Bab S I X T E E N

29 6 1
                                    

"Mendekati bukan mau di dekati karena gengsi."

.....

Kenzie sedang membaca buku yang ia beli tadi siang. Matanya menatap tajam setiap huruf yang tertera di buku itu. Ia bingung, kenapa mendekati cewek itu harus sebanyak ini?

"Mendekati bukan mau di dekati karena gengsi,"gumamnya. Kenzie membaca kalimat itu secara berulang-ulang demi mencari tau apa maksudnya.

"Maksud kalimat ini apa, sih? Kata-kata di dalam buku ini ngak ada satupun yang bisa dimengerti. Aneh semua," ucap Kenzie kesal.

Seseorang membuka pintu kamar Kenzie membuat Kenzie sontak menoleh. Cici datang dengan membawa segelas susu di tangannya.

"Kamu kenapa? Kok kek mikir berat gitu. Ada masalah?" tanya Cici. Kenzie menggelengkan kepalanya.

"Enggak, cuma Kenzie bingung apa maksud dari buku ini? Bunda bisa jelasin ngak?" Kenzie menyodorkan buku itu ke Cici.

"Coba sini, bunda lihat." Cici mengambil buku dari tangan Kenzie. Cici tersenyum manis sembari menatap Kenzie. Kenzie yang melihat reaksi bundanya mengernyitkan dahinya heran.

"Kamu memangnya mau ngedeketin siapa? Tumbenan mau baca buku kek gini. Biasanya juga sering banget gonta ganti cewek," ucap Cici.

"Bunda apaan, sih. Kenzie ngak ngedeketin siapapun kok. Cuma pengen ngebaca aja." elak Kenzie.

"Spesial banget ya, cewek satu ini. Sampe kamu ngehandal buku ini," ucap Cici sembari menunjuk buku itu. Kenzie menggaruk tekuk lehernya canggung.

Cici menyenggol bahu Kenzie pelan. "Ciee,, anak bunda bisa jatuh cinta juga." goda Cici.

"Apaan sih, bunda. Siapa yang jatuh cinta."

"Udah, jangan ngelak lagi. Kasih tau bunda, siapa cewek itu? Intan, ya?" Ketika mendengar nama Intan disebut Cici, Kenzie memalingkan mukanya malu.

"Ohh,, jadi Intan. Bagus deh, dia juga 'Kan calon istri kamu. Bilangnya aja di awal ngak mau eh, jatuh cinta juga 'kan kamu."

"Apaan sih, bunda. Siapa yang jatuh cinta sama Intan. Kenzie kayaknya ngak jatuh cinta sama dia. Kenzie hanya penasaran aja."

"Penasaran atau perasaan?" goda Cici.

"Bunda nyebelin deh," ucap Kenzie. Cici tertawa terbahak melihat kelakuan anak semata wayangnya ini.

"Kamu ini ada-ada saja. Yaudah nih, minum dulu susunya habis itu tidur. Udah malem entar telat lagi ke sekolahnya. Kalo kamu telat, kamu ngak bisa ketemu sama Intan," ucap Cici sembari menaikkan alisnya bermaksud menggoda.

"Bunda mulai lagi, deh." Cici terkekeh lalu pergi ke kamarnya. Sebelum itu, ia mengacak rambut Kenzie pelan.

Sepeninggal Cici, Kenzie meminum susu sampai habis. Kenzie berbaring dengan tangannya yang ia lipat di bawah kepala.

"Apa benar ya, gue sudah jatuh cinta sama Intan? Ahh,, ngak mungkin. Intan itu bukan tipe gue banget. Cupu, polos, dingin, tapi juga sangat galak," gumam Kenzie.

Seulas senyum terbit di wajah Kenzie. "Kalo dilihat-lihat, Intan imut juga saat marah. Bibirnya itu.... Astagfirullah, sadar-sadar Kenzie sadar," ucap Kenzie sembari menepuk pipinya kuat.

Intan Story (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang