[1.2] Pernyataan

1K 196 9
                                    


Day6 — Afraid
00:01●━━━━━───── 03:32
 ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷

——







Hari ini seperti yang kamu tuliskan di surat Serim kemarin. Bertemu dengan sang idola kamu—Ah bukan, hanya sekedar orang yang kamu suka. Pagi ini kamu tidak meninggalkan notes apapun di meja Serim. Karena kamu terlalu gugup untuk bertemu Serim hari ini.

Bayangkan, kamu tiba-tiba diajak bertemu oleh seseorang yang kamu suka secara diam-diam. Apakah kamu tidak akan gugup? Untungnya kamu tidak sampai kabur dari kampus sebelum melihat Serim yang sudah duduk di mejanya.

Hari ini berlangsung cepat sekali. Kamu yang memang sejak awal masuk kampus tidak memiliki teman, hanya bisa merenungkan apa yang akan terjadi nantinya—dengan Serim. Tidak memiliki seseorang untuk dicurhati dan berkeluh kesah. Kamu hanya bisa menghela nafas panjang mengingat akan hal itu.

Berat memang.

Jam makan siang sudah tiba, kamu semakin gugup. Apakah kamu membatalkan saja pertemuan dengan Serim? Tapi, bagaimana caranya? Serim sudah terlanjur meninggalkan kelas dan berjalan menuju kantin—sepertinya.

Kamu yang tau hal itu hanya berjalan mengikuti Serim—dari jauh. Berjalan di tengah kerumunan mahasiswa yang sedang sibuk berlalu-lalang membuat tubuh kecilmu agak kesusahan untuk mengikuti langkah besar dari Serim.

Untungnya kamu bisa mengikutinya dan mengantri jauh dibelakang Serim untuk mengambil makan.

Begitu Serim sudah selesai mengambil makanan, dia langsung mengambil tempat duduk yang berada di sebelah jendela. Persis seperti tempat kesukaanmu. Kamu semakin gugup ketika makanan kamu sudah berada di tanganmu dan mengharuskan kamu untuk menghampiri Serim yang sudah makan makanannya terlebih dahulu.

Awalnya Serim tidak tau bahwa kamu sudah berdiri di depannya. Tapi ketika kamu sudah duduk di hadapannya, Serim mengalihkan atensinya kepadamu.

"(Y/N)?!!"

Serim berdiam sesaat, begitu juga kamu. Kamu tidak menyangka bahwa Serim mengenali namamu.

"Mau duduk disini? Silahkan, aku lagi nunggu orang kok" lanjut Serim  sembari menyuapkan makanannya ke mulutnya—lagi.

Kamu sudah duduk dari tadi, tapi belum menyentuh makanan di hadapanmu. Masih agak ragu untuk membuka suara. Tapi kamu tetap kamu, harus memberanikan diri untuk menepati janjimu yang kemarin.

"Serim, kamu lagi nunggu orang yang selalu nempelin notes di mejamu?" Tanyamu perlahan setelah melihat makanan di mulut Serim sudah habis.

Serim hanya mengangguk semangat, "Iya, kok kamu tau?"

Kamu menggaruk tengkuk leher perlahan, "Sebenarnya—





























"—orang itu adalah aku"

Detik berikutnya, kamu hanya bisa melihat sedikit wajah Serim yang sedang terkejut. Keadaan kamu juga lebih gugup dari sebelumnya sehingga kamu hanya bisa menunduk menahan rasa gugup sekaligus malu yang merundungmu.

"Makasih (y/n), ternyata perasaanku nggak bertepuk sebelah tangan"

Sebentar, ada yang salah dengan ucapan Serim barusan.

Apa yang barusan dia katakan? Sebelah tangan? Perasaannya? Apa ini?!!

Kamu yang sudah terlanjur ingin tau kejelasannya, langsung menginterupsi Serim. "Maksud kamu?"

Serim tersenyum sebelum membuka mulutnya untuk membalas ucapan kamu yang barusan.

"Aku suka kamu dari SMA, waktu itu aku pengecut banget sampai nggak berani bilang apa-apa ke kamu. Sempat berpikir untuk mengalihkan perasaanku, tapi takdir berkata lain. Aku menjadi teman se-fakultas sama kamu lagi, aku nggak tau harus gimana sampai suatu hari ada yang kirim surat aneh di meja aku. Dan aku baru tau—

—kalau itu kamu"

Butuh waktu beberapa detik untuk kamu bisa merespon semua ucapan dari Serim. Tidak disangka juga bahwa cinta kamu berada di orang yang tepat. Orang yang memberi timbal balik ke kamu.

Park Serim.

Laki-laki itu, idola kamu. "Kamu mau jadi lebih dari seorang penggemar beratku nggak?" Serim bertanya tiba-tiba membuatmu heran. Apa maksudnya, pikirmu.

"Hah?"

"Jadi bagian dari semangat hidupku yuk?!!"

"Maksud kamu?"

Serim tertawa kecil melihat ekspresi kamu yang terlihat sedikit seperti terkejut dan heran dengan ajakan Serim barusan. Aneh memang, tapi apakah itu artinya kamu diajak menjadi pacarnya Serim? Mungkin begitu.

"Jadi pacarku yuk?!!" Balasnya sambil tersenyum manis sekali.

Seseorang tidak bisa membantu kamu yang sedang meleleh melihat senyuman Serim. Senyum itu, candu kamu setiap hari, tidak akan kuat untuk melihat senyum itu sepanjang hari.

"I-iya"

Kamu masih saja gugup, harus bagaimana juga kamu tidak tau. Serim sangat tampan hari ini, itu yang membuatmu malu menatapnya.

"Iya apa coba?"

Masih saja Serim menggoda kamu untuk berbicara sambil menatap wajahnya. Berhentilah Serim, dia mungkin tidak tau betapa merahnya pipi kamu saat ini.

"Iya, aku mau jadi pacarnya Serim!!"

Hari itu, kamu resmi menjadi milik seorang Park Serim. Ketua kelas kamu di kampus itu idaman semua mahasiswi. Semuanya iri melihat kedekatan kamu dengan Serim. Banyak juga mahasiswa yang mendukung kapal Serim-(y/n). Kamu bersyukur mendapatkan seorang Serim.

Park Serim, teman sekelas kamu sejak SMP dan baru saja berani mengungkap semua perasaannya di kantin kampus di jam makan siang.













end


❝ Secret Admirer — Park Serim ❞

This is Cravity [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang