[15]

39 0 0
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Aku tidak dapat meminta maaf padanya.
Kita berada di dunia yang berbeda.
Maka tolong lah siapapun.
Bunuh aku!

_Stella de Suzy_

“Tuan saya yang sebelumnya.”

Mungkinkah ayah atau ibu nya Helden?
Ataukah Kakek dan Neneknya Helden?

Jika teringat ayah Helden, Suzy selalu merinding takut. Sehingga membuatnya enggan bertanya tentang lelaki itu.

***

Hujan tidak hentinya turun pada pagi itu. Pagi yang merupakan waktu keberangkatan Helden ke Hindia.

“Ini payungmu! Maaf aku tidak dapat mengantarmu.” Mereka sudah sampai di pintu kereta. Senyum samar masih tercetak dibibirnya saat suara kuda dan roda kereta berbunyi meninggalkan mansion.

Helden terus menatap rintikan hujan diluar kereta begitupun Suzy. Aneh saja,kenapa hujan turun dimusim dingin? Jika itu tidak terjadi, mungkin kepergiannya akan ditunda hingga bulan Maret saat musim semi tiba.

Hujan yang turun pada musim dingin di Amsterdam membuat es cepat mencair sehingga tradisi festival seluncur es pun tidak dilaksanakan pada tahun itu. Sebagai kota yang dekat dengan lautan membuat hujan cukup sering turun di Amsterdam.

“Apakah tidak apa aku meninggalkannya dicuaca sedingin ini?” tangan Helden menggenggam erat liontin kalung dilehernya.

Hampir separuh hari barulah Helden tiba di dermaga tempat kapal yang akan membawanya meninggalkan Amsterdam. Kakinya terasa berat meninggalkan tanah yang dipijaknya kini. Lebih tepatnya hati dia begitu berat meninggalkan Suzy.

Apa yang akan dia lakukan sendirian?
Apakah dia akan tahan sendirian?
Apakah aku membuatnya kesepian?
Dapatkah dia menahan rindu padaku nanti?

“Sepertinya aku yang sudah merindukannya sekarang.”
“Kenapa?” Tanya Bostton memecah lamunan Helden. Mata Bostton menoleh kanan kiri dan tidak menemukan wanita yang dicarinya. Ditepuknya pundak Helden. “Kau yakin dengan keputusanmu?”

Belum sempat Helden menjawa, Luzy sudah menyeret Bostton untuk mengangkat barang-barang medis. Hubungan Luzy dan Bostton menjadi dekat meski penuh dengan huru-hara.

Setelah keluar dari mansion Helden malam itu kereta yang ditumpaki Luzy rodanya lepas. Secara kebetulan Bostton yang menunggangi kuda lewat. Tanpa meminta tolong sama sekali Luzy menaiki kuda Bostton saat berhenti. Padahal tujuan awal dia berhenti untuk mengejek Luzy. Sejak saat itu tanpa disadari Bostton dia selalu diperbudak oleh Luzy karena kelemotannya.

Helden menatap datar kepergian Bostton dan Luzy. Dia merasa ada sesuatu yang kurang dalam perjalanannya sekarang menuju Kerajaan Kartasura. Padahal semuanya sudah lengkap seperti biasanya.

“Kapal akan segera berlayar! Angkat jangkarnya!” Tatapan Helden berpaling kepada pintu kapal yang diangkat naik menandakan tidak ada lagi yang akan naik maupun turun. Sekarang dia sadar apa yang membuatnya merasa kurang, yaitu Suzy.

Rasa sesal memenuhinya atas keputusan yang dia ambil. Mungkin saja dialah yang menjadi penyebab akan perpisahan nyata yang terulang sekali lagi. 7 tahun yang lalu juga  mereka berpisah karena kesalah pahamannya sendiri. Apakah mereka akan berpisah lagi sekarang?

***

Setelah kepergian Helden Suzy berlari menuju kandang kuda menemui seseorang yang sudah menunggunya. Untuk mempermudahnya cepat sampai di sana, dia melepaskan alas kaki dan membiarkan telapak kakinya basah oleh air hujan.

NOW AND KNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang