64. The Truth Untold

220 17 54
                                    

Aku menatapnya bingung dan terkejut secara bersamaan. Alex mundur dua langkah menjauhiku, sikap menjaga jaraknya kembali seperti saat memorinya tentang wajahku kumat.

"Kau tidak perlu kemari lagi untuk menjengukku. Aku mau kau tetap menjadi Kim Taehyung yang bersinar dan terus menorehkan prestasi bersama BTS tanpa sibuk mengurusiku. Aku cuma akan menjadi beban di hidupmu, kau sudah terlalu banyak memikul beban karenaku"

Perutku terasa mulas seperti di tinju setelah mendengar permintaannya. Lututku mulai gemetar, bisa kudengar darah mendesir deras di belakang telingaku. Aku masih tidak mempercayai segala ucapan yang terlontar dari mulutnya.

Aku menggeleng-geleng kalut berusaha menjernihkan pikiran untuk mencerna setiap arti ucapannya. Sunyi sejenak saat aku menyerap kata-katanya berkali-kali dalam pikiranku, memilah-milah untuk mendapatkan sanggahan tepat yang bisa aku ajukan. Alex menunggu responku, butuh beberapa menit baru aku bisa bicara.

"Tidak, kau bukan beban untukku," suaraku hampa oleh rasa tak percaya.

"Jangan menyangkal sesuatu yang sudah tergambar dengan jelas. Aku ingin kau menjalani hidupmu tanpaku" tekannya yang terdengar muram.

"Tidak! Aku tidak mau! Aku tidak tau bagaimana caranya menjalani hidupku tanpamu. Aku tidak menginginkan perpisahan ini" Aku berteriak marah di balik nada memohonku, sampai kata-kata berhamburan dari mulutku.

Alex mengalihkan pandangan ke pepohonan sekilas sebelum berbicara tanpa keraguan, "Tidak bisa, keputusanku sudah mutlak"

Bahuku terkulai lemah tak berdaya, "Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Belakangan ini kita baik-baik saja, terus kenapa tiba-tiba sekarang kau minta putus?"

"Aku tidak memutuskannya secara tiba-tiba. Aku sudah memikirkan ini seminggu terakhir. Aku berpikir itu yang terbaik untuk kita. Kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini lebih lama lagi."

"Terbaik untuk kita? Apa alasan dan penyebabnya sampai perpisahan menjadi yang terbaik untuk kita? Apa yang kau pikirkan selama ini? Kau tidak bisa bilang putus mendadak kayak gini, Lex. Selama ini gak ada masalah yang gak bisa kita selesaikan. Setiap masalah yang datang kita selalu punya jalan keluar untuk menyelesaikannya. Kita selalu punya keputusan bersama-sama, enggak kayak gini" Kupandangi dia, memohon padanya dengan tatapan nanar.

Alex menarik napas dalam-dalam. Beberapa saat ia menunduk, menerawang menatap tanah kemudian mengangkat wajanya lagi. Aku bisa melihatnya, keputusannya tidak berubah.

"Maafkan aku Tae, aku tidak mau kau terlibat lebih jauh di kehidupanku lagi"

"Tidak masuk di akal! Sudah terlambat untuk mengatakan itu. Kita sudah dua tahun lebih bersama-sama. Bahkan kau pernah mengandung anakku, Alex! Fuck!" Kulayangkan pukulan ke udara saking geramnya.

Kutahan kesedihan di balik kekecewaanku, memunggunginya sembari meremas rambut frustrasi. Ternyata insiden Februari lalu tidak cukup membuatku menjadi segala-galanya untuknya. Kupikir hal itu tidak akan membuat kami berpisah.

"Itu biasa terjadi di duniaku,"

"Duniamu?" Sergahku sambil menyunggingkan seringai lebar mendengar pembelaan entengnya. "Lalu bagaimana dengan duniaku? Pernahkah kau berpikir apa yang akan mereka pikirkan jika kita berpisah? Mereka pasti menilaiku pria berengsek yang mencampakkan kekasihnya yang nyaris memberikan anak demi memilih karir yang tidak akan bertahan selamanya. Apa kau memikirkan itu?"

Alex diam saja melihatku murka, ia menatapku getir kuharap dia merenungkan keputusannya kembali.

"Jawab aku berengsek! Jangan diam saja" Bentakku mulai naik pitam sambil mencengkeram kedua sisi lengannya kuat-kuat hingga membuatnya meringis.

(M) Love Letter To Rock n' Roll (BOOK 1 COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang