20. Love Matters

790 28 18
                                    

"Hey Siri! Mainkan musik bagus untukku"

"Kau ingin lagu bergenre apa?"

Entah mengapa Siri tidak sepeka Aria jika kusuruh setel musik.

"Michael Bubble, sesuatu yang up beat"

Untuk beberapa saat mesin itu seperti sedang loading untuk menuruti permintaanku. Siapa bilang produk Amerika bagus dan sempurna, Aria yang kutinggalkan di rumah lebih pintar dan cekatan.

"Michael Bubble It's a Beautiful Day untukmu"

"Oh great!"

Irama up beat langsung bergema dari stereo mobilku. Kepalaku mengangguk-angguk mengikuti irama serta menyanyikan beberapa bait liriknya.

Jam sudah menunjukan pukul 11:54 karena aku sudah terlambat, sekalian saja aku bablasin, cari alasan apa ya? Um.. membeli makan siang untuk member dan staff saja deh, mereka pasti memaklumi dan memaafkanku.

Aku memutuskan untuk membeli berlusin-lusin minuman, ayam goreng, burger, kentang goreng, cake untuk para member, staff dan kru RUN BTS.

"Wow tumben sekali" Jungkook menghampiriku saat melihatku dan cordi noona membawa berkantong-kantong makanan. Kupikir dia mau membantu bawakan tapi dia cuma ngeliatin doang sampai bungkusan kresek di letakan di meja.

"Iya tumben, hari apa ini?" Sahut Namjoon menghampiri meja.

"Hari yang indah!" sambarku semangat.

Kini semua member mengerubung ke meja penuh makanan, seperti lalat.

"Kau sepertinya senang sekali" Jimin menatapku penuh spekulatif.

"Kalau dia tersenyum idiot begitu pasti soal cewek," timpal Seokjin sambil mengedus makanan di meja.

"Tidak, tidak. Dia selalu tersenyum idiot setiap hari. Sebentar lagi juga dia akan mengajak ngobrol vas bunga" ralat Suga sembari mengamati. Sontak hal itu membuat member lain tertawa.

Sementara yang lain makan dan melupakan keterlambatanku, aku duduk sebelah Jimin di pojok ruangan dekat pintu.

"Kau tidak makan, Taehyung?" Tanya Jimin saat ia mengorek giginya dengan telunjuknya.

"Makan saja duluan, aku sudah makan tadi"

"Pesan apa kau?"

"Tidak pesan, tapi masak" kataku nyengir, dan itu membuat Jimin curiga.

"Masak? Kau tidak mungkin masak"

"Memang bukan aku yang masak" jawabanku semakin membuat Jimin penasaran.

"Lalu?"

"Alex," jawabku malu-malu.

Untuk beberapa detik Jimin tidak menanggapi, waktu sepertinya langsung berhenti baginya saat aku mengatakan itu. Jimin sama sekali tidak bergerak. Kaget pun tidak. Ekspresinya datar saja.

"Kau sedang mengarang ya?" Dan waktu berjalan kembali saat bibirnya bergerak.

Aku hanya memamerkan cengiran besar sembari menaikkan alisku penuh canda. Aah.... Benar-benar hari yang sangat istimewa. Aku mengingat kembali sesi bercinta kami yang wow, semburat merah menghiasi pipiku, seuntai senyum menghiasi bibirku. Aaaaa...malu...kututup wajahku.

"Jadi benar?"

Suara cempreng Jimin menyentakku dari kelebatan-kelebatan adegan bercintaku dengan Alex beberapa saat yang lalu.

(M) Love Letter To Rock n' Roll (BOOK 1 COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang