[12]

56 5 0
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Aku baru tau, setan dapat dia ciptakan
Hanya dengan rambutnya
Hanya dengan wanginya

_JP van Helden Verleden_

Tenaga medis yang menjadi istri seorang jendral diwajibkan mengikuti suaminya kemanapun terutama saat perang. Hal ini menjadikan bertahun-tahun kehidupan pernikahan mereka tanpa dikaruniai anak. Mereka hanya sibuk dalam peperangan dan perebutan wilayah.

Sadar akan ucapannya yang melukai perasaan Luzy. Sembari mepukul-pukul mulutnya Bostton pergi ke dapur dan beralasan akan membuatkan wejangan pada Luzy.

***

Saat terbangun lengan Helden sangat erat meluk Stella. Dia sadar bahwa perempuan yang didekapnya masih kebingungan tentang semua yang terjadi. Akibat dari perasaanya yang tidak dapat terbendung hanya membuat Stella terkejut. Mungkin saja perempuan itu tidak percaya akan ucapannya semata. Itulah yang ada dibenak Helden.

Terlihat sosok yang ada dalam dekapannya itu menggeliat. Seolah memberi tanda akan terbangun. Warna hitam gelap memberikan kesan tajam serta warna cokelat samar memberikan kesan lembut.

Ditatapnya kedua manik mata yang akhirnya berhasil terbuka setelah beberapa kali mengerjap berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya lampu. Dia tidak tau bagaimana cara untuk meyakinkan Suzy akan semua yang terjadi. Tidak mungkin dia menceritakan seluruh pristiwa kelam tentang adiknya kepada wanita itu. Bahkan jasad Martini saja belum ditemukan hingga sekarang setelah Bostton membawa Suzy ke tenda pengobatan terdekat kala itu.

"Kenapa kamu menatapku terus?" Tanya Suzy sedikit risih.

"Mandilah, kamu sangat bau." Helden yang sama sekali belum pernah memiliki hubungan dengan seorang wanita, sehingga bingung apa yang harus dikatakannya dalam situasi seperti ini.

"Kalau begitu aku harus mandi. Apakah aku boleh menggunakan kamar mandi mewah milikmu?" tentu saja Suzy sangat tertarik menggunakan bak mahal itu. Sehingga tidak segan-segan menekan rasa takutnya kepada sosok Helden untuk memohon. Dia berpikir tidak ada salahnya memanfaatkan seseorang yang sudah menjadi budak cinta dirinya.

"Silahkan.."

"Sabun mahal mu juga aku boleh pakai?" Helden meneguk salivanya kala berpikir sabun batang persegi yang setiap hari menjelajah seluruh tubuhnya akan bersentuhan dengan tubuh Suzy.

"Khm.. Silahkan."

"Tidak jadi!"

"Kenapa? Pakai saja tidak ada sabun lain." Suara Helden sedikit memaksa setelah mendengar Suzy mengurungkan niatnya. Aneh memang. Satu sisi dia merasa itu seidikit cabul di sisi lain ada suatu gejolak bahagia dalam dirinya.

"Di cuaca sedingin ini? Sedangkan memasak air panas sebanyak bak itu sangat melelahkan."

"Kau sedang menyindirku?" ingatan Helden kembali pada waktu lalu. Sekarang dia merasa khawatir wanita ini akan mengungkit setiap kesalahannya dimasa lalu.

"Aku tidak berniat menyindir. Lagian aku juga tidak membawa baju kesini. Jika aku asal menggunakan baju di mansion ini seseorang akan menyobeknya paksa." Benar saja wanita itu menyindirnya kembali. Helden bersumpah, dia akan berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatannya mulai dari sekarang.

"Tunggu disini!" Bergegas Helden berdiri turun dan meninggalkan kamar.

***

"Kenapa aku berakhir disini?" Tanya Luzy mengelap keringat di keningnya.

NOW AND KNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang