Bab T W E N T Y F O U R

19 4 2
                                    

"Jangan pernah membohongi perasaan sendiri karena itu hanya akan membuatmu sakit."

.....

Intan dan Bima berjalan beriringan sepanjang koridor menuju ke kelas dengan Bima yang mengenggam tangan Intan erat. Banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka. Senyum terus terukir di wajah Bima. Ia merasa bahagia karena akhirnya ia bisa bersatu kembali dengan Intan. Kali ini, ia berjanji pada diri sendiri tidak akan menyakiti Intan.

Kenzie datang bersama teman-temannya. Tadi ia ingin menghampiri Intan di kelas, tapi Intan belum datang. Eh, ternyata.... Intan dan Kenzie saling menatap tanpa ada yang berniat berpaling. Bima yang menyadari itu segera merangkul bahu Intan menandakan jika Intan itu miliknya.

"Eh, kalian sudah jadian?" tanya Tezan. Rafael menyikut perut Tezan membuat Tezan segera membungkam mulutnya.

"Iya dong, gue sama Intan sudah jadian," jawab Bima semangkin mengeratkan rangkulannya. Intan hanya tersenyum kecil dengan mata yang terus menatap Kenzie. Kenzie lekas pergi yang disusuli Rafael dan Tezan.

"Ken! tunggu,"panggil Rafael membuat langkah Kenzie berhenti.

"Kalian kenapa, sih? Baguslah jika Intan jadian sama pilihannya," ucap Tezan polos yang langsung mendapat jitakan dari Rafael.

"Lo diam aja, deh. Awas kalau ngomong!" ancam Rafael dengan gerakan menonjok. Tezan lekas membungkam mulutnya rapat-rapat. "Kenzie."

"Izinin gue, ya. Bilang sama Miss. Dodi, gue sakit," ucap Kenzie dan segera pergi.

"Zan, bagaimana dong? Kasihan Kenzie. Sakit banget itu hatinya," ucap Rafael pada Tezan. Tezan hanya diam tanpa berniat menyahut. "Ck, lo kenapa ngak ngomong?"

"Bukannya lo bilang kalau gue harus diam aja," saut Tezan polos.

Rafael menepuk keningnya pelan. "Sekarang udah bisa."

Tezan menghela napas lega. "Oh ya, lo tadi ngomongin apa?" Rafael mengeram kesal dan lekas berlalu pergi daripada ia semangkin emosi atas kepolosan Tezan. Tezan mengedikan bahunya acuh dan segera menyusul Rafael.

*****

Kenzie duduk di bangku taman. Ia masih bingung atas apa yang menimpanya. Apa salahnya hingga dunia melakukan ini padanya? Apa karma karena selama ini ia selalu menyakiti hati para wanita? Lagipula yang menyakitinya terlebih dahulu itu wanita. Jadi apa salah jika ia ingin membalas dendam?

Tanpa disadari, ia sudah duduk di taman berjam-jam. Mungkin terlalu asyik sama pikirannya hingga ia tak menyadarinya. Kenzie melirik arloji ditangannya. Pukul 15:15. Waktu para murid ICS pulang. Kenzie beranjak dari duduknya, tapi terhenti ketika ada alien yang langsung menempel di lengannya dengan manja.

"Ternyata kita itu jodoh, ya. Baru aja aku bilang seandainya ada cowok yang aku temui dan aku yakin cowok itu jodoh aku. Eh, ternyata kamu. Seperti kata pepatah pucuk dicinta bulan pun tiba," ucap cewek itu.

"Eh, gue ngak kenal sama lo. Datang-datang ngak diundang kek jelangkung," cetus Kenzie. Kenzie mencoba melepaskan tangan cewek itu dari lengannya.

"Kamu itu jangan kek gitu sama aku. Ntar aku ngambek."

"Bodoamat! Gue ngak peduli!" cicit Kenzie dengan penuh penekanan pada setiap katanya.

Intan Story (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang