[13]

44 2 0
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Mungkin aku tidak akan benar-benar mati di abad ini.
Tapi kesengsaraan pasti saat tidak disisinya.

_Stella de Suzy_

“Shit!” Helden bangun dari tidurnya dan berjalan cepat kea rah Suzy. Merasa tidak asing dengan adegan itu Suzy berjalan mundur menabarak daun pintu.

***

“Kenapa dikeadaan seperti ini selalu ada kasur didalam raungan? Aku benci pikiranku.” Batin Suzy berteriak beriringan dengan detak jantungnya yang seperti orang berlari itu. Benar saja Helden memang sudah di rasuki setan.

Dia menghampiri Suzy dan mencium gariah bibir Suzy. Suzy yang awalnya takut, perlahan luluh dan membalas gariah ciuman Helden. Tangan Helden menangkup rahang Suzy sedangkan lengan Suzy merangkul leher Helden. Suara decapan terdengar dari kedua sejoli yang kalap akan gairah.

“Helden aku mau berbicara denganmu!”

Suzy menabrak Helden keras hingga membentur tembok yang ada dibalik pintu sekarang. Gelagapan, mereka menyudahi aksi tadi dan menutup bibir yang pecah karena terantuk gigi satu sama lain.

“Kenapa kalian menutup mulut?”

Tidak ingin Suzy malu setengah mati akan pertanyaan Bostton. Helden menarik paksa lengan Bostton keluar mansion.Tidak ada siapapun disana hanya ada mereka ditambah dua orang penjaga mansion yang terus berdiri di depan gerbang.

“Kalian kenapa sih? Jujur, kau sedang makan sesuatu kan dan tidak ingin berbagi dengan ku?”

Bostton menarik telapak tangan Helden dengan paksa. Sedangkan Helden berusaha keras menahan posisi tangannya.
Berhasil melepas telapak tangan Helden, mata Bostton melotot setelah melihat bibir pecah Helden yang mengeluarkan sedikit darah.

“I, itu pecah karena aku mendorong pintu tadi tiba-tiba kan?” Bostton menyunggingkan bibir. “Baiklah… Mulai sekarang akan aku dengarkan perintahmu untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ruangan.”

Sebodoh apapun Bostton. Hanya satu hal yang membuatnya ahli  bahkan mengalahkan siapapun. Kepintarannya hanya tertuju pada satu hal. Tentu saja skinship dan sex. Sejujurnya dia ingin menertawakan teman dinginnya itu, tapi sekarang dia sedikit takut akan aura membunuh Helden, dan kini hanya dapat menahan tawanya mati-matian.

“Cepat katakana apa yang ingin kau katakana!”

“Khm! Aku hanya ingin berkata bahwa kau dan aku akan segera kembali ke Mataram.”

“Mataram? Maksudmu kerajaan kartasura? Aku sudah muak membantunya Bostton!”

“Tapi Amangkurat memiliki hutang banyak kepada VOC. Sayang sekali jika kita lepas.”

“Kenapa tidak si brengsek itu yang menagihnya. Kenapa harus kita?” Helden kesal dengan fakta kehidupannya yang selalu menjadi boneka ayahnya.

“Karena kau jendral Helden.” Awalnya dia pikir jika menjadi jendral akan membuatnya hilang dari tali kekang lelaki itu. Tapi ternyata gelar jendral justru menjadi alasan dia diperalat.

“Kapan kita akan berangkat?”

“Sepertinya 7 hari lagi karena dipercepat.” Setelah ciuman tadi, dia yakin Suzy akan menerimanya jika dilamar sekarangpun. Rasa percaya dirinya memang cukup tinggi. Helden menimbang waktu tujuh hari sangat singkat baginya untuk melamar Suzy. Ditambah dia tidak tau apakah akan kembali dengan selamat ke Amsterdam.

NOW AND KNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang