Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Entah dia atau kenangan itu yang terlalu ku sayangi
Hingga membuatku enggan untuk melupakannya
Meskipun ingin melupakannya
_JP Helden Verleden_“Atau mungkin karena kau belum menemukan kehidupan baru mu. Hia!” timpalku kembali berlari dengan Hell.
“Ucapanmu sama dengan gadis itu! Mari kita cari dia!” teriaknya.
***
Bagaimana membuatnya menjadi kehidupan ku? Semua berawal dari dekat, terbiasa, dan menjadikannya alasan.
“Aku tidak mau naik kuda bersama kak Helden. Aku ingin bersama kak Bostton!” teriak Martini. “Karena kak Helden menakutkan, lihat saja mata marahnya.”
“Baiklah!” kunaikan dan mendudukannya di depan ku, “Wajar saja dia marah. Kamu pergi tiba-tiba dan menghilang. Lihat sekarang kamu sendirian dimalam hari. Kamu tidak terlukakan?” Mart sama sekali tidak menjawab pertanyaanku dan marah dengan sangat menggemaskan. Kami berpikir dia tidak akan menjawabnya.
“Sakit!” teriaknya yang membuat ku dan Helden seketika berhenti dan kaget. “Disini!” teriaknya menunjuk ke dada sendiri.
“Ada lukakah? Mana coba kakak lihat” membuatku tergesa-besa mencari.
“Tidak! Aku sakit karena tidak ada satupun orang disini yang bisa bahasa ku. Tidak ada seorangpun anak perempuan yang menemaniku main keluar seperti ka Zyzy.” Jadi makud dia sakit hati. Sontak aku dan Helden tertawa bersama. “Kenapa kalian tertawa? Aku gak suka kak Helden dan kak Bostton! Aku benci kalian!Aku akan loncat!”
“Jangan lompat, bahaya! Apa yang kamu mau? Nanti kak Bostton kasih deh.” Bujuk ku yang sebenarnya mana mungkin ku biarkan dia lompat. Tenaga ini masih kuat menahannya.
“Kalian harus janji nanti kita ke tanah Java sama-sama.” Pintanya dengan mengembungkan pipi. “Kalian juga harus tersesat sepertiku. Aku akan pergi bermain atau ke akademi bersama kak Zyzy sangat lama seperti kalian disini.” kami berdua tertawa lalu serentak berjanji kepada Mart.
Hal itu menjadi alasan kedua yang membuatku bejuang mendapatkan gelar jendral. Alasan pertama adalah aku yang belajar Bahasa Hindia untuk dapat berberbicara kepadanya.
Tidak seperti Helden yang sudah dilatih Bahasa Hindia, Java, Inggris, China, dan bahasa perdagangan lainnya sejak dini. Kadang aku merasa miris kepada Helden. Meskipun belajar di rumah dia dua kali lebih susah pendidikannya dibanding kan anak akademi.
Pada umur 6 tahun Mart masuk akademi yang sama dengan kami. Dengan wajah pribuminya kami takut dia mendapat ejekan teman sekitar sehingga kemanapun dia pergi selalu bersama kami. Itu terjadi hingga aku lulus lalu dia sendirian di akademi tentu saja tidak ada satupun yang berani mengganggu. Justru sebaliknya, banyak anak wanita yang meminta didekatkan kepada kami oleh Mart.
Tanpa kusadari banyak pula pria Nederland yang menyukai dia. Sejak saat itu aku yang awalnya sangat suka didekatkan dengan wanita mulai membencinya. Mengenai Helden dia tidak pernah menyukai wanita Nederland. Saat mendengar alasannya dia hanya menjawab, “ Hanya Mart yang tau.” Saat itu aku berpikir Helden menyukai Mart.
“Aku menyukaimu!” Pernyataan cinta pertamaku ku berikan kepada Martini dengan berteriak dihadapan Helden. Saat itu juga mereka terkejut. Helden bertatapan dengan Mart seperti saling bertanya satu-sama lain.
Cemburu akan tingkah mereka disaaf kondisi yang ku anggap serius membuatku menanyakan hal yang terus mengusik.
“Mart, apakah kau menyukai Helden?” Seketika Helden dan Martini tertawa terbahak-bahak. Apakah pertanyaanku seremah itu bagi mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
NOW AND KNOW
Любовные романыHIATUS nb.Kecuali ada kendala lain Sebuah kisah mengenai seorang gadis di tahun 2017 yang kembali pada abad ke-17 dimana jiwanya masuk kedalam raga dikehidupan sebelumnya. Kehidupan rumit yang sama sekali tidak diketahui Stela. Masa-masa kelam negar...