48. Second Folly 🔞

569 17 49
                                    

"Maafkan aku.... umm..." sesalku tidak mampu menatap matanya dan langsung pergi meninggalkan bar itu. Aku harus pergi sebelum aku semakin menjadi pria berengsek.

Aku menyesali sikap bejatku telah mencium gadis lain di liburan kami dan di saat Alex sedang menungguku di penginapan.

Kuputuskan untuk berjalan-jalan ke pantai dulu dekat penginapan, menjernihkan pikiranku dari apa yang telah aku perbuat barusan. Kenapa aku terus-terusan begini? Kenapa aku tidak berhenti mengecewakan Alex? Aku terus memikirkan itu sampai tak terasa sudah lewat tengah malam, aku harus kembali sebelum Alex mencariku.

Aku membeku sesaat menatap bangunan itu, membayangkan kehadiran Alex di sana, menunggu dengan wajah lugu.

Sesampainya di dalam, aku agak terkejut saat melihat Alex duduk di ruang tengah, matanya langsung menangkapku seolah ia sudah menunggu kedatanganku sedari tadi. Ia duduk di sofa sambil memegang segelas wiski dan rokok di sela ruas jarinya di tangan yang sama. Ia terlihat teler kebanyakan minum, matanya merah dan berair.

"Kukira kau sudah tidur" sapaku yang terdengar basa-basi. Mengalihkan soal dirinya yang tidak menyusulku ke bar.

"Tadi aku sempat ke Lazy Jack, tapi aku kembali lagi" jawabnya lambat-lambat.

Ia mengangkat gelasnya hendak menenggak. Tangannya gemetaran membuat es di dalam gelas saling berdenting. Jika dilihat dari sikapnya, aku tau dia sedang menahan amarah.

Sikapnya membuatku berpikir. Jika Alex sempat menyusulku kenapa dia kembali lagi? Apakah dia sempat melihat perbuatanku?

"Aku tidak mau mengganggu keintimanmu yang sedang mencium mesra wanita lain"

Tamat sudah riwayatku. Dua kali! Dasar Taehyung tolol!

"Kau mabuk Alex, kau pasti salah lihat" kilahku panik.

Alex bangkit dan langsung melempar gelas di tangannya ke arahku. Untungnya aku sigap merunduk dan gelas itu hancur berkeping-keping menghantam tembok kayu di belakangku.

"Jangan bohong lagi berengsek! Aku tidak mabuk sebelum aku memergokimu berciuman dengan wanita lain" raungnya dengan suara bergetar. Kalau dia tega mungkin dia akan meninjuku.

"Aku sama sekali tidak berniat untuk menggodanya. Dia cuma fans yang kebetulan pengelola bar itu" aku berusaha mencari alasan untuk memperkecil kesalahanku. Hasilnya payah seperti biasanya.

"Ah sosok yang menarik. Jadi pelacur itu fansmu?"

"Alex kumohon jangan marah. Itu cuma ciuman yang tidak berarti," sesalku sambil berusaha mendekat namun Alex mundur menjauhiku.

"Ya, tentu keintiman semacam berciuman tidak berarti apa-apa untukmu karena kau sudah pernah tidur dengan perempuan lain di belakangku! Apa karena aku pernah memaafkanmu yang sudah bercinta dengan wanita lain dan kau pikir sebuah ciuman sepele tidak membuatku marah?" raungnya berapi-api.

"Itu tidak sama dengan yang dulu, situasinya berbeda?"

"Tentu berbeda," teriaknya di wajahku "beda saat aku melihat langsung dengan mata kepalaku sendiri. Dasar bajingan sialan!"

"Don't talk to me that way!" Bentakku sampai menggebrak pintu, membuatnya tersentak dan spontan melompat mundur.

Dia begini lagi, merendahkanku dengan kalimat kasar. Aku sudah mencoba sabar melawan amarahnya tapi dia semakin menjadi-jadi.

"Kenapa, hah?" Ia maju lagi, menantangku "karena kau pria dan aku wanita? Apa cuma pria yang boleh bicara kasar dengan wanita, bertindak semaunya walau pria yang salah? Lalu aku harus diam saja sementara kau sendiri tidak menghormatiku, melukai perasaanku. Dasar Korea patriarki!"

(M) Love Letter To Rock n' Roll (BOOK 1 COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang