Part IX ; Hell begins

330 149 350
                                    

❝ Aku adalah si bangsat yang tak tahu disukarnya. Kotor, tercela, binal dan pembangkang. ❞

•••

Hidup itu memang penuh dengan tantangan. Kau lemah, kau kalah. Kau kuat, kau menang. Callie adalah seorang gadis yang sangat trinitrotoluene-bahan yang mudah meledak-saat tengah diadang oleh masalah. Meledak yang dimaksud disini adalah, tidak dapat terkendali. Ya, Callie tidak pernah bisa mengendalikan emosinya saat tengah meletup tinggi. Ia mudah kehilangan kendali, membabi buta apapun yang ada di depan netranya. Tidak, ia tidak pernah bisa mengubah sifat buruk ini.

"Welcome to the hell, Yan Jungkook." Kata pertama yang Callie lontarkan saat ia melangkah memasuki suatu ruangan, hiding place (tempat bersembunyi) milik Jimin.

Tatapan penuh arti dari manik Jungkook membuat Callie semakin bersemangat untuk memulai permainannya. Jungkook tidak dapat bergerak, ia berada di sebuah transparent tube (tabung transparan) dengan tubuh yang dililit oleh seuntai tali berwarna silver. Keadaan ini benar-benar membuatnya tidak dapat bergerak sama sekali. Sudah ada lebih dari satu jam lamanya Jungkook berada di dalam tabung ini, Jimin yang menyeretnya.

"Bagaimana, sayang? Apa kau nyaman dalam tabung itu?" goda Callie. Gadis ini mengetik sesuatu di tablet hologram hingga tiba-tiba transparent tube yang mengelilingi tubuh Jungkook menghilang. Degup jantung Jungkook semakin berirama cepat saat Callie melangkah mendekatinya. Jemari lembut gadis itu mengusap dengan hati-hati wajah tampan Jungkook. Pipi lalu turun ke rahang, sedikit mengusap leher hingga akhirnya ia berhenti pada kerah baju Jungkook.

"Kurasa ini menganggu. Bagaimana jika aku lepas saja?" bisik Callie tepat di telinga Jungkook, membuat bulu tengkuk pria ini berdiri saking terkejutnya.

"C-calie, apa maksudmu?" Akhirnya, akhirnya pria ini bicara. Callie mengira Jimin telah melakukan hal mematikan hingga membuat Jungkook bisu, namun-tidak seperti dugaannya. Sayang sekali.

Jemarinya beranjak membuka satu persatu kancing kemeja Jungkook, tentu saja ini membuat Jungkook risih. "Callie ... A-apa yang kau lakukan? Hentikan," ujar Jungkook gelisah.

Dapat ia rasakan dan lihat jika Callie menghentikan kegiatannya. Syukurlah. Netra gadis itu menatap datar manik Jungkook. "Tentu saja aku tengah membuka bajumu, apa lagi? Kau tidak buta 'kan, Jung?"

Tanpa hitungan detik, kemeja itu telah terlepas dari tubuhnya, mata Jungkook melirik ketika melihat Callie tersenyum puas saat melihat badan berotot nya. Dalam sekali tarikan, kemeja itu mampu di koyak oleh Callie. Senyum tipis Callie saat memandangi tubuhnya membuat Jungkook bergumam dalam batin, apa Callie ingin membunuhku?

"Now, we start this game. Jawab pertanyaan yang aku lontarkan dengan jujur, atau-kau akan menerima hukumannya, Jung."

Terdiam tanpa suara, itu yang Jungkook lakukan sebagai jawaban. Mati aku. Bahkan untuk meneguk salivanya sendiri saja sukar sekali. Oh Tuhan, apa ini akhir dari seorang Yan Jungkook? Pria tampan ini harus berakhir di tangan sahabatnya sendiri? Mengapa sangat tidak aesthetic sekali? Tanpa peduli apa yang Callie katakan, Jungkook memilih terdiam, berfokus pada batinnya yang tengah menggerutu. Aku masih ingin hidup, aku belum banyak mencicipi tubuh gadis perawan. Oh, ayolah.

"Yan Jungkook!" Seketika Jungkook tersadar dari kebodohan otaknya. Sorot tajam Callie menyadarkannya akan sesuatu yang salah. Aku belum mau mati! pekik batinnya lagi.

"Baiklah, aku tidak suka mengulang kata. Sudah aku sampaikan apa saja hukumannya, bukan? Tidak peduli kau mendengar atau tidak, yang jelas-let's start it."

CyberpunkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang