59. Hell on Earth

458 19 28
                                    

Masih menggunakan pakaian properti wawancara tadi, kutinggalkan orang-orang di sekitarku dengan tanda tanya besar di kepala mereka. Aku memilih bungkam. Berkali-kali mereka berusaha menahanku namun aku tidak peduli. Aku tidak memikirkan pekerjaanku besok atau apa yang akan aku lakukan demi BTS nanti selain berangkat seorang diri ke Detroit.

Jarak 4 jam terasa sangat menyiksa batinku, perasaan bersalah yang terus menggerogoti, menyesali diriku yang tidak pernah bisa menjaganya segenap ragaku. Yang aku lakukan selalu memberikan kesialan baginya, pengkhianatan, rasa sakit dan kini penderitaan ke dua hal yang aku sayangi.

Dari semua kemungkinan yang akan terjadi pada hubungan kami, aku tidak menyangka hal ini menimpanya. Aku selalu memimpikan seorang anak dan menjadi ayah yang baik, bukannya malah mencelakai malaikat kecil tidak bersalah dalam kandungan wanita yang aku cintai.

Secara sembunyi-sembunyi aku menyelinap memasuki rumah sakit tempat Alex di rawat untuk menghindari wartawan dan fans yang sudah berkerumun di sekitar rumah sakit. Aku cukup mahir bermain kucing-kucingan dengan media, itu sebabnya media kesulitan mendapatkan foto ekskusif kebersamaan kami. Namun dengan warna rambut yang nyentrik seperti ini aku sudah pasti mudah di kenali.

Kusampirkan tudung jaketku ke kepala sambil berlari gesit mencari jalan masuk yang aman dari media dengan menghindari UGD. Keamanannya begitu ketat, berkali-kali aku harus meyakinkan pihak keamanan dan beberapa polisi bahwa aku adalah kekasih Alex. Beruntung aku bertemu salah satu pengawal Alex yang mengenaliku dan mempersilakanku masuk.

Di lantai bangsal VVIP tempat Alex di rawat tampak kosong, hanya beberapa perawat dan penjaga bayaran yang terlihat berwara-wiri. Di depan kamar Alex di rawat pun di jaga oleh pihak keamanan. Pengawal langsung pasang badan saat aku mendekati ruangan, ia menahanku untuk masuk.

"Biarkan aku masuk!" seruku gaduh.

"Iya V, kau harus menunggu, tolong tenang dan duduk dulu ya" perintahnya, ia menyentakkan tangan ke kursi panjang di lorong.

Kulihat Joe termenung, terduduk lemas di sana. Bagian kanan lengan bajunya berlumuran darah. Aku mengampirinya berdiri di sebelah kursinya, ia pun tidak menoleh saat aku mendekat.

"Joe, bagaimana keadaan Alex?"

Ia mengangkat wajahnya menatapku sekilas dengan enggan, "Dokter dan perawat masih di dalam, dia belum di bolehkan menemui orang lain sampai dokter yang mengizinkan"

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Mendadak wajahnya jadi murung, aku bisa merasakan perasaannya yang terluka. Joe pasti menyaksikan semuanya, membuatku jadi tidak enak padanya. Rasanya aku ingin bertaruh agar bisa menukar posisi dengannya.

"Alex bahkan tidak tau jika dirinya hamil, Tae. Beberapa saat setelah kau pergi dari rumah Ayah dia mengeluhkan keram perut dan ia meminta painkiller ke perawat di rumah untuk menahan sakitnya. Lalu di tengah-tengah konser saat kami baru memainkan 6 lagu dia mengeluh sakitnya datang lagi dan kelihatannya sakitnya 10 kali lebih buruk. Alex minta turun panggung sebentar, dan hal buruk pun terjadi," ia terhenti untuk menghembuskan napas berat lalu melirik noda darah di bajunya.

"Alex turun dari panggung dalam keadaan sangat pucat dan kesakitan sambil memegangi perutnya dan darah sudah mengalir di kedua pahanya, setelahnya ia pingsan. Kebanyakan dari staf kami adalah laki-laki dan kami tidak tau apa yang terjadi selain sindrom menstruasi wanita. Sampai asisten Alex berteriak panik mengatakan 'DIA KEGUGURAN!'"

Aku tidak bisa membayangkan kepanikan yang terjadi. Hal itu membuat kekacauan dan kepanikan di belakang panggung. Bahkan kekacauan dari penonton yang kecewa di luar arena yang tidak mengetahui apa yang terjadi saat band favorit mereka berhenti menghibur.

(M) Love Letter To Rock n' Roll (BOOK 1 COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang