Part XX ; Besprinkle

146 11 25
                                    

Tatkala semua fragmen semu yang tidak kau percaya menjadi sebuah kenyataan. Saat itulah jawaban atas enigma rumit tak berujung perlahan mulai terjawab dengan sendirinya. Jika seseorang tengah lengah dan mencoba menyerah dalam menghadapi kenyataan, maka keegoisan akan hadir mendorong diri ini untuk benar-benar tergenang dalam kata menyerah. Menjadi seorang pecundang yang tak lagi memiliki harapan atas semua kehidupan. Tak bergeming seperti hidup tanpa peduli secuil nyawa. Inilah perasaan yang tengah Callie rasakan. Setelah menemukan balasan dari potongan mimpi yang selama ini ia kumpulkan, gadis ini menemukan sepukal jawaban yang berhasil memenuhi semua enigma dalam dirinya. Senyum tipisnya tak berarti, ia berkata dalam nada berbisik, "Jadi ternyata benar, ya? Gadis bernama Aily pernah hidup di dunia ini." Sederhana, tetapi itulah jawaban yang selama ini ia cari. Kembali tersenyum simpul, Callie merasa puas, sangat puas. "Ternyata aku pernah hidup di zaman itu."

Ingin bahagia? Atau berduka? Menyerah saja? Bagaimana kalau nanti ditetapkan sebagai seorang pecundang? Ah, peduli setan dengan semua pikiran manusia lain. Apatis, mungkin itu hal bagus untuk mempercayai diri sendiri. Mencatat seluruhnya tanpa terkecuali. Callie hanya menginginkan sebuah burhan untuk dirinya sendiri. Tidak peduli orang lain akan percaya atau tidak. Toh, semua tidak akan ia ungkapkan pada publik secara cuma-cuma seperti barang obral gratis yang tak berharga. Ini sangat berharga. Ingat, berharga. Setidaknya untuk dirinya yang telah bersusah payah mencari. Gemercik rasa takut tidak terlintas sama sekali pada wajah Callie tatkala ia menemukan kebenaran yang mampu menghempasnya kapan pun dengan mudah. Entah berbahaya atau tidak. Callie terus menerus tersenyum puas, jemarinya menekan beberapa tombol untuk menghubungi seseorang. "Jim, katakan padaku, apa kau mengenal Aily?" tanya Callie tatkala ia sudah tersambung dengan Jimin.

Tidak ada jawaban, Jimin hanya terdiam, mematung. Beberapa detik kemudian, laki-laki itu terbatuk pelan. "Aily? Humanoid pribadimu? Jangan bercanda, kau tengah bergurau denganku? Tentu aku mengenalnya. Dia adalah humanoid kembaran milikimu. Sama-sama gadis. Namanya Aily. Lalu, apa lagi? Kau mendadak hilang ingatan atau apa, bodoh?"

Jawaban Jimin membuat Callie sedikit kesal. Ia ingin melayangkan tamparan jika saja Jimin berada di hadapannya saat ini. "Bukan itu maksudku, bedebah. Namun, A-i-l-y. Gadis yang merupakan diriku di masa lalu. Apa kau mengenalnya?"

"Seharusnya kau mengetahui jawaban itu sendiri tanpa harus menanyakan hal tersebut padaku, Callie. Bukankah kau adalah pemeran utama dalam hidupmu di masa lalu ataupun sekarang, huh?"

Tidak memuaskan sama sekali. Membosankan. Callie tertawa kecil, ia menjawab, "Ya, aku adalah pemeran utama dalam hidupku. Namun, pemeran pembantu pasti diperlukan juga, bukan?"

"Jadi maksudmu, aku adalah pemeran pembantu?"

Suara Jimin terdengar lucu di telinga Callie. Gadis ini mengetuk jari pada dagunya, berpikir singkat. "Bisa jadi, kenapa tidak? Kau tahu segalanya, benar? Kemungkinan besar kau adalah pemeran pembantu yang sangat berguna dalam cerita hidupku."

Di sana, Jimin tertawa singkat. "Kau terlalu percaya padaku."

Mematung mendengarnya, lantas Callie ikut tertawa. "Siapa yang mengatakannya? Percaya diri sekali."

Jimin tidak langsung menjawab, pemuda ini terdiam sejenak hingga membuat Callie penasaran. Hingga beberapa sekon kemudian pria ini menjawab, "Jika kau sudah terikat denganku, kau tidak akan bisa lari, Cal."

"Well, aku tidak akan pernah lari seperti seorang pengecut." Callie menghela napas tatkala tawa Jimin menggema di seberang sana. "Ingatlah bahwa aku ini berbeda, Jim. Aku tidak sama seperti semua boneka jalang yang mudah kau permainkan." Serta-merta laki-laki itu terdiam. Tidak ada jawaban dari sang lawan, Callie kembali menyahut, "Walau kau lebih tua dariku, umur tidak berarti apa pun. Sama sekali tidak. Jadi, ikuti saja alur cerita yang aku buat, dan tetaplah menjadi pemeran pembantu yang penting dalam ceritaku, oke?"

CyberpunkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang