[11]

46 5 0
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Jika aku sakit, kau merasakan sakit juga.
Jika aku kembali, apa yang terjadi padamu?
Jika aku mati, apa yang terjadi padamu?

_Stella de Suzy_

Grab! Lelaki itu memeluk Suzy erat membuat sang empu terkejut setengah mati. Detak jantung mereka bersahutan satu sama lain. Air mata menggenang di kedua mata Helden yang tidak dapat dilihat Suzy pada saat itu.

“Jika aku bilang kau Zyzy, maka kau Zyzy!” suara itu sama sekali tidak terdengar parau meski sebenarnya tangisan terus berderai.

***

Takut detak jantungnya diketahui oleh Helden. Suzy bergegas mendorong bahu laki-laki yang sedang memeluknya itu. Apa daya meskipun Helden dalam keadaan sakit tenaganya tidak dapat dibandingakan dengan tenaga Suzy. Hingga akhirnya Suzy pasrah dipeluk dengan sangat erat oleh Helden.

Rasa hangat menyelimuti keduanya kala cuaca sedingin salju yang turun di luar mansion. Air mata menetes dari kelopak mata Helden, melepaskan perasaan bersalahnya.
Tanpa mereka sadari Boston dan Luzy yang hendak masuk terkejut  dan kembali menutup pintu.

Mereka terkejut melihat seorang Helden memeluk wanita. Bahkan Mart pun tidak pernah dipeluknya. Apalagi mereka tidak pernah berpikir Helden dapat menangis ditambah dalam pelukan wanita.

“Sa-sampai kapan?”

“Aku mengantuk.” Jawab Helden.

“Lalu kamu akan tidur berdiri dan membuat tubuhku remuk.”

Mendengar ucapan Suzy seketika Helden melepas pelukan itu. Mereka sudah berpelukan cukup lama sampai air mata Helden pun sudah mengering. Suzy memutar-mutar bahunya pegal.

“Bagaimana mungkin kamu salah memeluk orang.” canggungnya tanpa melihat Helden sama sekali dan menjauh.

Baskom air menjadi tujuannya sekarang. Dengan cepat Suzy berjalan merapihkannya tidak lupa juga kain lap, bekas menyeka keringat tadi. Berusaha keras mengindari tatapan tajam Helden yang melekat padanya.

“Cepatlah.” Perintah Helden yang disalah artikan oleh Suzy sebagai peringatan untuk keluar dari kamar. Belum sempat Suzy menekan gagang pintu Helden kembali memeluknya.

“Mau kemana? Aku mengantuk saat dipelukanmu. Tidak bisakah kamu menemani aku tidur?” kepala Helden bersandar di bahu Suzy. Ucapannya tadi seperti bisikan menggoda saat sampai dikepala Suzy.

“Sudah aku bilang kamu salah orang. Biar aku panggilkan Lu-” di baliknya tubuh Suzy cepat hingga punggungnya menabrak pintu.

Mata Helden menatap tajam menelisik kembali pitur wajah Suzy. Dia meragukan Suzy hanya memliki darah pibumi karena wajahnya lebih kental dengan dinasti Joseon atau Qing yang pernah dia singgahinya.

Detak jantung Suzy memacu semakin cepat saat Helden lebih dekat mencondongkan kepalanya. Tangan kanan Helden menggengam erat pergelangan tangan Suzy. Sedangkan tangan kirinya mengunci pintu cepat. Kepala lelaki itu bergerak menuju leher Suzy lalu berbisik.

“Aku tidak pernah salah Orang Zyzy!” badan Suzy tehentak saat Helden menarik paksa lengannya lalu menyeretnya menuju ranjang. Suzy terlempar pelan dan duduk di tepi ranjang.

“Berbaringlah.”

“Apa yang mau kamu lakukan?” Kedua tangan Suzy menutupi dadanya meski dari matanya tidak terlihat rasa takut sama sekali. Hanya saja dia bingung apa yang terjadi sekarang. Bagaimana bisa Zyzy yang dimaksud Helden adalah dia. Bahkan nama Suzy saja dia karang beberapa waktu lalu.

NOW AND KNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang