[3]

450 13 5
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Sepertinya hanya dia yang membuatku penasaran
Hingga aku terus berlari menemuinya
Meski tidak tergapai
_Stella de Suzy_

“Cantik” batinku tanpa sadar terus memandangi wanita yang ku bawa dari Hindia itu. Bajunya yang aneh, tapi terlihat cantik. Kulitnya yang bercahaya berbeda dengan wanita pribumi lain. Kulihat dia meregangkan tangannya. Dia sangat aneh, penampilannya sungguh aneh. Model rambut yang aneh dipadu gaun putih peninggalan ibuku dari Hindia-Belanda berkualitas buruk tapi terlihat pantas untuknya.

***

“Aku tidak pura-pura pingsan, sialan!” teriaku setelah memastikan Jendral gila itu pergi. Kembali lagi aku teringat akan percakapan mereka.

Kesultanan Banten? Perang Saudara? Bukankah itu sekitar tahun 1680-an?
Jadi sekarang aku ada ditahun itu, dan bersama pasukan penjajah. Biar kuingat-ingat, jika ini tahun 1680 dan ada hubunganya dengan mataram berarti aku sedang bersama,

“Oh tidak, Koloni Nederland-Indie? Pasukan Hindia-Belanda?” Seketika dadaku sesak. Bagaimana mungkin? “Aku butuh minum”

Ku gedor pintu berusaha berteriak meminta tolong untuk diambilkan minum. Tapi tidak ada jawaban saat ku genjot gagang pintu, “Bagaima-na bisa?”  ternyata kamar ini tidak dikunci sama-sekali. Kukira aku seorang tahanan bisa-bisanya mereka selengah ini.

“Apa mereka pikir aku lemah?” pertanyaan itu keluar berbarengan dengan tersandungnya aku. Seketika hausku hilang dan mencoba mencari cara untuk kabur dari tempat ini. “Jika aku lemah setidaknya aku tidak bersama koloni ini. Aku tidak ingin ikut perang!”

Udara segar dan semakin dingin, kupikir sebentar lagi akan turun salju di wilayah ini. Kapal ini ternyata begitu estetik, dengan detail ukiran kayu terlihat dibeberapa sudut. Ku akui kapal dan laut luas ini sangat indah dan sangat langka sebagai spot foto. Senyum sumringah dan teriakan dalam hati tidak bisa ku hindari, sepertinya aku sudah melupakan tujuan untuk kabur sesaat.

“Baiklah, mari kita berfoto terlebih dahulu” kucari saku di baju ini, “Tapi dimana handphoneku ku? Sial!”ku tepuk jidat. Benar inikan mimpi, manamungkin aku membawa hanphone.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Tidak ada apapun, dan aku tidak tau bagaimana cara untuk bangun. Apa aku tidak membawa apa-apa kemimipi ini?

Sadar akan tujuan ku tadi untuk kabur segera ku cari apapun yang dapat digunakan dalam melaksanakan misi itu. Tangan kananku memegang balok kayu dan tangan kiri kupegang tepian kapal berniat loncat dengan harapan balok kayu itu dapat membantuku mengapung.

“Tapi ini terlalu mengerikan!” teriaku. Ombak laut yang terus menghantam kapal. Seberapa keras pun aku meyakinkan diri bahwa ini mimpi, bukankah aku tidak bisa menyangkal lagi jika kesakitan atau mati di tempat ini? Ku urungkan niat, mencoba mengatur emosi dan pikiran.

“Mentalku benar-benar hancur!” Jadi, hanya dress ini yang aku bawa. Malang sekali nasibku. Aku memakai dress halloween semalam yang aku gunakan di pesta angkatan.
Dress putih ini pun bukan dress mahal.

Kenapa bukan dress mahal? Karena dress ini hanya berharga empat puluh ribu dan ini aku beli di pasar malam tepatnya di pedagang loakan, karena cantik dan seperti gaun kuntilanak ku putuskan membelinya. Kembali mulutku cengar-cengir mengingat keadaan ku sekarang.

“Terlihat lumba-lumba berloncatan dikanan-kiri jalan. Pagi yang indah, Pajar oranye yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Suara ombak lautan yang membuat hati tenang.” Cukup lama aku memejamkan mata dan merasakan kenyamanan dunia ini sembari berceloteh dengan irama puisi. Kucoba penuhi pemikiran bahwa ternyata dunia ini sebenarnya indah. “Bahkan sayang jika aku merasa terbebani sekarang.” Anggap saja ini sebagai wisata lintas waktu. Lalu dengan perlahan aku membukakan mataku kembali.

NOW AND KNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang