"Sombong banget ini orang, " cetus Kenzie.

Rafael mengedikan bahunya acuh dan kembali membaca. "Dengan corak yang berbeda dari mobil yang ia beli kemarin. Jumlah mobil pak Tani kini telah menjadi dua pulih Lima."

"Ngak peduli gue."

"Jika pak Tani menjual semua mobilnya, berapa harga yang akan ia tawar dan berapa keuntungannya?"

"Mana gue tau. Gue bukan pak Tani-nya jadi, mending lo tanya aja sama bapak-bapak yang bernama Tani sana," saut Kenzie.

Rafael mendengus kesal. "Gue baca soalnya bukan gue yang nanya."

"Heh, lo tadi bilang kata berapa itu berarti lo nanya. Lo goblok banget ngak tau mana kata nanya dan bukan kata tanya."

"Itu soalnya. Gue hanya bacain buat lo. Lama-lama gue cakar juga muka lo ya," kesal Rafael sembari menggerakan tangannya layaknya mencakar-cakar Kenzie.

"Intan," panggil Kenzie. Intan menoleh dan menatap Kenzie bingung. "Ada yang gila nih, tolong obatin," ucap Kenzie sembari menunjuk Rafael.

Rafael menepuk bahu Kenzie kuat. Bukannya kesakitan, Kenzie malah tertawa terbahak-bahak. "Sumpah! Lo benar-benar sudah gila Ken,"cetus Rafael.

"Ken, obat lo masih ada?" tanya Bima.

Kenzie berhenti tertawa dan memilih memanyunkan bibirnya. Rafael terkikik geli melihat tingkah Kenzie. Kenzie beranjak dan duduk di dekat Intan. "Intan, mereka jahat," ucap Kenzie dengan wajah yang dimewek-mewekin. Intan tak menghiraukan omongan Kenzie dan lebih memilih pokus pada tugasnya.

Rafael tertawa terbahak-bahak sembari berguling-gulingan di karpet. "Kasihan lo, Ken. Dihiraukan oleh pacar lo sendiri."

"Diam lo, kaum Israel!"

"Enak aja lo bilang. Nama gue itu-"

"Gue ngak peduli," potong Kenzie cepat. Giliran Rafael yang mendengus kesal.

"Kak," panggil Intan. Semua yang sebagai status kakak kelas menoleh ke arah Intan. "Maksudnya kak Kenzie."

"Dek, jika panggil Kenzie itu dibuatin nama apa kek yang lebih spesial. Kalau perlu beri nama monkey the blue," saut Toto--teman sekelas Kenzie.

Kenzie yang jengkel melempar tutup pulpennya ke arah Toto. "Kalau beri nama itu yang bagus dikit kek," cetus Kenzie.

Toto mengambil tutup pulpen Kenzie dan lekas menaruhnya di kantong saku. "Lumayan," ucapnya dengan cengiran andalannya.

Intan Story (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang