12. Summit

629 30 1
                                    

Seharian aku sibuk mempersiapkan barang keperluanku untuk mendaki. Aku mengecek kembali barang bawaan ekstra perlengkapan untuk aku dan Alex gunakan disana. Karena Alex di Jepang untuk konser jadi tidak mungkin dia sempat menyiap-nyiapkan barang untuk naik gunung. Jadi aku yang menawarkan diri untuk membawa perlengkapan untuknya. Tidak lupa aku sampai membelikannya sepatu dan sandal gunung samaan untuk kami berdua. Walau dia berkali-kali mengatakan tidak enak karena terlalu merepotkanku, tapi aku berusaha memahami kondisinya yang tidak punya persiapan. Lagipula aku tidak keberatan untuk membawa ekstra barang bawaan. Aku bilang padanya untuk tidak usah bawa banyak barang, jadi biar aku saja yang bawa dan dia cukup bawa barang-barang pribadinya saja seperti pakaian ganti dan jaket.

"Kau besok jadi berangkat ke Jeju?" Tanya Jimin di ambang pintu kamarku, menatap kesibukanku.

"Jadi lah, kau tidak lihat barang-barang bawaanku"

"Kau yakin Alex akan ikut mendaki?"

"Aku yakin, tadi dia sudah mengirimkan screenshot tiket pemesanan pesawat ke Korea" jelasku tanpa menatapnya karena mataku masih fokus ke barang-barang yang hendak aku masuki ke tas.

"Oh iya Tae, aku mau kasih sesuatu untukmu, buat jaga-jaga" Jimin langsung menghilang lari ke kamarnya, beberapa saat ia kembali ke kamarku.

"Apa itu?" Tanyaku saat ia menghampiriku bersama kotak kecil di genggaman tangannya.

"Ini" Jimin memberikanku sekotak kondom Fiesta aroma bubble gum.

"Apaan nih!?" Sentaku tidak percaya.

"Kondom lah" jawabnya enteng.

Aku menghembuskan nafas keras-keras sebelum merespon soal benda konyol di tanganku ini "Aku juga tau ini kondom, maksudku bakal apaan?"

Jimin mengerutkan alisnya, bingung atas pertanyaanku "Ya buat kau gunakan disana lah, masa buat di kunyah, jadi kau tidak ada alasan lagi tidak punya kondom"

"Ah, aku tidak butuh!" Aku melempar sekotak kondom itu ke kakinya.

Jimin memungut barang itu lalu menatapku heran "Kenapa? Kau sudah punya?" Sekonyong-konyong alir mukanya berubah jahil "Atau kau akan nekat berhubungan seks tanpa pengaman biar makin enak?"

"Apa-apaan sih kau!" Bentaku kesal "Tidak ada seks disana karena aku akan pergi bersama teman-teman cewek juga"

Jimin menarik tanganku, menyerahkan kondom itu lagi ke telapak tanganku "Ya bawa saja sih, kan disana dingin, barangkali dia butuh kehangatan seperti saling menggesek" ledeknya dengan memainkan alisnya penuh canda.

Seketika aku kesal mendengar akal bobroknya, aku mengembalikan barang itu dan mendorong pelan tubuhnya "Keluar dari kamarku dan bawa itu barang setanmu!"

***

Malamnya aku memutuskan untuk menonton beberapa film non fiksi tentang petualangan alam bebas di Netflix. Seperti biasa, aku selalu tegang jika ingin pergi ke suatu tempat yang baru pertama kali kukunjungi. Apalagi aku akan pergi bersama gadis favoritku, sudah pasti aku tidak boleh lembek, pengetahuanku tentang alam tidak boleh kalah darinya. Maka aku putuskan untuk memperbanyak pengetahuanku dari film yang mengadaptasi dari kisah nyata, ya sekalian menunggu kantuk itu datang melawan keteganganku.

Um, nonton apa ya?

Everest? Tidak.

127 Hours? Tidak, jangan yang ini. Tentu saja tidak ada ngarai juga disana.

The Summit, Vertical Limit, Touching the Void? Ini terlalu berlebihan. Kami mendaki di musim panas.

Wild? Nah ini baru bagus.

(M) Love Letter To Rock n' Roll (BOOK 1 COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang